50
dinyatakan dalam daftar untuk bidang dan jenis hasil belajat yang akan diukur serta kemampuan pengamat untuk menandai ada atau tidaknya
komponen tersebut dala tingkah laku peserta didik yang diamati. 2.
Analisis Data Hasil Wawancara Hasil wawancara dideskripsikan untuk mendukung hasil observasi.
3. Analisis Data Dokumentasi
Data-data yang diperoleh dari dokumen diamati kemudian dideskripsikan untuk mendukung hasil observasi.
Keabsahan data dalam penelitian ini diperoleh dengan cara mencocokkan data yang satu dengan data yang lain. Data yang telah
terkumpul dari berbagai instrumen di atas kemudian dianalisis menurut rumusan masalah sehingga dapat ditarik kesimpulan.
J. Indikator Keberhasilan
Keberhasilan tindakan sangat tergantung pada kondisi kelas dan PTK sehingga peran guru kelas yang mengetahui tentang segala karakteristik kelas
dan siswanya sangatlah penting Joko Suwandi, 2011: 35. Keberhasilan penelitian tindakan ini ditandai dengan adanya peningkatan keaktifan belajar
siswa dalam pembelajaran IPA. Berdasarkan kesepakatan dengan guru kelas, indikator keberhasilan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu rata-rata
keaktifan belajar siswa berdasarkan hasil observasi masing-masing ≥ 75.
51
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kelas V SD Negeri Bangunrejo 2, Yogyakarta pada bulan Maret - Juni 2016. Subjek penelitian yaitu 20 orang
siswa yang terdiri dari 13 orang laki-laki dan 6 orang perempuan, 7 orang lambat belajar, 6 orang tunagrahita ringan, dan 7 orang siswa normal. Data
inisial subjek ditampilkan pada tabel berikut ini.
Tabel 2. Inisial Subjek Penelitian No
Nama Keterangan No
Nama Keterangan
1 Ad
11 Lg
TR 2
Fn LB
12 Ab
3 Tn
TR 13
Al 4
Lf TR
14 Nc
LB 5
Dd TR
15 As
6 Ds
TR 16
Rg LB
7 Ay
17 Rf
LB 8
Ao LB
18 Sw
9 Hn
LB 19
Vr LB
10 Ks
TR 20
Jh
Keterangan: TR : Tunagrahita Ringan
LB : Labat Belajar Slow Learner
Penelitian ini terdiri dari dua siklus yang tiap siklusnya meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Jadwal pelaksanaan
tindakan setiap siklus ditampilkan pada tabel berikut.
52
Tabel 3. Jadwal Pengumpulan Data
Siklus Hari, tanggal
Waktu Materi
I Senin, 2 Mei 2016
09.15 - 11.00 WIB Struktur Bumi
Selasa, 3 Mei 2016 09.15 - 10.25 WIB
II Kamis, 12 Mei 2016
11.15 - 13.00 WIB Daur Air
Deskripsi dan data setiap siklus dipaparkan secara rinci pada penjelasan berikut.
1. Siklus I.
Siklus I dilaksanakan dengan dua kali pertemuan yaitu pada Senin, 2 Mei 2016 dan Selasa, 3 Mei 2016. Alokasi waktu setiap
pertemuan adalah 3 x 35 menit dan 2 x 35 menit. Materi yang disampaikan yaitu mengenai Struktur Bumi. Rincian tindakan Siklus I dipaparkan
secara rinci pada penjelasan berikut.
a. Perencanaan Tindakan Siklus I
Kegiatan perencanaan dimaksudkan untuk mempersiapkan hal- hal yang diperlukan sebelum pelaksanaan tindakan. Rincian kegiatan
perencanaan tindakan Siklus I, yaitu 1 Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran
RPP pembelajaran
IPA menggunakan
model pembelajaran Cooperative Learning selama dua pertemuan. Rancangan
penerapan model pembelajaran Cooperative Learning dalam penelitian ini adalah guru mengkondisikan siswa ke dalam pengalaman yang
sesuai dengan topik yang diajarkan melalui penggunaan metode dan media yang sesuai dengan materi. Pengalaman pada Siklus I yaitu
menonton video, diskusi, praktik membuat gambar struktur bumi, dan
53
presentasi diskusi kelas, kuis, dan perayaan hasil kuis; 2 Menyiapkan instrumen observasi keaktifan belajar siswa; 3 Menyiapkan sarana
pendukung pembelajaran seperti media pembelajaran dan alat tulis; dan 4 Menyiapkan kamera sebagai alat pendokumentasian kegiatan
pembelajaran. b.
