2mgkg berat badan per oral terhadap fungsi reproduksi mencit jantan yang dipaparkan Merkuri 1,25 mgkg berat badan hari selama 45 hari yang ditandai dengan
peningkatan dalam jumlah dan motilitas sperma yang hidup. Hal ini menunjukkan bahwa vitamin E sebagai antioksidan mampu melindungi atau memperbaiki fungsi
reproduksi mencit jantan yang terpapar oleh berbagai zat penginduksi strees oksidatif Rao and Sharma, 2001.
1.2 Permasalahan
Faktor utama yang diharapkan dalam penemuan bahan kontrasepsi pria adalah berkurangnya kandungan spermatozoa tetapi tidak mempengaruhi kandungan
testosteron plasma. Kadar testosteron yang normal dalam darah berfungsi memelihara dan mempertahankan spermatogenesis. Sebaliknya kadar testosteron yang tinggi
diatas kadar fisiologis akan menghambat spermatogenesis. Akibatnya akan terjadinya azoospermia, namun dengan pemberian Vitamin E sebagai antioksidan yang dapat
menetralisir radikal bebas dan menghambat peroksidasi lipid, akan mempercepat spermatozoa yang dihasilkan kembali dalam jumlah normal. Hal ini yang menjadi
dasar pemikiran perkembangan kotrasepsi pada pria serta proses cepat dalam penyembuhannya. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah vitamin E
α- tokoferol, testosteron undekanoat TU dan biji pepaya Carica papaya L. yang
diduga dapat memulihkan spermatozoa mencit.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian vitamin E terhadap pemulihan kuantitas jumlah, dan kualitas motilitas, viabilitas dan morfologi
spermatozoa mencit yang telah diperlakukan kombinasi ekstrak air biji pepaya Carica papaya L. dan TU.
Universitas Sumatera Utara
1.4 Hipotesis
Hipotesis dari penelitian sebagai berikut: a. Pemberian vitamin E mempengaruhi pemulihan kuantitas jumlah spermatozoa
kauda epididimis mencit setelah diberikan kombinasi ekstrak air biji pepaya dan Testosteron Undekanoat TU.
b. Pemberian vitamin E mempengaruhi pemulihan kualitas motilitas spermatozoa kauda epididimis mencit setelah diberikan kombinasi ekstrak air biji pepaya dan
Testosteron Undekanoat TU. c. Pemberian vitamin E mempengaruhi pemulihan kualitas viabilitas spermatozoa
kauda epididimis mencit setelah diberikan kombinasi ekstrak air biji pepaya dan Testosteron Undekanoat TU.
d. Pemberian vitamin E mempengaruhi pemulihan kualitas morfologi spermatozoa kauda epididimis mencit setelah diberikan kombinasi ekstrak air biji pepaya dan
Testosteron Undekanoat TU.
1.5 Manfaat penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini sebagai berikut: a.
Memberikan informasi adanya pengaruh vitamin E α-tokoferol terhadap pemulihan jumlah spermatozoa kauda epididimis mencit.
b.
Menambahkan informasi adanya bahan yang mungkin dapat dijadikan sebagai kontrasepsi pria serta dapat disembuhkan dalam waktu yang singkat.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pepaya Carica papaya L.
Tanaman pepaya merupakan herba menahun dan tingginya mencapai 8 m. Batang tak
berkayu, bulat, berongga, bergetah dan terdapat bekas pangkal daun. Dapat hidup pada ketinggian tempat 1m-1.000m dari permukaan laut dan pada suhu udara 22°C-
26°C Santoso, 1991. Pada umumnya semua bagian dari tanaman baik akar, batang, daun, biji dan buah dapat dimanfaatkan Warisno, 2003. Menurut Tjitrosoepomo
2004, sistematika tumbuhan pepaya Carica papaya L. berdasarkan taksonominya adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Cistales
Famili : Caricaceae
Genus : Carica
Spesies : Carica papaya L. Nama lokal
: Pepaya Tanaman pepaya merupakan salah satu sumber protein nabati. Pepaya Carica
papaya L. merupakan tanaman yang berasal dari Amerika tropis. Buah pepaya tergolong buah yang popular dan digemari hampir seluruh penduduk di bumi ini
Kalie, 1988 dalam Amir, 1992. Pepaya Carica papaya L. merupakan tanaman yang cukup banyak dibudidayakan di Indonesia. Di Indonesia, tanaman pepaya dapat
tumbuh dari dataran rendah sampai daerah pegunungan 1000 m dpl. Negara penghasil pepaya antara lain kosta Rika, Republik Dominika, Puerto Rika, dan lain-lain. Brazil,
India, dan Indonesia merupakan penghasil pepaya yang cukup besar Warisno, 2003.
