“Tangisanmu tidak meluluhkan tuduhannya Nggi” Bapaknya tetap memegang erat perkataannya. Ibunya hanya terdiam saja. Kakaknya malah
tidak punya belas kasihan. Dia sengaja mengahadapi kenyataan.
“Minggat, ya minggata Kaduwung muni, sisan ditundhung” “Peteng” hlm 89
“Pergi, pergi saja Terlanjur mengucapkan, sekalian disuruh pergi” Beberapa kutipan di atas merupakan gambaran yang dilukiskan oleh
pengarang tentang Bapak. Dalam cerita ini tokoh Bapak sangat emosi karena kecewa sama anaknya sehingga membuat Bapak menjadi emosionalnya
memuncak. Penggambaran tokoh yang dilakukan oleh pengarang adalah secara tidak langsung atau disebut dengan teknik dramatik dengan adanya percakapan
yang dilakukan oleh tokoh.
k. Aku Crita cekak “ Selingkuh”
Tokoh aku merupakan tokoh tambahan dimana hanya muncul beberapa kali saja dalam cerita. Tokoh aku merupakan tokoh yang emosional. Hal ini dapat
ditunjukkan dengan kutipan di bawah ini. “Rasakna, yakuwi piwalese wong sing seneng nggewar ngiwa lan nengen.
Ayo kanca-kanca
pateni wae.
Sok-i bensin
bakar…bakar…bakaaaarrrr”sakebehing wong padha surak gumbira, siyaga mbakar Kamijan sak mobile. Bebarengan karo tekan swara
thulit…thulit…thulit…tholet…tholet…tholet…ngiung…ngiung…ngiung.
“Selingkuh” hlm 106 “Rasakan, itu pembalasannya orang yang selalu ikut sana dan ikut sini.
Ayo teman-teman
bunuh saja.
Siram bensin
bakar…bakar…bakaaaaarrr”semua orang bergembira, siap bakar Kamijan beserta
mobilnya. Bersamaan
suara tulit…
tulit…tulit…tolet…tolet…tolet…ngiung…ngiung…ngiung. Kutipan di atas menunjukkan bahwa tokoh Aku sangat emosional. Ia
mengompori teman-temannya untuk membakar sebuah mobil tanpa berpikir
panjang dulu. Penggambaran tokoh yang dilakukan oleh pengarang dilakukan secara langsung atau disebut dengan teknik ekspositori
l. Ratri Crita cekak ”Whueng”
Ratri merupakan tokoh utama, karena frekuensi kemunculannya dalam cerita lebih banyak dibandingkan dengan tokoh yang lainnya. Peristiwa dari awal
sampai akhir cerita menceritakan tentang Ratri. Tokoh Ratri ini diceritakan sebagai orang yang emosional. Hal ini dapat dilihat dari kutipan di bawah ini.
”Modar kowe, edan kowe, rasakno, sokur Kowe gawe wiring aku lan keluargaku nganggo tai jaran utawa kebo. Edan kowe Resik. Aku pancen
tresno karo kowe, nanging uga sengit. Aku kelara-lara nalika kowe nolak tak jak sesambungan intim. Aku wis wuda mblejet, nanging kowe malah
kaya keweden. Kaya cedhak karo kirik, koyo adep-adepan karo asuu utawa
setan lan
iblis. Mula
rasakna, rasakna...rasakna...rasakna...ngk...ngk...ngk”, Ratri getem-getem karo
Resik, suwarane manteb ngundhat-ngundhat lan ngundhamana. ”whueng” hlm 134-135
”Mampus kamu, gila kamu, rasakan, sukur kamu sudah mengecewakan saya dan keluarga saya, kamu tolak cintaku. Kamu biarkan tunangannya
Bapak. Ibaratnya kamu tega mencoreng muka keluarga saya dengan kotoran kerbau. Gila kamu Resik. Saya memang sayang sama kamu, tapi
juga benci. Saya sakit hati saat kamu nolak waktu saya ajak berhubungan intim. Saya sudah tidak pakai baju, tapi kamu malah ketakutan. Seperti
dekat sama anjing saja, seperti saling menghadapsama anjing atausetan dan iblis. Jadi rasakan, rasakan...rasakan...rasakan...ngk...ngk...”, Ratri
getem-getem karo Resik.
Berdasarkan kutipan di atas dapat dilihat bahwa itu adalah ungkapan emosi Ratri yang begitu dalam. Ini terlihat saat Ratri ditolak cintanya oleh Resik.
Kutipan diatas juga dapat diketahui penggambaran tokohnya dapat dilihat secara tidak langsung atau menggunakan teknik dramatik dengan adanya percakapan
yang dilakukan oleh tokoh.
m. Gilig Crita cekak ”Ajur”