Pelaksanaan Tindakan Siklus I Tindakan Siklus I dilaksanakan sesuai RPP yang telah disusun.
Meskipun ada beberapa hal yang tidak dilaksanakan dan berkembang sesuai kondisi kelas, secara keseluruhan pembelajaran berjalan sesuai
dengan RPP. Rincian pelaksanaan tindakan pada setiap pertemuan adalah sebagai berikut.
1 Pertemuan Ke-1
Pertemuan pertama pada Siklus I dilaksanakan pada hari Senin, 2 Mei 2016 pukul 09.15 - 11.00 WIB. Pembelajaran diikuti
oleh 14 orang siswa. Rincian kegiatan pembelajaran IPA dengan model pembelajaran Cooperative Learning adalah sebagai berikut.
a Guru membantu siswa dalam pengkondisian kelas
Guru mengawali pelajaran IPA dengan meminta siswa membereskan buku mata pelajaran sebelumnya kemudian
mempersiapkan pelajaran IPA. Salam, presensi, dan doa sudah dilakukan pada pelajaran sebelumnya ketika jam pertama masuk
kelas. Guru melakukan apersepsi untuk menggali pengetahuan awal siswa sebelum masuk pada pelajaran inti. Apersepsi
54
dilakukan dengan menanyakan apakah siswa pernah makan telur rebus. Semua siswa menjawab pernah secara bersamaan. Guru
menganalogikan telur rebus tersebut sebagai bumi. Guru menjelaskan bahwa bumi terdiri dari beberapa lapisan.
Selanjutnya guru menjelaskan bahwa siswa akan belajar tentang Struktur
Bumi dengan
model pembelajaran
kelompok Cooperative Learning. Selanjutnya, guru bertanya apakah siswa
sudah mempelajari materi yang akan dipelajari pada hari itu. Sebagian besar siswa sudah mempelajari materi Struktur Bumi.
Hal tersebut dikarenakan materi struktur bumi sudah dijelaskan pada pertemuan sebelumnya.
b Guru mengkondisikan siswa ke dalam pengalaman yang sesuai
dengan topik yang diajarkan melalui penggunaan metode dan media yang sesuai dengan materi.
Pada pertemuan pertama Siklus I ini, pengalaman yang dialami siswa adalah pengamatan, diskusi, menggambar dan
merangkum. Siswa diminta untuk mengamati video. Siswa berkelompok menjadi lima kelompok sesuai dengan arahan guru.
Selanjutnya siswa dibimbing untuk diskusi kelompok dan membuat rangkuman bergambar.
Pada saat mengamati video, ada dua siswa yang tidak fokus Lampiran 14. Gambar 1.. Hal ini menunjukkan bahwa
tidak semua siswa memperhatikan video secara seksama. Guru
55
menegur siswa tersebut kemudian mengulang pengarahan kepada siswa tersebut. Selanjutnya siswa diberi kesempatan terkait video
yang sudah diamatinya. Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan agar siswa mau bertanya. Ada empat orang yang memberi
tanggapan atau jawaban tetapi tidak ada yang bertanya. Sebagian besar siswa hanya mengulangi jawaban siswa lain yang sudah
menjawab secara serentak. Ada juga yang diam. Guru memberikan penguatan dan menjelaskan kembali jawaban-
jawaban siswa. Guru menjelaskan bahwa bumi terdiri dari berbagai lapisan. Setiap lapisan bumi memiliki ketebalan dan
material penyusun yang berbeda yang berbeda. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok dan
mengatur tempat duduk siswa sesuai kelompoknya. Pada saat pembagian kelompok tidak dapat sesuai dengan kelompok yang
telah dipersiapkan sebelumnya karena ada beberapa siswa yang tidak hadir di kelas pada pembelajaran IPA sehingga guru
membentuk kelompok siswa secara spontan di kelas. Ada lima kelompok, empat kelompok terdiri dari tiga orang dan satu
kelompok terdiri dari dua orang. Suasana kelas cukup gaduh saat pembagian kelompok tetapi berjalan lancar meskipun kelompok
yang terdiri dari dua orang protes karena hanya berdua. Siswa berdiskusi dengan teman satu kelompoknya untuk
membuat gambar dan rangkuman tentang struktur bumi
56
Lampiran 14. Gambar 2. Siswa diberi kesempatan untuk mencari informasi dari buku atau media lainnya. Semua siswa
menggunakan buku paket yang sudah disediakan di kelas. Rata- rata gambar siswa sama seperti yang ada di buku paket.
Rangkuman yang dibuat oleh masing-masing kelompok bervariasi. Ada yang menjiplak buku, ada yang meringkas dari
buku, tetapi ada pula yang membuat rangkuman dengan kata-kata sendiri.
