lendir serviks Saputri, 2007. Ada orang yang spermatozoanya lemah sekali gerak majunya, disebut astenozoospermia, sedangkan jika semua sperma diperiksa nampak
mati, tak bergerak disebut necrozoospermia. Menurut Hidayaturrahmah 2007, pengamatan untuk waktu motilitas spermatozoa dilakukan dengan mencatat waktu
dalam satuan detik pada 2 jenis motilitas: fast progressive pergerakan spermatozoa yang bergerak sangat cepat dengan arah maju kedepan dan motilitas slow progressive
pergerakan spermatozoa yang bergerak cepat dengan arah maju kedepan.
2.5 Spermatogenesis Spermatogenesis adalah serangkaian proses perkembangan dan pematangan sel-sel
germinal di bagian epitel tubulus seminiferus testis, mulai dari perkembangan spermatogonia dan akhirnya menjadi spermatozoa yang terletak di dekat lumen Amir,
1992. Proses spermatogenesis merupakan siklus yang rumit dan teratur dalam pembentukan spermatozoa. Proses normal spermatogenesis diatur oleh sistem hormon
FSH, LH dan Testosteron, yang pengendaliannya melalui proses hipotalamus- hipofisis-testis Adimunca dan Sutyarso, 1997.
Sel germinal Primordial mencit jantan muncul sekitar 8 hari kehamilan, dengan jumlah hanya 100, yang merupakan awal dari jutaan spermatozoa yang akan
diproduksi dan masih berada didaerah ekstra gonad. Pada hari ke 9 dan 10 kehamilan sebagian mengalami degenerasi dan sebagian lain mengalami proliferasi dan bahkan
bergerak pada hari 11 dan 12 ke daerah genitalia. Pada saat itu jumlahnya mencapai sekitar 5000 dan identifikasi testis dapat dilakukan. Tidak berapa lama setelah
kelahiran, sel tampak lebih besar yaitu spermatogonia. Setelah itu akan ada spermatogonia dalam testis mencit sepanjang hidupnya. Ada tiga jenis spermatogonia:
tipe A, tipe intermediet dan tipe B Rugh, 1968. Menurut Sherwood 2001, secara umum spermatogenesis mencakup tiga
tahapan utama yaitu proliferasi mitotik, miosis dan pengemasan, dapat di uraikan sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
a. Proliferasi mitotik Spermatogonia yang terletak dilapisan paling luar tubulus secara terus menerus
membelah secara mitosis, dengan semua sel baru membawa empat puluh enam kromosom yang identik dengan sel induk. Proliferasi ini menghasilkan pasokan
kontinu sel-sel germinativum baru. Setelah pembelahan mitosis spermatogonia salah satu sel anak tetap berada di tepi luar tubulus sebagai spermatogonium yang tidak
berdiferensiasi, dengan demikian mempertahankan lapisan sel germinativum. Sementara itu, sel anak lainnya mulai bergerak kearah lumen sementara mengalami
berbagai tahapan lainnya yang diperlukan untuk membentuk sperma. Sel anak yang menghasilkan sperma membelah diri secara mitosis dua kali untuk membentuk empat
spermatosit primer yang identik. Setelah pembelahan mitosis yang terakhir, spermatosit primer masuk ke fase istirahat selama kromosom mengalami duplikasi.
b. Meiosis dan pengemasan Selama miosis, setiap spermatosit primer dengan empat puluh enam kromosom
ganda membentuk dua spermatosit sekunder masing-masing dengan dua puluh tiga kromosom ganda selama pembelahan miosis pertama, yang akhirnya menghasilkan
empat spermatid masing-masing dengan dua puluh tiga kromosom tunggal sebagai hasil pembelahan miosis kedua. Setelah tahapan spermatogenesis ini tidak lagi terjadi
pembelahan sel. Setiap spermatid mengalami modifikasi menjadi sebuah spermatozoa. Setelah meiosis, secara struktural spermatid masih mirip dengan spermatogonia yang
belum berdiferensiasi, kecuali jumlah kromosomnya. Pembentukan spermatozoa yang dapat bergerak dan bersifat sangat spesifik dari spermatid memerlukan remodeling
ekstensif atau pengemasan packaging.
2.6 Hormon Pada Jantan