Universitas Sumatera Utara
2.1.1 Aplikasi Biji Pepaya
Biji buah pepaya hanya dibuang begitu saja setelah pepaya diambil buahnya. Padahal, apabila biji pepaya diolah untuk diambil minyaknya akan sangat menguntungkan
Yuniwati dan Purwanti, 2008. Secara tradisional biji pepaya dapat dimanfaatkan sebagai obat cacing gelang, gangguan pencernaan, diare, penyakit kulit, kontrasepsi
pria, bahan baku obat masuk angin dan sebagai sumber untuk mendapatkan minyak dengan kandungan asam-asam lemak tertentu Warisno, 2003.
Menurut Chinoy 1985, ekstrak biji pepaya dapat menurunkan motilitas spermatozoa dan laju fertilisasi pada tikus albino jantan. Dikatakan setelah
penyuntikan selama 60 hari, motilitas spermatozoa dan laju fertilisasi menurun hingga 0. Efek tersebut bersifat sementara dan akan kembali normal setelah tiga bulan
kemudian. Di samping itu ekstrak biji pepaya tersebut dapat sebagai pengatur fertilitas atau kesuburan secara postestikuler pada tikus jantan, karena ekstrak tersebut
memiliki efek membunuh sperma spermisidal terhadap spermatozoa matang di epididimis. Demikian pula halnya suspensi bubuk biji pepaya dalam air dengan dosis
20 mg ekor yang diberikan secara oral pada tikus jantan selama 8 minggu, menunjukkan penurunan kemampuan menghamili tikus-tikus betina sebesar 40 kali
Farnsworth et al., 1982 dalam Amir 1992.
2.1.2 Kandungan Aktif Biji Pepaya
Apabila dikaitkan dengan senyawa aktif dari tanaman ini ternyata banyak diantaranya mengandung alkaloid, steroid, tanin dan minyak atsiri. Dalam biji pepaya
mengandung senyawa-senyawa steroid. Kandungan biji dalam buah pepaya kira-kira 14,3 dari keseluruhan buah pepaya Satriasa dan Pangkahila, 2010. Kandungannya
berupa asam lemak tak jenuh yang tinggi, yaitu asam oleat dan palmitat Yuniwati dan Purwanti, 2008. Selain mengandung asam-asam lemak, biji pepaya diketahui
mengandung senyawa kimia lain seperti golongan fenol, alkaloid, terpenoid dan saponin Warisno, 2003. Zat-zat aktif yang terkandung dalam biji pepaya tersebut
bisa berefek sitotoksik, anti androgen atau berefek estrogenik Lohiya et al., 2002 dalam Satriyasa, 2007. Alkaloid salah satunya yang terkandung dalam biji pepaya
Universitas Sumatera Utara
dapat berefek sitotoksik. Efek sitotoksik tersebut akan menyebabkan gangguan metabolisme sel spermatogenik Arsyad, 1999 dalam Satriyasa dan Pangkahila, 2010.