Proses diskusi berjalan dengan lancar. Tidak ada siswa yang jalan-jalan dikelas atau berbuat gaduh walaupun ada satu
anak yang hanya diam melamun saat diskusi dan ada satu kelompo yang bekerja sendiri-sendiri. Guru membimbing diskusi
setiap kelompok secara bergantian. Ketika ada hal yang belum dimengerti siswa bertanya kepada guru.
Setelah semua kelompok selesai membuat gambar dan rangkuman, guru mengumpulkan semua hasil pekerjaan siswa.
Selanjutnya, guru bersama siswa menyimpulkan pelajaran. c
Guru mengingatkan siswa tentang tindak lanjut yang akan dilakukan.
Guru menjelaskan secara singkat pelajaran pada pertemuan selanjutnya yaitu presentasi dan tanya jawab. Siswa
ditugaskan untuk belajar di rumah tentang materi yang akan
57
dipresentasikan, yaitu struktur bumi. Pembelajaran ditutup dengan salam.
2 Pertemuan Ke-2
Pertemuan kedua pada Siklus I dilaksanakan pada hari Selasa, 3 Mei 2016 pukul 09.15-10.25 WIB. Rincian kegiatannya
adalah sebagai berikut. a
Guru mengkondisikan siswa dengan mengatur tempat duduk siswa sesuai kelompok pada pertemuan sebelumnya.
Pengkondisian kelas berjalan dengan lancar. Siswa duduk sesuai dengan kelompok masing-masing tanpa membuat
kegaduhan. Ada satu orang siswa yang tidak masuk sehingga kelompoknya diganti oleh siswa baru yang tidak hadir pada
pertemuan sebelumnya. Siswa yang tidak hadir pada pertemuan sebelumnya membentuk kelompok baru. Jumlah siswa yang hadir
ada 19 anak sehingga terdapat satu kelompok beranggotakan empat orang, yang lain tetap tiga.
b Guru mengkondisikan siswa ke dalam pengalaman yang sesuai
dengan topik yang diajarkan melalui penggunaan metode dan media yang sesuai dengan materi.
Pada pertemuan kedua ini, pengalaman yang dialami siswa adalah presentasi hasil kerja kelompok, kuis, dan perayaan
Lampiran 14. Gambar 3. Setiap kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok secara bergantian. Semua kelompok maju
58
dengan ditunjuk guru, tanpa kemauan sendiri. Ketika diberi kesempatan umtuk menanggapi presentasi, hanya ada tiga anak
yang mau menanggapi. Setelah selesai presentasi siswa diberi kesempatan untuk
bertanya tentang perihal yang belum dipahami atau berpendapat tentang materi yang dipresentasikan. Ada lima anak yang
memberikan pendapatnya meskipun harus diberi pancingan oleh guru. Guru kemudian memberikan penguatan terhadap tanggapan
siswa dan menjelaskan secara singkat materi struktur bumi. Selanjutnya, guru mengadakan kuis. Guru meminta
siswa untuk menutup semua buku dan hanya menyisakan alat tulis di meja. Guru membagikan lembar soal kepada siswa tanpa
mengacak tempat duduk siswa. Siswa mengerjakan kuis secara individu Lampiran 14. Gambar 4. Pada saat mengerjakan soal
ada tiga siswa yang didampingi oleh guru pendamping khusus GPK. Dua di antaranya mendapat bantuan jawaban dari GPK
Lampiran 14. Gambar 5. Selain dua orang tersebut, ada tujuh siswa yang didapati bekerjasama dan atau mencontek dengan
teman disebelahnya. Pada waktu mengerjakan kuis sebagian besar siswa bertanya kepada guru atau pun peneliti karena kurang
paham dengan maksud dari soal yang diberikan. Guru harus menjelaskan maksud dari pertanyaan yang diberikan satu per satu
59
dengan bahasa yang lebih sederhana sehingga siswa paham dengan maksud dari pertanyaannya.
Setelah waktu yang diberikan untuk mengerjakan soal habis, guru mengambil jawaban siswa. Ada empat siswa yang
membantu mengumpulkan lembar jawaban di sekitarnya. Guru kemudian menukar jawaban siswa dengan siswa lain yang jarak
tempat duduknya cukup jauh. Tidak ada siswa yang pindah dari tempat duduknya tetapi suasana kelas cukup gaduh karena siswa
saling mengobrol. Siswa bersama guru mencocokkan hasil pekerjaannya.
