Karakteristik Siswa di Sekolah Dasar Inklusi

14 Tabel 1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA Kelas V SD Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Energi dan Perubahannya 5. Memahami hubungan antara gaya, gerak, dan energi, serta fungsinya 5.1 Mendeskripsikan hubungan antara gaya, gerak dan energi melalui percobaan gaya gravitasi, gaya gesek, gaya magnet 5.2 Menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat 6. Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karyamodel 6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya 6.2 Membuat suatu karyamodel, misalnya periskop atau lensa dari bahan sederhana dengan menerapkan sifat- sifat cahaya Bumi dan Alam Semesta 7. Memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam 7.1 Mendeskripsikan proses pembentukan tanah karena pelapukan 7.2 Mengidentifikasi jenis-jenis tanah 7.3 Mendeskripsikan struktur bumi 7.4 Mendeskripsikan proses daur air dan kegiatan manusia yang dapat mempengaruhinya 7.5 Mendeskripsikan perlunya penghematan air 7.6 Mengidentifikasi peristiwa alam yang terjadi di Indonesia dan dampaknya bagi makhluk hidup dan lingkungan 7.7 Mengidentifikasi beberapa kegiatan manusia yang dapat mengubah permukaan bumi pertanian, perkotaan, dsb

B. Karakteristik Siswa di Sekolah Dasar Inklusi

1. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar Siswa kelas V SD termasuk dalam masa kanak-kanak akhir 7-12 tahun. Siswa kelas V SD memiliki tugas perkembangan yang muncul sesuai periode perkembangannya. Rita Eka Izzaty dan kawan-kawan 15 2008: 103 menyebutkan tugas-tugas perkembangan siswa SD adalah sebagai berikut. a. Belajar keterampilan fisik yang diperlukan untuk bermain. b. Sebagai makhluk yang sedang tumbuh, mengembangkan sikap yang sehat mengenai diri sendiri. c. Belajar bergaul dengan teman sebaya. d. Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita. e. Mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar untuk membaca, menulis, dan berhitung. f. Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari. g. Mengembangkan kata batin, moral, dan skala nilai. h. Mengembangkan sikap terhadap kelompok sosial dan lembaga. i. Mencapai kebebasan pribadi. Ahman dan Sunaryo Kartadinata Mohammad Ali dan kawan- kawan, 2007: 87 mengemukakan salah satu tugas perkembangan siswa SD yaitu belajar menjadi pribadi mandiri, yang meliputi: a. Memiliki kemampuan mengurus diri sendiri. b. Mampu menyusun rencana kegiatan sehari-hari tanpa bantuan orang lain. c. Mampu melaksanakan rencana kegiatan secara konsekuen. Sejalan dengan pendapat Ahman dan Sunaryo Kartadinata, Suharjo 2006: 37 mengungkapkan bahwa anak-anak SD memiliki karakteristik 16 pertumbuhan kejiwaan yang semakin menyadari diri selain mempunyai keinginan, perasaan tertentu juga semakin bertumbuhnya minat tertentu dan ketergantungan kepada orang dewasa semakin berkurang serta kurang memerlukan perlindungan orang dewasa. Berdasarkan pendapat beberapa tokoh tersebut tugas perkembangan siswa SD dapat disimpulkan sebagai berikut. a. Mengembangkan sikap terhadap kelompok sosial. b. Mengembangkan perannya sesuai dengan jenis kelaminnya. c. Memiliki tanggungjawab. d. Mengembangkan minat dan potensi diri. Rita Eka Izzaty dan kawan-kawan. 2008: 116 menyebutkan ciri- ciri khas anak masa kelas-kelas tinggi IV-VI Sekolah Dasar sebagai berikut. a. Perhatiannya tertuju kepada kehidupan praktis sehari-hari. b. Ingin tahu, ingin belajar dan realistis. c. Timbul minat kepada pelajaran-pelajaran khusus. d. Anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi belajarnya di sekolah. e. Anak-anak suka membentuk kelompok sebaya atau peergroup untuk bermain bersama, mereka membuat peraturan sendiri dalam kelompoknya. 17 Ciri-ciri siswa kelas tinggi menurut Usman Samatowa 2006: 11 antara lain: a. Sudah mulai mandiri. b. Sudah ada rasa tanggung jawab pribadi. c. Penilaian terhadap dunia luar tidak hanya dipandang dari dirinya sendiri tetapi juga dilihat dari diri orang lain. d. Sudah menunjukkan sikap yang kritis dan rasional. Berdasarkan pendapat kedua tokoh tersebut, dapat disimpulkan ciri-ciri siswa kelas tinggi sebagai berikut: a. Sudah memiliki rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri. b. Memiliki pemikiran yang rasional realistis. c. Memiliki rasa ingin tahu dan keinginan belajar yang besar. d. Memiliki minat khusus terhadap pelajaran tertentu. e. Bermain secara berkelompok. f. Menganggap nilai sebagai ukuran prestasi. 2. Karakteristik Siswa dengan Gangguan Intelektual a. Pengertian Anak Gangguan Intelektual Anak dengan gangguan intelektual atau mental dikenal dengan istilah tunagrahita, yaitu anak yang memiliki kecerdasan mental di bawah normal degradasi mental. Bratanata menyatakan bahwa seseorang dikategorikan berkelainan mental subnormal atau tunagrahita jika ia memiliki tingkat kecerdasan yang sedemikian rendahnya di bawah normal sehingga untuk meniti tugas perkembangannya 18 memerlukan bantuan atau layanan secara spesifik, termasuk dalam bidang pendidikannya Mohammad Efendi, 2006: 88. Menurut Rochyadi dan Alimin 2005: 10-12, istilah tunagrahita intellectual disability atau dalam perkembangan sekarang lebih dikenal dengan istilah developmental disability. Tunagrahita merupakan kondisi yang komplek menunjukkan kemampuan intelektual yang rendah dan mengalami hambatan dalam perilaku adaptif. Perilaku adaptif diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam memikul tanggung jawab sosial menurut ukuran norma sosial tertentu, dan bersifat kondisi sesuai dengan tahap perkembangannya. Mumpuniarti 2003: 23 menyebutkan bahwa anak tunagrahita ialah anak yang memiliki hambatan di bidang mental. Hambatan tersebut ditunjukkan dengan gejala keterbelakangan atau keterlambatan perkembangan dibanding dengan usia kronologisnya, serta dibanding dengan anak yang usia sebaya menunjukkan keterlambatan dalam segala aspek kemampuan mereka. Anak tunagrahita memiliki hambatan mental untuk mengikuti pembelajaran yang setaraf anak normal. Penggolongan anak tunagrahita untuk keperluan pembelajaran menurut Kemis dan Rosnawati 2013: 12-13 dibagi menjadi empat, yaitu: 1 taraf perbatasan borderlineslow lerner dengan IQ 70-85; 2 tunagrahita mampu didik educable mentally retarded dengan IQ 50- 75; 3 , tunagrahita mampu latih trainable mentally retarded dengan IQ 30-50; dan 4 tunagrahita butuh rawat deperndent or profoundly 19 mentally retarded dengan IQ dibawah 30. Penggolongan anak tunagrahita dilakukan dengan tes intelegensi. Berdasarkan pendapat beberapa tokoh di atas, dapat disimpulkan bahwa anak tunagrahita adalah anak yang memiliki kemampuan berpikir di bawah rata- rata, yaitu anak yang memiliki IQ ≤ 70. Penentuan seorang anak tunagrahita atau bukan dilakukan menggunakan tes intelegensi IQ. Anak tunagrahita dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu mampu didik tunagrahita ringan, mampu latih tunagrahita sedang, dan butuh rawat tunagrahita berat. b. Pengertian dan Karakteristik Anak Tunagrahita Mampu Didik Mohammad Efendi 2006: 90 berpendapat bahwa anak tunagrahita mampu didik disebut juga debil adalah anak tunagrahita yang tidak mampu mengikuti pada program sekolah biasa tetapi masih memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan melalui pendidikan walaupun hasilnya tidak maksimal. Kemampuan yang dapat dikembangkan adalah kemampuan bidang akademis, sosial, dan pekejaan. Kemampuan akademis antara lain membaca, menulis, mengeja, dan menghitung. Kemampuan bidang sosial dalam bentuk penyesuaian diri terhadap lingkungan dan tidak menggantungkan diri pada orang lain. Kemampuan dalam bidang pekerjaan yaitu anak tunagrahita ringan memiliki kemampuan sederhana yang dapat digunakan untuk kepentingan kerja di kemudian hari. 20 Anak tunagrahita mampu didik tunagrahita ringan secara fisik umumnya tidak berbeda dengan anak normal tetapi secara psikis berbeda. Anak tunagrahita mampu didik memiliki ciri-ciri atau karakteristik khusus yang membedakannya dengan anak normal. Karakteristik anak tunagrahita mampu didik menurut Amin 1995: 37 antara lain: 1 Lancar berbicara tetapi memiliki kurang dalam perbendaharaan kata. 2 Mengalami kesukaran berpikir abstrak. 3 Sebagian tunagrahita ringan usia 16 tahun baru mencapai umur kecerdasan sama dengan usia 12 tahun. 4 Kecerdasan berpikir paling tinggi sama dengan anak usia 12 tahun The New American Webster dalam Amin, 1995: 37. Menurut Mumpuniarti 2003: 41-42 dalam pembelajaran anak tunagrahita ringan mempunyai karakteristik sebagai berikut. 1 Sukar memahami masalah yang abstrak. 2 Sukar dalam memusatkan perhatian. 3 Perhatiannya cepat beralih sehingga sulit fokus pada satu tugas. 4 Pelupa dan mengalami kesukaran mengungkapkan kembali ingatannya. 5 Kurang mampu membuat asosiasi. 6 Sukar membuat kreasi baru. 21 Berdasarkan pendapat dari beberapa tokoh tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa karakteristik anak tunagrahita ringan dalam pembelajaran antara lain: 1 Bentuk fisik atau penampilan anak tunagrahita ringan sama dengan anak normal pada umumnya. 2 Memiliki perbendaharaan kata yang kurang sehingga saat bicara sedikit terbatah-batah. 3 Memiliki kemampuan intelektual yang lemah sehingga hanya dapat diajarkan membaca, menulis, mengeja, dan berhitung sederhana. 4 Kurang mampu berpikir abstrak dan logis serta menganalisa. 5 Memiliki daya ingat yang lemah. 6 Tidak dapat fokus pada satu hal dalam waktu yang lama konsentrasinya mudah teralihkan. Karakteristik anak tunagrahita yang berbeda dengan siswa normal menjadikan guru harus menerapkan strategi khusus dalam pembelajaran. Menurut Mumpuniarti 2007: 26 strategi pembelajaran untuk anak tunagrahita ringan mampu didik sebagai prosedur meningkatkan daya ingat antara lain: 1 Mengurangi rangsangan lingkunyan yang perlu 2 Menghadirkan masing-masing komponen rangsangan secarajelas yang nilainya sepadan dengan sebelumnya. 3 Dimulai tugas yang sederhana, dilanjutkan tugas yang lebih kompleks. 4 Menghindari materi yang tidak relevan dengan tugas belajar. 5 Melabel rangsangan. 6 Meminimalkan penguat untuk mengurangii antisipasi dari hadiah. 7 Menyediakan praktik untuk ingatan jangka pendek 22 8 Mengintegrasikan materi praktik dengan bidang subject bantu membuat pengalaman sukses pada anak. 9 Mempertunjukkan keterampilan-keterampilan yang melibatkan ingatan jangka pendek, yang menjadikan terpusat pada cara-cara program. c. Pengertian dan Karakteristik Anak Keterlambatan Belajar Slow Lerner Menurut Toto Nini Triani dan Amir, 2013: 3 siswa lamban belajar slow lerner ialah siswa yang intelegensinya berada pada taraf perbatasan borderline dengan IQ 70-85 berdasarkan tes intelegensi baku. Cooter Cooter Jr. berpendapat bahwa anak lamban belajar atau slow lerner adalah mereka yang memiliki prestasi belajar rendah atau sedikit dibawah rata-rata dari anak pada umumnya, pada salah satu atau seluruh area akademik. Jika dilakukan pengetesan pada IQ, skor IQ mereka 70-90 Nini Triani dan Amir, 2013: 3. Tingkat intelegensi yang di bawah anak normal namun masih di atas anak tunagrahita membuat anak lamban belajar memiliki karakteristik yang berbeda. Karakteristik anak lamban belajar menurut Nini Triani dan Amir 10-12 adalah sebagai berikut. 1 Intelegensi Anak lamban belajar slow lerner mengalami masalah hampir pada semua mata pelajaran yang berkenaan dengan hafalan dan pemahaman. Sulit memahami hal-hal abstrak. Nilai hasil belajar lebih rendah dibandingkan anak normal. 23 2 Bahasa Anak lamban belajar memiliki kesulitan dalam bahasa ekspresif atau pun menyampaikan ide atau gagasan maupun dalam memahami percakapan orang lain atau bahasa reseptif. Hanya memahami bahasa sederhana yang singkat dan jelas. 3 Emosi Anak lamban belajar memiliki emosi yang kurang stabil, sensitif dan mudah marah, serta mudah putus asa down. 4 Sosial Anak lamban belajar kurang dapat bersosialisasi dengan baik, bersikap pasif atau bahkan menarik diri dari lingkungan sosial. 5 Moral Anak lamban belajar cenderung tidak patuh atau melanggar aturan karena mereka tidak paham untuk apa peraturan dibuat. Hal tersebut dikarenakan kemampuan mengingat yang rendah sehingga perlu sering diingatkan. Giburrg dan Opper dalam Nini Triani dan Amir 2013: 18 membagi tahap perkembangan kognitif anak lamban belajar slow lerner berdasarkan umur, yaitu 1 sensorimotor 0-2 tahun; 2 praoperasional 2-7 tahun; 3 Formal Operasioanal lebih dari 11 tahun. Tahap operasi formal dimulai pada sekitar umur 11 tahun. Pada tahap ini anak memperlihatkan adanya suatu masa transisi utama dalam 24 proses berpikir. Anak telah mampu berpikir abstrak, menggunakan berbagai teori dan menggunakan berbagai hubungan logis tanpa harus menunjukkan pada hal-hal yang konkret. Tahap operasi formal merupakan landasan yang memungkinkan anak melakukan pemecahan berbagai masalah. Banyak anak berkebutuhan khusus yang meskipun umurnya mencapai 11 tahun tetapi masih berada pada tahapan operasi konkret. Mereka memerlukan banyak bantuan dan latihan agar memiliki landasan yang kuat untuk mencapai tahapan operasi formal. Transisi dari suatu tahapan ke tahapan yang lain memerlukan kematangan. Menurut Piaget dalam Nini Triani dan Amir 2013: 19, tahapan- tahapan tersebut berurutan dan hierarkis. Anak hendaknya diberi kesempatan untuk memantapkan perilaku dan berpikir sesuai dengan tahapan-tahapan perkembangannya. Anak-anak lamban belajar mengalami kelambatan kematangan fungsi neurologis, kognitif, motorik, dan lain-lain Nini Triani dan Amir, 2013: 18. Pemberian program pembelajaran atau tuntutan- tuntutan yang tidak sesuai dengan kematangan peserta didik tidak hanya kurang sesuai, melainkan dapat menyebabkan timbulnya masalah baru atau semakin memperparah kondisi peserta didik.

