74
lain dalam menguasai kemampuan yang diajarkan oleh guru agar timnya mendapatlkan penghargaan.
Pada Siklus III, indikator keberhasilan penelitian sudah tercapai. Rata-rata keaktifan belajar siswa mencapai 75,3 berdasarkan hasil evaluasi
dan hasil belajar siswa mencapai 79 rentang 0-100. Berdasarkan data yang diperoleh, dapat dikatakan bahwa penerapan model pembelajaran
Cooperative Learning dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa Kelas V SD Negeri Bangunrejo 2, Yogyakarta.
Berdasarkan pembahasan penelitian ini, dapat dikatakan bahwa penerapan model pembelajaran Cooperative Learning dalam pembelajaran
IPA dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa Kelas V SD Negeri Bangunrejo 2, Yogyakarta.
C. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini masih jauh dari sempurna. Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini dipaparkan pada penjelasan berikut.
1. Observer kurang mampu dalam mengamati setiap siswa secara detail.
2. Peneliti tidak dapat mengontrol seluruh kegiatan pembelajaran sehingga
masih ada indikator yang belum dapat ditingkatkan pada setiap siklus. 3.
Sebagian besar siswa adalah anak berkebutuhan khusus yang terdiri dari lamban belajar dan tunagrahita ringan.
4. Beberapa siswa sangat tergantung pada guru pendamping khusus GPK.
5. GPK mendampingi selama Siklus I dan tidak hadir pada Siklus II.
6. Guru kelas meninggalkan pelajaran ketika pelaksanaan kuis pada Siklus II.
75
7. Materi Struktur Bumi sudah diajarkan sebelum dilakukan penelitian,
sedangkan materi Daur Air belum. 8.
Hasil penelitian ini hanya berlaku pada waktu dan tempat saat dilakukannya penelitian sehingga tidak bisa digunakan untuk generalisasi.
76
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa keaktifan belajar siswa Kelas V SD Negeri Bangunrejo 2, Yogyakarta pada mata
pelajaran IPA dapat ditingkatkan melalui penerapan model pembelajaran kooperatif cooperative learning.
Pada Siklus I penerapan model pembelajaran kooperatif dilaksanakan dengan melakukan tahap-tahap sebagai berikut: 1 Pengkondisian kelas, 2
Pengamatan video tentang struktur Bumi, 3 Diskusi kelompok, 4 Presentasi, 5 Kuis, dan 6 Analisis hasil kuis dan perayaan. Hasil observasi menunjukkan
bahwa rata-rata keaktifan siswa mencapai 68,8. Hasil tersebut belum mencapai indikator. Pada Siklus I juga masih terdapat kekurangan pada
pelaksanaan pembelajaran IPA dengan penerapan model pembelajaran kooperatif type STAD sehingga penelitian dilanjutkan ke Siklus II.
Pada siklus II, perbaikan yang dilakukan yaitu, 1 Siswa diberikesempatan lebih banyak untuk berbicara, 2 Tugas diskusi dan
presentasi dituliskan secara lebih detail pada lembar kerja siswa, 3 Setiap kelompok diwajibkan memberikan tanggapan terhadap presentasi kelompok
lain. Hasil observasi menunjukkan bahwa rata-rata keaktifan belajar siswa sebesar 75,3. Hasil tersebut sudah mencapai indikator keberhasilan, yaitu
rata-rata keaktifan belajar siswa berdasarkan hasil observasi ≥ 75.
77
Hasil evaluasi siswa mengalami peningkatan dari pratindakan nilai ulangan tengah semester ke Siklus I sebesar 43 yaitu dari 57 ke 82. Namun,
dari Siklus I ke SiklusII mengalami penurunan sebesar 3 yaitu dari 82 ke 79. Meskipun demikian hasil penelitian dapat mencapai indikator keberhasilan
yang telah ditentukan, yaitu ≥15 siswa mencapai nilai KKM sebesar 70.
B. Saran