Setelah selesai siswa menjumlah atau menskor hasil jawaban temannya. Guru berkeliling untuk memberikan nilai akhir. Guru
bersama siswa menyimpulkan pembelajaran tentang materi struktur bumi. Semua siswa hanya mendengarkan kesimpulan
guru, tidak ada yang berpendapat walaupun sudah diberi kesempatan. Guru kemudian meminta siswa untuk menempelkan
hasil kerja kelompoknya pada papan yang sudah di sediakan di belakang kelas. Ketika siswa menempelkan karyanya, peneliti
menjumlahkan skor kuis tiap kelompok. Selesai menempelkan karya siswa, guru mengumumkan
kelompok dengan skor kuis paling tinggi sebagai bentuk dari perayaan Lampiran 14. Gambar 6. Guru juga mengumumkan
bahwa siswa yang ketahuan menyontek atau bekerjasama nilainya
60
dikurangi. Guru dan peneliti kemudian memberikan ucapan selamat kepada kelompok yang mendapat skor tertinggi dan
semua siswa memberikan tepuk tangan. c.
Observasi Tindakan Siklus I Observasi dilakukan ketika tindakan dilaksanakan pada setiap
pertemuan. Hasil observasi pada pertemuan pertama dan kedua menunjukkan bahwa keaktifan belajar siswa termasuk pada kategori
cukup, yaitu sebesar 66,5 dan 71,2. Didapatkan rata-rata observasi keaktifan belajar siswa pada Siklus I sebesar 68,8. Angka ini
termasuk pada kategori sedang. Berikut tabel hasil observasi keaktifan belajar siswa pada Siklus I.
Tabel 4. Hasil Observasi Keaktifan Belajar Siswa pada Siklus I No Nama Pertemuan 1
Pertemuan 2 1
Ad 69
73 2
Fn 75
73 3
Tn -
67 4
Lf -
60 5
Dd 56
- 6
Ds 63
73 7
Ay 69
73 8
Ao -
67 9
Hn -
80 10
Ks -
53 11
Lg 50
80 12
Ab 63
87 13
Al 44
73 14
Nc 81
73 15
As -
60 16
Rg 75
73 17
Rf 50
60 18
Sw 75
73 19
Vr 88
80 20
Jh 75
73 Rata-rata
66,5 71,2
61
Pembelajaran IPA dengan model pembelajaran Cooperative Learning pada Siklus I terlaksana sesuai tindakan yang direncanakan,
baik pada pertemuan pertama maupun kedua. Guru juga telah memfasilitasi dan memotivasi siswa untuk meningkatkan keaktifan
belajarnya. Namun, masih ada dua indikator yang belum dilaksanakan guru yaitu memberikan timbal balik atas tanggapan atau jawaban siswa
serta memberikan kesempatan siswa untuk bertanya lebih banyak d.
Refleksi Tindakan Siklus I Setelah Siklus I selesai, peneliti mengamati kembali hasil
penelitian dan
berdiskusi dengan
guru pelaksana.
Refleksi menghasilkan beberapa informasi tentang kelebihan dan kekurangan
tindakan pada Siklus I. Hasil penelitian pada Siklus I ini belum mencapai indikator keberhasilan karena rata-rata keaktifan belajar siswa
berdasarkan hasil observasi belum mencapai 75. Pelaksanaan pembelajaran IPA menggunakan model pembelajaran Cooperative
Learning yang diterapkan di Kelas V SD Negeri Bangunrejo 2 juga memiliki beberapa kekurangan sehingga diperlukan Siklus II untuk
memperbaikinya. Kelebihan dan kekurangan Siklus I serta rencana tindakan Siklus II dipaparkan pada penjelasan berikut.
1 Kelebihan
a Kegiatan belajar secara berkelompok memberikan kesempatan
pada siswa untuk lebih banyak berdiskusi dan saling membantu pemahaman antar siswa.
62
b Kegiatan belajar dengan siswa maju ke depan kelas memberikan
kesempatan untuk lebih berani tampil. c
Pengelompokan siswa secara acak membuat siswa tidak bergerombol.
d Bimbingan penuh dari guru membantu siswa dalam
melaksanakan tugas belajarnya. 2
Kekurangan secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 13 a
Terdapat 7 indikator keaktifan belajar siswa belum mencapai separuh jumlah siswa.
b Terdapat 2 indikator peran guru untuk menumbuhkan keaktifan
belajar siswa belum terlihat. c
Siswa belum paham apa yang harus dilaksanakan ketika presentasi.
2. Siklus II
Siklus II dilaksanakan berdasarkan hasil refleksi Siklus I. Siklus II dilaksanakan satu kali pertemuan yaitu pada Kamis, 12 Mei 2016.
