premenstrual syndrome dan responden yang belum kawin masih banyak juga yang tidak baik dalam upaya mengurangi premenstrual syndrome.
Hal tersebut bertentangan dengan hasil penelitian pada tahun 1994 yang berjudul Biological, Social and Behavioral Faktors Associated with Premenstrual
Syndrome yang melibatkan 874 wanita di Virginia menemukan fakta bahwa mereka yang telah menikah cenderung mempunyai resiko yang lebih kecil untuk mengalami
PMS 3,7 dari pada mereka yang tidak menikah 12,6 Deuster, 1999. Status perkawinan dan status kesehatan juga mempunyai keterkaitan. Wanita
yang telah menikah pada umumnya mempunyai angka kesakitan dan kematian yang lebih rendah dan biasanya mempunyai ke fisik dan mental yang lebih baik daripada
wanita yang tidak menikah Burman dan Margolin dalam Wang, 2005.
5.2 Hubungan Pengetahuan dengan Upaya Mengurangi Premenstrual syndrome
Responden dengan pengetahuan baik adalah 152 orang, yang baik dalam upaya mengurangi gejala dan dan dampak premenstrual syndrome 33 orang 21,7
dan yang tidak baik adalah 119 orang 78,3. Sedangkan dari 90 responden dengan pengetahuan tidak baik, yang baik dalam upaya mengurangi gejala dan dan dampak
premenstrual syndrome sebanyak 4 orang 4,4 dan yang tidak baik adalah 86 orang 95,6.
Sebahagian besar dari responden yang berpengetahuan baik mengalami kesulitan dalam hal upaya mengurangi premenstrual syndrome, sedangkan responden
Universitas Sumatera Utara
yang berpengetahuan tidak baik hampir semuanya tidak baik dalam upaya mengurangi premenstrual syndrome.
Uji statistik menunjukkan bahwa faktor pengetahuan ada hubungan yang bermakna dengan upaya mengurangi premenstrual syndrome, karena dengan
pengetahuan yang baik, maka akan terbentuk sikap dan tindakan yang baik dalam upaya mengurangi premenstrual syndrome.
Pengetahuan atau ranah kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang overt behaviour.
5.3 Hubungan Sikap dengan Upaya Mengurangi Premenstrual syndrome
Responden dengan sikap positif adalah 31 orang, yang baik dalam upaya mengurangi gejala dan dan dampak premenstrual syndrome adalah 12 orang 38,7
dan yang tidak baik adalah 19 orang 61,3. Sedangkan dari 211 responden dengan sikap negatif, yang baik dalam upaya mengurangi gejala dan dan dampak
premenstrual syndrome sebanyak 25 orang 11,8 dan yang tidak baik adalah 186 orang 88,2.
Sebahagian besar dari responden yang bersikap positif adalah tidak baik dalam hal upaya mengurangi premenstrual syndrome, sedangkan responden yang
berpengetahuan tidak baik hampir semuanya tidak baik dalam upaya mengurangi premenstrual syndrome.
Uji statistik menunjukkan bahwa faktor sikap ada hubungan yang bermakna dengan upaya mengurangi premenstrual syndrome, karena dengan sikap yang
Universitas Sumatera Utara
mendukung maka akan terbentuk tindakan yang baik dalam upaya mengurangi premenstrual syndrome.
Sesuai dengan pendapat Newcomb, salah seorang psikologi sosial menyatakan
bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau
aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reasik terbuka atau tingkah laku yang
terbuka.Sikap suatu kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek Notoatmodjo, 2012.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan