5.1.3 Pekerjaan
Responden dengan bekerja berjumlah 96 orang, yang baik dalam upaya mengurangi gejala dan dan dampak premenstrual syndrome 23 orang 24,0 dan
yang tidak baik adalah 73 orang 76,0. Sedangkan dari 146 responden dengan tidak bekerja, yang baik dalam upaya mengurangi gejala dan dan dampak
premenstrual syndrome sebanyak 14 orang 9,6 dan yang tidak baik adalah 132 orang 90,0.
Uji statistik menunjukkan bahwa faktor pekerjaan ada hubungan yang bermakna dengan upaya mengurangi premenstrual syndrome, karena wanita yang
bekerja di luar rumah, lebih banyak mendapatkan informasi tentang bagaimana mengurangi dan mengatasi keluhan-keluhan pada saat menjelang menstruasi.
Wanita yang bekerja mengalami berbagai stres ditempat kerja, baik stres yang bersifat fisik karena beberapa kondisi lingkungan kerja fisik yang berada diatas nilai
ambang batas yang diperkenankan, atau juga dapat ditambah oleh adanya stres yang bersifat non fisik psikososial, yang dapat berpengaruh terhadap kondisi
kesehatannya Mulyono dkk, 2001.
5.1.4 Penghasilan Perbulan
Responden dengan penghasilan perbulan ≥ UMP Aceh adalah 37 orang, yang
baik dalam upaya mengurangi gejala dan dan dampak premenstrual syndrome 14 orang 37,8 dan yang tidak baik adalah 23 orang 62,2. Sedangkan dari 205
responden dengan penghasilan perbulan UMP Aceh, yang baik dalam upaya
Universitas Sumatera Utara
mengurangi gejala dan dan dampak premenstrual syndrome sebanyak 23 orang 11,2 dan yang tidak baik adalah 182 orang 88,8.
Uji statistik menunjukkan bahwa faktor penghasilan ada hubungan yang bermakna dengan upaya mengurangi premenstrual syndrome, karena Seseorang yang
berasal dari keluarga dengan penghasilan tinggi cenderung lebih mudah dalam memperoleh pelayanan dan informasi tentang kesehatan dibandingkan dengan orang
yang berasal dari keluarga dengan penghasilan rendah. Sesuai dengan pendapat Youngkin dan Davis 1998, bahwa Pendapatan
sebagai indikator yang menunjukkan status ekonomi seseorang mempunyai hubungan yang berarti dengan kesehatan. Pendapatan wanita yang sedikit membuat status
kesehatan rendah dan mempunyai kesulitan yang lebih besar untuk mengakses pelayanan kesehatan dibandingkan dengan wanita yang berpendapatan tinggi.
5.1.5 Status Perkawinan
Responden dengan status kawinjanda adalah 162 orang, yang baik dalam upaya mengurangi gejala dan dan dampak premenstrual syndrome 21 orang 13,0
dan yang tidak baik adalah 141 orang 87,0. Sedangkan dari 80 responden dengan status belum kawin, yang baik dalam upaya mengurangi gejala dan dan dampak
premenstrual syndrome sebanyak 16 orang 20,0 dan yang tidak baik adalah 64 orang 80,0.
Uji statistik menunjukkan bahwa faktor status perkawinan tidak ada hubungan yang bermakna dengan upaya mengurangi premenstrual syndrome, dari jumlah
responden yang sudah kawin banyak yang tidak baik dalam upaya mengurangi
Universitas Sumatera Utara
premenstrual syndrome dan responden yang belum kawin masih banyak juga yang tidak baik dalam upaya mengurangi premenstrual syndrome.
Hal tersebut bertentangan dengan hasil penelitian pada tahun 1994 yang berjudul Biological, Social and Behavioral Faktors Associated with Premenstrual
Syndrome yang melibatkan 874 wanita di Virginia menemukan fakta bahwa mereka yang telah menikah cenderung mempunyai resiko yang lebih kecil untuk mengalami
PMS 3,7 dari pada mereka yang tidak menikah 12,6 Deuster, 1999. Status perkawinan dan status kesehatan juga mempunyai keterkaitan. Wanita
yang telah menikah pada umumnya mempunyai angka kesakitan dan kematian yang lebih rendah dan biasanya mempunyai ke fisik dan mental yang lebih baik daripada
wanita yang tidak menikah Burman dan Margolin dalam Wang, 2005.
5.2 Hubungan Pengetahuan dengan Upaya Mengurangi Premenstrual syndrome