Alokasi waktu adalah 3 x 35 menit. Materi yang disampaikan adalah Daur Air. Rincian tindakan Siklus II adalah sebagai berikut.
a. Perencanaan Tindakan Siklus II
Rencana tindakan Siklus II didasarkan pada refleksi Siklus I. Perencanaannya hampir sama dengan Siklus I. Perbedaannya adalah
pada kegiatan belajarnya yang lebih dijelaskan secara mendetail pada penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP. Rincian
63
perencanaan tindakan Siklus II, yaitu 1 Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran
RPP pembelajaran
IPA menggunakan
model pembelajaran Cooperative Learning untuk satu kali pertemuan.
Rancangan penerapan model pembelajaran Cooperative Learning dalam penelitian ini adalah guru mengkondisikan siswa ke dalam
kelompok-kelompok kecil yang telah disiapkan dan membawa siswa dalam pengalaman yang sesuai dengan topik yang diajarkan melalui
penggunaan metode dan media yang sesuai dengan materi. Pengalaman pada Siklus II yaitu menonton video, diskusi, membuat rangkuman, dan
presentasi diskusi kelas, kuis, dan perayaan hasil kuis; 2 Menyiapkan instrumen observasi keaktifan belajar siswa; 3 Menyiapkan sarana
pendukung pembelajaran seperti media pembelajaran dan alat tulis; dan 4 Menyiapkan kamera sebagai alat pendokumentasian kegiatan
pembelajaran. b.
Pelaksanaan Tindakan Siklus II Tindakan Siklus II dilaksanakan sesuai RPP yang telah
disusun. Meskipun ada beberapa hal yang tidak dilaksanakan dan berkembang sesuai kondisi kelas, secara keseluruhan pembelajaran
berjalan sesuai dengan RPP. Tindakan siklus II dilaksanakan pada hari Kamis, 12 Mei 2016 pukul 11.15-13.00 WIB. Rincian kegiatannya
adalah sebagai berikut.
64
1 Guru membantu siswa dalam pengkondisian kelas
Guru mengawali pelajaran IPA dengan meminta siswa membereskan
buku mata
pelajaran sebelumnya
kemudian mempersiapkan pelajaran IPA. Salam, presensi, dan doa sudah
dilakukan pada pelajaran sebelumnya ketika jam pertama masuk kelas. Pada pertemuan ini guru mengkondisikan siswa menjadi enam
kelompok seperti pada pertemuan ke dua siklus I dengan sedikit perubahan karena ada dua siswa yang tidak hadir dan disesuaikan
dengan kemampuan siswa. Selanjutnya guru memberikan apersepsi kepada siswa dengan menanyakan manfaat-manfaat air bagi
kehidupan sehari-hari. Ada delapan anak yang memberikan tanggapan sendangkan yang lain hanya mengulangi pendapat teman
atau menjawab secara serentak. Guru kemudian menjelaskan bahwa siswa akan belajar tentang Daur Air dengan model pembelajaran
kelompok Cooperative Learning. Selanjutnya, guru bertanya apakah siswa sudah mempelajari materi yang akan dipelajari pada hari itu.
Sebagian besar siswa belum mempelajari materi Daur Air. 2
Guru mengkondisikan siswa ke dalam pengalaman yang sesuai dengan topik yang diajarkan melalui penggunaan metode dan media
yang sesuai dengan materi. Pada Siklus II ini, pengalaman yang dialami siswa adalah
pengamatan, diskusi, merangkum, dan presentasi. Siswa diminta untuk mengamati video. Siswa melakukan tanya jawab dengan guru
65
terkait video yang telah dilihat. Siswa dibagikan lembar kerja yang berisi kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan siswa secara
berkelompok. Selanjutnya siswa dibimbing untuk melakukan diskusi kelompok, membuat rangkuman, dan presentasi.
Pada saat mengamati video, sebagian besar siswa hanya fokus memperhatikan video di awal penayangan dan ada 12 anak
yang tidak memperhatikan video di akhir Lampiran 14. Gambar 7. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa kurang
memperhatikan video secara seksama. Guru menegur para siswa dan melanjutkan pembelajaran. Selanjutnya siswa diberi kesempatan
untuk bertanya atau menanggapi video yang sudah diamati. Ada tujuh anak yang mau bertanya tanpa ditunjuk terlebih dahulu dan
sembilan anak yang mau menanggapi pertanyaan temannya Lampiran 14. Gambar 8. Namun ada dua siswa yang tidak
memperhatikan teman yang sedang berbicara tetapi tidak mendapat teguran dari guru. Guru memberikan penguatan dan menjelaskan
kembali jawaban-jawaban siswa. Guru menjelaskan proses daur air dan memberi penekanan pada evaporasi, presipitasi, dan kondensasi.
