BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertumbuhan Penduduk yang semakin cepat, mendorong pertumbuhan aspek-aspek lainnya, meliputi aspek sosial, ekonomi, politik, kebudayaan dan sebagainya.
Menurut Satriyasa dan pangkahila 2010
, untuk menghindari terjadinya ledakan jumlah penduduk, maka program keluarga berencana KB dijadikan program
nasional di Indonesia. Agar program keluarga berencana tersebut berhasil, maka program keluarga Berencana harus dilakukan oleh semua pihak baik pria maupun
wanita. Selama ini yang aktif melaksanakan Keluarga Berencana kebanyakan wanita. Di Indonesia, keikutsertaan suami dalam program keluarga berencana masih rendah,
hanya 4,38 dari seluruh peserta keluarga berencana Suyono, 1985. Badan Kesehatan Dunia WHO telah membentuk suatu kelompok kerja
pokja adalah untuk mencari dan mengembangkan metode pengaturan kesuburan pria yang aman, efektif dan dapat diterima. Strategi penelitian yang dilakukan oleh pokja
WHO adalah mengembangkan kontrasepsi pria melalui bahan atau zat dari tumbuh- tumbuhan yang diduga mempunyai bahan aktif yang bersifat antifertilitas Yurnadi et
al., 2002. Berdasarkan analisis yang pernah dilakukan pada sejumlah besar tanaman,
diketahui bahwa 25 diantaranya mengandung satu atau lebih zat aktif, misalnya biji pepaya.
Biji pepaya Carica papaya L. merupakan salah satu bahan alam yang mempunyai khasiat antifertilitas Satriyasa dan Pangkahila, 2010.
Ekstrak biji pepaya dapat digunakan untuk bahan kontrasepsi yang berfungsi sebagai antifertilitas karena dapat menyebabkan keguguran abortivum pada wanita
yang sedang hamil Klopenburg-verteegh, 1915 dalam Amir, 1992. Biji pepaya mengandung berbagai zat antara lain enzim proteolitik. Enzim tersebut dapat
menurunkan viskositas semen Souminen, 1971.
Universitas Sumatera Utara
Dalam penelitian ini, ekstrak air biji pepaya dikombinasikan dengan testosteron undekanoat TU. Testosteron merupakan hormon yang mengatur
seksualitas pria, baik secara fisik maupun psikologis. Suatu aksi langsung dari testosteron sendiri dapat ditunjukkan di otak, pituitari, ginjal, otot dan kelenjar
submaksilaris. Testosteron harus diubah menjadi 5-alfa-dihidrotestosteron DHT oleh suatu enzim khusus 5-alfa-reduktase sebelum berikatan dengan reseptor alpha-DHT
David, 1935. Tujuan utama dari pemberian testosteron adalah mempertahankan
tingginya tingkat serum testosteron jangka panjang pada pria yang ikut dalam kontrasepsi pria. Hal ini bertujuan untuk menekan spermatogenesis sehingga terjadi
azoospermia atau oligozoospermia berat yang berlangsung lebih lama namun bersifat aman, efektif, reversibel, dan aseptibel. Rentang fisologi dari TU dapat mencapai 12
minggu setelah injeksi. Pola metabolisme TU mengikuti pola testosteron yang menghasilkan dihidrotestosteron DHT dan estradiol. Pemberian TU dapat
meningkatkan konsentrasi testosteron plasma dan menurunkan konsentrasi gonadotropin Ilyas, 2008.
Kombinasi dari ekstrak air biji pepaya dan testosteron undekanoat TU, mampu berfungsi dalam menekan atau menghambat pembentukan spermatozoa
mencit jantan, tetapi tidak menurunkan libido. Pemulihan kembali proses spermatogenesis dapat dilakukan dengan pemberian vitamin E. Vitamin E tokoferol
merupakan suatu zat yang mampu melawan radikal bebas dan sebagai antioksidan, yang dapat berfungsi sebagai pelindung terhadap peroksidasi lemak di dalam
membran Sulistyowati, 2006. Berdasarkan hasil penelitian yang pernah dilakukan, vitamin E mampu mengurangi kerusakan spermatogenesis pada jantan dan menjaga
perkembangan zigot pada betina. Pada sistem reproduksi, vitamin E berfungsi sebagai
antioksidan bersama-sama dengan mineral selenium Iriyanti et al., 2007. Defisiensi vitamin E dapat menyebabkan sterilitas yang permanen Mc Dowell, 1991 dalam
Iriyanti et al., 2007 Vitamin E mengendalikan peroksida lemak dengan menyumbangkan hidrogen
ke dalam reaksi yang mampu mengubah radikal peroksil hasil peroksidasi lipid menjadi radikal tokoferol yang kurang reaktif sehingga tidak mampu merusak rantai
asam lemak dan melindungi sel dari kerusakan Winarsi, 2007. Berdasarkan Penelitian yang pernah dilakukan, ditemukan adanya efek proteksi oleh vitamin E
Universitas Sumatera Utara
2mgkg berat badan per oral terhadap fungsi reproduksi mencit jantan yang dipaparkan Merkuri 1,25 mgkg berat badan hari selama 45 hari yang ditandai dengan
peningkatan dalam jumlah dan motilitas sperma yang hidup. Hal ini menunjukkan bahwa vitamin E sebagai antioksidan mampu melindungi atau memperbaiki fungsi
reproduksi mencit jantan yang terpapar oleh berbagai zat penginduksi strees oksidatif Rao and Sharma, 2001.
1.2 Permasalahan
Faktor utama yang diharapkan dalam penemuan bahan kontrasepsi pria adalah berkurangnya kandungan spermatozoa tetapi tidak mempengaruhi kandungan
testosteron plasma. Kadar testosteron yang normal dalam darah berfungsi memelihara dan mempertahankan spermatogenesis. Sebaliknya kadar testosteron yang tinggi
diatas kadar fisiologis akan menghambat spermatogenesis. Akibatnya akan terjadinya azoospermia, namun dengan pemberian Vitamin E sebagai antioksidan yang dapat
menetralisir radikal bebas dan menghambat peroksidasi lipid, akan mempercepat spermatozoa yang dihasilkan kembali dalam jumlah normal. Hal ini yang menjadi
dasar pemikiran perkembangan kotrasepsi pada pria serta proses cepat dalam penyembuhannya. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah vitamin E
α- tokoferol, testosteron undekanoat TU dan biji pepaya Carica papaya L. yang
diduga dapat memulihkan spermatozoa mencit.
1.3 Tujuan Penelitian