Biji pepaya jangan sekali-kali termakan oleh orang yang sedang hamil muda karena dapat mengakibatkan keguguran. Orang yang keguguran akibat memakan biji
pepaya ini biasanya sulit hamil kembali karena adanya pengeringan rahim akibat masuknya enzim proteolitik seperti papain, chymopapain A, chymopapain B, dan
peptidase pepaya. Di samping mengandung enzim proteolitik, biji pepaya juga mengandung senyawa kimia yang lain seperti: lemak majemuk 25 , lemak 26 ,
protein 24,3 , 17 serat, karbohidrat 15,5 , abu 8,8 , dan air 8,2 Kloppenburg-Versteegh, 1915 dalam Amir 1992.
2.2 Testosteron Undekanoat
Testosteron Undekanoat 17-hydroksil-4-androsten-3-one 17- undecanoat terdiri dari bahan yang mudah dicerna, suatu alifatik, ester asam lemak testosteron yang
sebagiannya diarsorbsi lewat usus yang mengandung sistem limfatikus setelah pemberian secara oral Kamische et al., 2002 dalam Ilyas, 2008. Testosteron
Undekanoat merupakan suatu bentuk ester dari testosteron alami. Bentuk aktif testosteron dihasilkan dari hidrolisasi esternya. Efek utama dari testosteron hasil
hidrolisasi TU tersebut terjadi setelah adanya ikatan testosteron terhadap reseptor spesifiknya yang membentuk komplek hormon-reseptor. Komplek hormon-reseptor
tersebut masuk ke dalam inti sel dimana ia akan memodulasi transkripsi gen-gen tertentu setelah terikat dengan DNA Ilyas, 2008.
Testosteron undekanoat TU yang dikembangkan untuk kontrasepsi pria digunakan dalam bentuk injeksi liquid. Sediaan tersebut diberikan dengan cara
injeksi secara intramuskular, selain itu ada juga TU dalam bentuk powder yang kadang-kadang dibungkus dengan kapsul. Testosteron undekanoat Gambar 2.1
dihasilkan melalui esterifikasi testosteron alami pada posisi 17β. TU ini merupakan steroid dengan 19 atom karbon dengan rumus kimia C
19
H
28
O
2
, serta nama kimianya adalah 17 betahydroxyandrost-4-en-3-one Goodman and Gilman,1980.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1 Rumus bangun testosteron undekanoat TU Goodman and Gilman, 1980.
2.3 Fisiologi Reproduksi Mencit Jantan
Sistem reproduksi mencit jantan terdiri dari sepasang testis yang dibungkus skrotum, epididimis dan vas deferens, kelenjar aseksoris, uretra dan penis. Pada awal
pembentukan sampai menjelang kelahiran, testis mencit berada dalam rongga abdomen, kemudian testis tersebut turun dan masuk ke dalam skrotum setelah
beberapa hari dilahirkan Rugh, 1968. Turunnya testis ke dalam skrotum, dimaksudkan agar suhu sekitar testis tersebut lebih rendah dari suhu rongga abdomen.
Suhu testis mamalia berkisar antara 1°C - 8°C lebih rendah daripada suhu rongga abdomen. Pada mencit suhu testis 28,5 °C dan suhu rongga abdomen 37,1°C
Harrison dan Weiner, 1948 dalam Amir, 1992. Testis terbentuk dari lengkungan-lengkungan tubulus seminiferus yang
bergelung yang dindingnya merupakan tempat pembentukan spermatozoa dari sel-sel germinativum primitif spermatogenesis. Kedua ujung setiap lengkungan disalurkan
ke dalam jaringan duktus dikepala epididimis Ganong, 2002. Epididimis adalah tuba terlilit yang panjangnya mencapai 20 kaki 4m sampai 6m. Epididimis terletak pada
bagian dorsolateral testis, merupakan suatu struktur memanjang dari bagian atas sampai bagian bawah testis. Organ ini terdiri dari bagian caput, korpus dan kauda
epididimis Rugh, 1968. Dari tubula seminiferus testis, sperma lewat ke dalam saluran mengulir pada epididimis. Selama perjalanan ini, sperma menjadi motil dan
mendapatkan kemampuan untuk membuahi Campbell et al., 2004.
O
C-CH
2 9
-CH
3
O O
Universitas Sumatera Utara
2.4 Spermatozoa Mencit