Semua siswa memperhatikan. Guru meminta siswa untuk mengerjakan tugas kelompok.
Guru membagi lembar kerja siswa. Proses diskusi berjalan dengan lancar. Tidak ada siswa yang jalan-jalan dikelas atau berbuat gaduh.
Namun, ada tiga orang yang tidak ikut berdiskusi dan mengerjakan
66
tugas membuat rangkuman. Guru selalu mengingatkan siswa agar berdiskusi dan mengerjakan tugas bersama. Guru membimbing
diskusi setiap kelompok secara bergantian. Ketika ada hal yang belum dimengerti siswa bertanya kepada guru. Lampiran 14.
Gambar 9 Setelah semua kelompok selesai membuat rangkuman, guru
meminta setiap kelompok untuk presentasi Lampiran 14. Gambar 10. Urutan kelompok yang presentasi ditentukan oleh guru. Ketika
ada kelompok yang presentasi, kelompok yang lain wajib memberikan komentar atau tanggapan terhadap presentasi temannya
dan ditulis pada lembar yang sudah disediakan. Semua kelompok juga wajib memberikan komentar secara lisan. Kelompok yang
memberikan komentar ditunjuk oleh guru agar semua kelompok memiliki kesempatan yang sama. Setelah selesai presentasi siswa
diberi kesempatan untuk menyimpulkan hasil presentasi. Ada tiga anak yang memberikan pendapatnya. Guru kemudian memberikan
penguatan terhadap tanggapan siswa dan menjelaskan secara singkat materi daur air Lampiran 14. Gambar 11
Selanjutnya, guru mengadakan kuis. Guru meminta siswa untuk kembali ke tempat duduk seperti pada pembelajaran biasanya
serta meminta siswa untuk menutup semua buku dan hanya menyisakan alat tulis di meja. Guru membagikan lembar soal kepada
siswa. Pada pembelajaran ini tidak ada guru pendamping khusus di
67
kelas sehingga siswa tidak bisa mengandalkan guru pendamping khusus. Guru tidak menunggui saat siswa mengerjakan kuis sehingga
kelas agak gaduh. Ada tiga siswa yang menanyakan jawaban dan melirik pekerjaan temannya dan ada satu anak yang mencontek buku
Lampiran 14. Gambar 12. Pada waktu mengerjakan kuis sebagian besar siswa
bertanya kepada peneliti karena kurang paham dengan maksud dari soal yang diberikan. Peneliti harus menjelaskan maksud dari
pertanyaan yang diberikan satu per satu dengan bahasa yang lebih sederhana sehingga siswa paham dengan maksud dari pertanyaannya
karena tidak ada guru di kelas. Guru kembali ke kelas ketika jam pelajaran tinggal sepuluh menit.
Setelah waktu yang diberikan untuk mengerjakan soal habis, guru meminta siswa untuk mengumpulkan jawaban ke depan
kelas. Hasil kuis tidak dianalisis bersama-sama di kelas karena waktu hampir habis. Hasil kuis dianalisis oleh peneliti di luar jam
pelajaran sehingga tidak ada penghargaan pada hari itu. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menyimpulkan pembelajaran pada hari itu. Tidak ada siswa yang berpendapat. Guru kemudian menyimpulkan pelajaran tentang daur
air dan memberi nasihat kepada siswa. Guru menutup pembelajaran dengan doa dan salam.
68
c. Observasi Tindakan Siklus II
Observasi dilakukan ketika tindakan dilaksanakan. Hasil observasi menunjukkan keaktifan belajar siswa sebesar 75,3. Berikut
tabel hasil observasi keaktifan belajar siswa pada Siklus II. Tabel 5. Hasil Observasi Keaktifan Belajar Siswa pada Siklus II
No Nama Presentase
No Nama Presentase
1 Ad
76 11
Lg 56
2 Fn
76 12
Ab 76
3 Tn
64 13
Al 68
4 Lf
72 14
Nc 76
5 Dd
72 15
As 56
6 Ds
- 16
Rg 88
7 Ay
84 17
Rf 80
8 Ao
- 18
Sw 84
9 Hn
92 19
Vr 92
10 Ks
68 20
Jh 76
Rata-rata 75,3
Pembelajaran IPA dengan model pembelajaran Cooperative Learning pada Siklus II terlaksana sesuai tindakan yang direncanakan.
