Bu Lurah Crita cekak “ Ning” Bapak Crita cekak “Peteng”

“Plakkkk Diam Cep Diam Seperti orong-orong bau orang Diam sejenak. Setelah tangannya Trisna buruh tani tadi terbang lallu jatuh di pipinya Bu Lurah. “Sekarang jawab Lurah Jimin ada tidak? “Tidak… Tidak ada1” Brakkkkkkkk Gedobrakkkkk Trisna masuk kamar. Semua kamar dimasuki. Termasuk di dapur. “Jangan…jangan lurah Jimin bersembunyi”. Begitu pikirannya. “Suamiku mau kamu apakan Tris?” “Mau saya bacok Mau tak bunuh” “Lha apa salahnya?” “Banyak”…… Berdasarkan kutipan di atas menunjukkan bahwa tokoh Trisna orangnya emosional. Pada awal cerita Trisna marah-marah kepada istrinya. Sedangkan ditengah-tengah cerita Trisna bertengkar sama Bu Lurah hal ini terlihat kalau Trisna orangnya mudah marah. Kutipan diatas juga dapat diketahui penggambaran tokohnya dapat dilihat secara langsung atau menggunakan teknik dramatik dengan adanya percakapan yang dilakukan oleh tokoh.

i. Bu Lurah Crita cekak “ Ning”

Tokoh Bu Lurah merupakan tokoh tambahan dimana hanya muncul beberapa kali saja dalam cerita. Tokoh Bu Lurah merupakan tokoh yang emosional. Di tengah cerita Bu Lurah bertengkar sama Trisna. Hal ini dapat ditunjukkan dengan kutipan di bawah ini. “Ko…ko…kowe kok wani nranyak marang Bapak? Pangkatmu apa? Wibawamu apa? Mung wong ndesa Mlarat Batur Reka-reka Ora ketemu nalar. Edan Pancen gemblung Pancen bambung Kurang ajar. Wedhus elek” “Ning” hlm 71 “Ka…ka..kamu kok berani sama Bapak? Pangkatmu apa? Wibawamu apa?Cuma orang desa Miskin Pembantu Macam-macam Tidak dipikir. Gila Memang gila Memang bodo Kurang ajar. Kambing jelek” Kutipan di atas menunjukkan bahwa Bu Lurah orang mempunyai watak keras. Ia emosi ketika berbicara sama Trisna. Penggambaran tokoh yang dilakukan oleh pengarang dilakukan secara langsung atau disebut dengan teknik ekspositori.

j. Bapak Crita cekak “Peteng”

Tokoh cerita ini tidak disebutkan. Siapa namanya. Akan tetapi pembaca dapat mengetahui dengan jelas keberadaan dari tokoh yang menjadi bapak Anggi. Bapak Anggi adalah seorang pemimpin keluarga. Ia berkarakter baik tapi semenjak perutnya Anggi besar menjadi emosional, karena mengira Anggi hamil dengan laki-laki lain dan laki-lakinya tidak mau bertanggung jawab. Beberapa kutipan di bawah ini melukiskan hal-hal tersebut. “Braggg…Nggiii…ilang-ilangan ndok siji. Yen kowe ora gelem walaka marang aku, bapakmu iki, minggat wae seka omah. Aku suthik kanggonan wong reget, senajan anakku dhewe”, pangancame gawe Anggi ngguguk. “Peteng” hlm 86 “Braggg…Nggiii…hilang-hilangin telur satu. Bila kamu tidak terus terang sama bapakmu ini, pergi saja dari rumah. Saya risi tempat kotor, meskipun anakku sendiri”, ancamannya Bapak membuat Anggi menangis. “Tangismu ora bakalan ngrontogake panundhung Nggi” Bapakne tetep kenceng nggoceki guneme. Dene mbokne among ndomblong. Kakangne malah ora duwe welas babar pisan. Dheweke sengaja ngububi kahanan. “Peteng” hlm 86 “Tangisanmu tidak meluluhkan tuduhannya Nggi” Bapaknya tetap memegang erat perkataannya. Ibunya hanya terdiam saja. Kakaknya malah tidak punya belas kasihan. Dia sengaja mengahadapi kenyataan. “Minggat, ya minggata Kaduwung muni, sisan ditundhung” “Peteng” hlm 89 “Pergi, pergi saja Terlanjur mengucapkan, sekalian disuruh pergi” Beberapa kutipan di atas merupakan gambaran yang dilukiskan oleh pengarang tentang Bapak. Dalam cerita ini tokoh Bapak sangat emosi karena kecewa sama anaknya sehingga membuat Bapak menjadi emosionalnya memuncak. Penggambaran tokoh yang dilakukan oleh pengarang adalah secara tidak langsung atau disebut dengan teknik dramatik dengan adanya percakapan yang dilakukan oleh tokoh.

k. Aku Crita cekak “ Selingkuh”