Viabilitas Spermatozoa Spermatozoa Mencit

2.4 Spermatozoa Mencit

Spermatozoa pada umumnya memiliki empat bagian utama, yaitu kepala, akrosom, bagian tengah dan ekor. Kepala terutama terdiri dari nukleus, yang mengandung informasi genetik Sherwood, 2001. Menurut Rugh 1968, spermatozoa mencit yang normal terbagi atas bagian kepala yang bengkok seperti kait, bagian tengah yang pendek dan bagian ekor yang sangat panjang. Panjang bagian kepala kurang lebih 0,0080 mm sedangkan panjang spermatozoa seluruhnya sekitar 0,1226 122,6 mikron. Kualitas spermatozoa meliputi beberapa aspek, yaitu motilitas spermatozoa yang dapat dibagi menjadi tiga kriteria motilitas baik, motilitas kurang baik dan tidak motil, morfologi spermatozoa meliputi bentuknya normal atau abnormal, abnormalitas dapat terjadi pada kepala, midpiece atau ekor, konsentrasi atau jumlah spermatozoa dan viabilitas daya hidup spermatozoa Arsyad dan Hayati 1994 dalam Asfahani et al., 2010.

2.4.1 Viabilitas Spermatozoa

Viabilitas adalah kemampuan spermatozoa untuk bertahan hidup setelah dikeluarkan dari organ reproduksi jantan. Kemampuan spermatozoa hidup secara normal setelah keluar dari testis hanya berkisar antara 1-2 menit Effendy, 1997 dalam Hidayaturrahmah, 2007. Penggunaan larutan fisiologis yang mengandung NaCl dan urea dapat mempertahankan daya hidup spermatozoa antara 20-25 menit Rustidja, 1985 dalam Hidayaturrahmah, 2007. Menurut Yatim 1994, menyatakan bahwa viabilitas diukur dengan melihat motil majuml setelah jangka waktu tertentu. Makin lama semen yang tersimpan makin sedikit yang motil. Penurunan motilitas normal adalah : a. 2-3 jam sudah ejakulasi 50-60 spermatozoa motil majuml b. 7 jam sudah ejakulasi : 50 spermatozoa motil majuml Jika setelah 3 jam yang motil kurang dari 50 menandakan adanya gangguan atau kelainan dalam genitalia. Spermatozoa yang motilitasnya rendah disebut asthenozoospermia. Universitas Sumatera Utara 2.4.2 Morfologi Spermatozoa Spermatozoa mencit yang normal terbagi atas bagian kepala yang bengkok seperti kait, bagian tengah yang pendek “middle piece” dan bagian ekor yang sangat panjang. Panjang bagian kepala kurang lebih 0,0080 mm sedangkan panjang spermatozoa seluruhnya sekitar 0,1226 122,6 mikron Rugh, 1968. Gambar 2.2 Morfologi spermatozoa mencit. a spermatozoa normal, b pengait salah membengkok, c sperma melipat, d kepala terjepit, e pengait pendek, f kesalahan ekor sebagai alat tambahan, g tidak ada penggait, h sperma berekor ganda dengan kepala tidak berbentuk, i kepala tidak berbentuk. Perbesaran 800x Wyrobek and Bruce, 1975. Bentuk spermatozoa abnormal dapat diklasifikasikan bentuk kepala dan ekornya Gambar 2.2. Kelainan yang sering terjadi adalah pada tingkat spermatid yang terjadi selama proses spermiogenesis, biasanya seperti gangguan pembentukan ekor, kondensasi inti baik sendiri-sendiri maupun dalam kombinasi. Menurut Washington et al. 1983, bahwasannya bentuk sperma abnormal pada mencit terdiri dari bentuk kepala seperti pisang, bentuk kepala tidak beraturan amorphous, bentuk kepala terlalu membengkok dan lipatan-lipatan ekor abnormal. Semakin banyak sperma dengan bentuk abnormal, akan semakin kecil kesuburan fertilitas. Sebagai contoh, fertilitas menjadi sangat kecil jika bentuk sperma abnormal lebih dari 8 hingga 10 . 2.4.3 Motilitas Spermatozoa Motilitas adalah gerak maju ke depan dari spermatozoa secara progresif. Motilitas sperma berperan penting dalam suksesnya proses konsepsi, terutama dalam menembus Universitas Sumatera Utara lendir serviks Saputri, 2007. Ada orang yang spermatozoanya lemah sekali gerak majunya, disebut astenozoospermia, sedangkan jika semua sperma diperiksa nampak mati, tak bergerak disebut necrozoospermia. Menurut Hidayaturrahmah 2007, pengamatan untuk waktu motilitas spermatozoa dilakukan dengan mencatat waktu dalam satuan detik pada 2 jenis motilitas: fast progressive pergerakan spermatozoa yang bergerak sangat cepat dengan arah maju kedepan dan motilitas slow progressive pergerakan spermatozoa yang bergerak cepat dengan arah maju kedepan.

2.5 Spermatogenesis Spermatogenesis adalah serangkaian proses perkembangan dan pematangan sel-sel

Dokumen yang terkait

Penentuan Lc50 Ekstrak Biji Pepaya (Carica Papaya L.) Pada Ikan Nila (Oreochromis Niloticus)

1 60 75

Ultrastruktur Hepar Mencit (Mus Musculus L.) Setelah Pemberian Ekstrak Air Biji Pepaya (Carica Papaya L.) Dan Testosteron Undekanoat (Tu)

0 83 76

Uji Antimuagenik Ekstrak Etanol Bunga Jantan Pepaya (Carica papaya L.) pada Mencit Jantan yang Diinduksi dengan Siklofosfamid

3 63 76

Gambaran Histologis Testis Mencit (Mus musculus L.) Yang Mendapat Kombinasi Ekstrak Air Biji Pepaya (Carica papaya L.) Dan Testosteron Undekanoat (TU)

3 88 72

Pemulihan Spermatozoa Mencit (Mus musculus L.) dengan Vitamin C setelah Pemberian Ekstrak Air Biji Pepaya (Carica papaya L.) dan Testosteron Undekanoat (TU).

0 55 85

Pengaruh Ekstrak Air Biji Pepaya (Carica papaya L.) dan Testosteron Undekanoat (TU) Terhadap Jaringan Ginjal Mencit (Mus musculus L.)

0 86 70

Studi Testosteron Plasma, Kuantitas Dan Kualitas Spermatozoa Mencit (Mus Musculus L.) Setelah Pemberian Kombinasi Hormon Testosteron Undekanoat (Tu) Dan Ekstrak Air Biji Blustru (Luffa Aegyptica Roxb.)

1 43 100

Ultrastruktur Hepar Mencit (Mus Musculus L.) Setelah Pemberian Ekstrak Air Biji Pepaya (Carica Papaya L.) Dan Testosteron Undekanoat (Tu)

0 0 24

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pepaya (Carica papaya L.) - Ultrastruktur Hepar Mencit (Mus Musculus L.) Setelah Pemberian Ekstrak Air Biji Pepaya (Carica Papaya L.) Dan Testosteron Undekanoat (Tu)

0 0 9

ULTRASTRUKTUR HEPAR MENCIT (Mus musculus L.) SETELAH PEMBERIAN EKSTRAK AIR BIJI PEPAYA (Carica papaya L.) dan TESTOSTERON UNDEKANOAT (TU) SKRIPSI GUSTIKA MARYATI 070805013

0 0 13