Guru juga telah memfasilitasi dan memotivasi siswa untuk meningkatkan keaktifan belajarnya. Namun, masih ada dua indikator
yang belum dilaksanakan guru yaitu menganalisis hasil kuis dan mengadakan perayaan.
d. Refleksi Tindakan Siklus II
Hasil penelitian pada siklus ini telah mencapai indikator keberhasilan. Kekurangan pada Siklus I juga dapat teratasi.
Disimpulkan bahwa
pembelajaran IPA
menggunakan model
69
pembelajaran Cooperative Learning yang diterapkan di Kelas V SD Negeri Bangunrejo 2 dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa.
Peningkatan keaktifan belajar siswa dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 6. Peningkatan Keaktifan Belajar Siswa
Hasil Data Guru
Siklus I Siklus II
Observasi -
68,8 75,3
Berdasarkan hasil pencermatan dokumen nilai siswa, rata-rata nilai siswa dari pratindakan ke siklus I mengalami peningkatatan,
tetapi pada rata-rata nilai siswa pada siklus I ke siklus II justru mengalami penurunan. Hal tersebut disebabkan ada tujuh anak yang
mengalami penurunan, dua anak diketahui mencontek pada siklus I, dua anak tidak didampingi GPK selama siklus II sehingga nilainya
turun drastis, dan tiga anak turun sedikit belum diketahui penyebabnya. Hasil prestasi belajar siswa dari pratindakan, siklus I,
dan siklus II dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 7. Peningkatan Prestasi Belajar Siswa
No Nama
Pratindakan mid semester
Siklus I Siklus II
1 Ad
58 75
93 2
Fn 46
100 93
3 Tn
36 40
53 4
Lf 54
68 73
5 Dd
66 -
47 6
Ds 46
80 -
7 Ay
52 100
87 8
Ao 66
85 -
9 Hn
62 85
73 10
Ks 64
80 47
11 Lg
74 100
33 12
Ab -
80 100
13 Al
90 75
100 14
Nc 42
80 93
15 As
60 85
83 16
Rg 58
68 100
17 Rf
52 85
87 18
Sw 66
100 93
19 Vr
64 85
93 20
Jh -
75 80
Rata-rata 57
82 79
70
B. Pembahasan
Pada awal penelitian, siswa Kelas V SD Negeri Bangunrejo 2 memiliki keaktifan belajar belum optimal. Hal ini berdasar pada hasil
observasi yang menunjukkan siswa cenderung pasif dalam pembelajaran, hanya siswa tertentu yang aktif, nilai ulangan tengah semester siswa yang
masih dibawah kritetia ketuntasan minimal yaitu 57, serta selisih nilai tertinggi dan terendah yaitu 53. Mengingat keaktifan belajar sangat
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dan ilmu pengetahuan alam IPA merupakan mata pelajaran yang tepat untuk kerja tim atau kelompok, maka
peneliti melakukan tindakan berupa penerapan model pembelajaran Cooperative Learning pada mata pelajaran IPA.
Cooperative Learning memberi kesempatan siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam
mempelajari materi pembelajaran Slavin, 2010: 4. Sugiyanto 2010: 37 mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif cooperative learning
adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk
mencapai tujuan belajar. Nur Asma 2006: 12 juga mengungkapkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang
terstruktur dan sistematis, di mana kelompok-kelompok kecil bekerjasama untuk mencapai tujuan-tujuan bersama, serta bertanggungjawab pada
aktivitas belajar anggota kelompoknya, sehingga seluruh anggotanya menguasai materi pelajaran dengan baik.
71
Slavin 2010: 143 berpendapat bahwa Student Team-Achievement Division STAD merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang
paling sederhana, dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif. Menengok
kondisi kelas dan diperkuat dengan beberapa pendapat tersebut, peneliti menerapkan model pembelajaran Cooperative Learning tipe STAD pada
mata pelajaran IPA. Pada pembelajaran ini siswa melaksanakan kegiatan belajar sesuai
yang direncanakan guru. Guru berperan dalam membimbing dan memfasilitasi siswa pada setiap kegiatan seperti pembagian kelompok,
pengamatan, diskusi, dan presentasi. Pada Siklus I, seluruh rencana kegiatan diatur oleh guru, dari
pembentukan kelompok hingga urutan presentasi. Guru memberitahu apa yang harus dilakukan oleh siswa, menyiapkan apa yang dibutuhkan oleh
siswa, dan membimbing setiap tindakan siswa. Meskipun demikian tugas guru hanya sebagai fasilitator, mediator, dan motivator, aktivitas belajar tetap
berpusat pada siswa. Salah satu prinsip pembelajaran kooperatif adalah belajar aktif, yaitu pembelajaran berpusat pada siswa, aktivitas belajar lebih
dominan dilakukan siswa, pengetahuan yang dibangun dan ditemukan adalah dengan belajar bersama-sama dengan anggota kelompok sampai masing-
masing siswa memahami materi pembelajaran dan mengakhiri dengan membuat laporan kelompok dan individual Nur Asma, 2006: 14.