C. Tinjauan Tentang Keaktifan Belajar

Dokumen yang terkait

MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA KELAS V PADA MATA PELAJARAN IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN LEARNING COMMUNITY SD NEGERI NO 106195 PULAU GAMBAR.

0 2 20

PENGARUH PEMBELAJARAN JOYFUL LEARNING TERHADAP MINAT BELAJAR SISWA KELAS V MATA PELAJARAN IPA SD NEGERI TANGKIL 4 TAHUN Pengaruh Pembelajaran Joyful Learning Terhadap Minat Belajar Siswa Kelas V Mata Pelajaran IPA SD Negeri Tangkil 4 Tahun Pelajaran 2013

0 2 11

PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT AGAR Peningkatan Keaktifan Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Cooperative Script Agar Prestasi Meningkat Pada Mata Pelajaran Kewirausahaan Kelas X PEKSOS 2 SMK Negeri

0 1 18

PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT AGAR Peningkatan Keaktifan Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Cooperative Script Agar Prestasi Meningkat Pada Mata Pelajaran Kewirausahaan Kelas X PEKSOS 2 SMK Negeri

0 1 16

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E PADA MATA PELAJARAN Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Learning Cycle 7E Pada Mata Pelajaran IPA Kelas V SD Muhammadiyah 2 Kauman Surakarta Tahun

0 1 19

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E PADA MATA PELAJARAN Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Learning Cycle 7E Pada Mata Pelajaran IPA Kelas V SD Muhammadiyah 2 Kauman Surakarta Tahun

0 0 16

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar menggunakan pendekatan Problem Based Learning pada mata pelajaran Matematika siswa kelas V di SD Negeri Sidomoyo.

0 2 244

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar pada mata pelajaran PKN menggunakan model PBL untuk siswa kelas V SD Negeri Plaosan I.

0 2 230

PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TEAMS GAMES TURNAMENTS (TGT) PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS V SD NEGERI 1 KEPURUN.

0 1 240

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V SD NEGERI SUROKARSAN II YOGYAKARTA.

0 1 204