72
Aktivitas siswa pada Siklus I antara lain menonton video, melakukan diskusi kelompok, membuat gambar stuktur Bumi, membuat rangkuman
struktur Bumi, dan melakukan presentasi. Pada pertemuan pertama, hanya ada dua siswa yang memberi tanggapan atau menjawab pertanyaan guru
dengan inisiatif sendiri. Kedua siswa tersebut memang biasanya sering aktif menjawab pertanyaan atau maju ke depan kelas. Pada saat diskusi kelompok
hanya ada dua kelompok yang seluruh anggotanya ikut berdiskusi, sedangkan pada kelompok lainnya ada satu siswa yang tidak ikut berdiskusi. Hal tersebut
juga terjadi ketika siswa diminta membuat gambar dan rangkuman. Namun, pada pertemuan kedua, siswa terlihat lebih aktif. Semua
siswa berani tampil di depan kelas untuk melakukan presentasi, walaupun siswa terlihat bingung dengan apa yang harus dilakukan saat presentasi, tetapi
guru terus membimbing siswa. Ada empat siswa yang memberi tanggapan presentasi dari kelompok lain. Siswa juga mengerjakan kuis dengan tenang.
Pembelajaran kooperatif menunjukkan peningkatan keaktifan siswa. Hasil kuis juga menunjukkan peningkatan dari hasil ulangan tengah semester ke
siklus I, yaitu 38,98. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sugiyanto belajar 2010: 37 yang menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah
pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk
mencapai tujuan. Tujuan yang dimaksud adalah pemahaman siswa. Abdulhak Isjoni, 2010: 28 menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif dilaksanakan
73
melalui berbagai proses antara peserta belajar sehingga dapat mewujudkan pemahaman bersama di antara peserta belajar itu sendiri.
Pada pelaksanaan tindakan Siklus I, terdapat beberapa kekurangan, baik dari segi pelaksanaan tindakan maupun aktivitas siswa yang
menunjukkan keaktifan belajar. Beberapa indikator keaktifan belajar siswa pada Siklus I belum mencapai separuh dari jumlah siswa sehingga dilakukan
perbaikan pada Siklus II. Rencana tindakan yang dilakukan pada Siklus II, guru lebih menegaskan dan memberikan stimulasi kepada siswa agar siswa
lebih percaya diri, bertanggung jawab, dan berani bertanya atau berpendapat. Pada Siklus II, siswa sudah bisa lebih cepat dalam pengkondisian
kelas membentuk kelompok serta menyiapkan buku dan alat tulis yang dibutuhkan. Pengalaman yang dialami siswa pada siklus ini hampir sama
dengan siklus I tetapi tugas membuat gambar dihilangkan serta sedikit perubahan pada anggota kelompok. Kegiatan diskusi dan presentasi telah
dijelaskan pada lembar kerja siswa. Siswa terlihat lebih aktif bertanya, menjawab pertanyaan, dan mengemukakan pendapat dalam kegiatan
pembelajaran. Adanya Lembar Kerja Siswa membantu siswa memahami apa yang harus dilakukan saat diskusi atau pun presentasi. Pemberian hadiah
sebagai penghargaan pada akhir Siklus I bagi siswa yang aktif dan kelompok dengan nilai tinggi menjadikan motivasi bagi siswa. Hal ini sesuai dengan
pendapat Slavin 2010: 12, yaitu gagasan utama dari STAD adalah untuk memotivasi siswa untuk saling mendukung dan membantu siswa satu sama
74
lain dalam menguasai kemampuan yang diajarkan oleh guru agar timnya mendapatlkan penghargaan.
Pada Siklus III, indikator keberhasilan penelitian sudah tercapai. Rata-rata keaktifan belajar siswa mencapai 75,3 berdasarkan hasil evaluasi
dan hasil belajar siswa mencapai 79 rentang 0-100. Berdasarkan data yang diperoleh, dapat dikatakan bahwa penerapan model pembelajaran
Cooperative Learning dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa Kelas V SD Negeri Bangunrejo 2, Yogyakarta.
Berdasarkan pembahasan penelitian ini, dapat dikatakan bahwa penerapan model pembelajaran Cooperative Learning dalam pembelajaran
IPA dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa Kelas V SD Negeri Bangunrejo 2, Yogyakarta.
C. Keterbatasan Penelitian