Ibu Tina Crita cekak ”Suwung” Marjan Crita cekak ” judeg”

”Jaring” hlm 35 Wedhus lalu bernafas lega. Ia tidak merasa yang memulai dan mengakhiri kejadian tadi. Seperti tidak ada yang mengganjal dengan apa yang dilakukan oleh Kancil. Berdasarkan kutipan di atas menunjukkan bahwa tokoh Wedhus adalah tokoh yang sabar. Ia bisa meredam kemarahannya saat cecok dengan Kancil. Penggambaran tokoh yang dilakukan oleh pengarang adalah secara tidak langsung atau disebut dengan teknik ekspositori.

b. Ibu Tina Crita cekak ”Suwung”

Ibu Tina merupakan tokoh tambahan, karena kemunculannya hanya beberapa kali saja. Tokoh Ibu Tina merupakan tokoh yang sabar dan ia sangat baik kepada siapa saja. Hal ini dapat dilihat dari kutipan di bawah ini. ”Ngaten njih mas, blaka suta kemawon, Tina sampun tilar donya dinten kepengker. Amargi kacilakan ingkang mboten kaduga. Tilar donya sadereng kadugen kekajenganipun. Injih menika...Ngk...ngk njih menika, pranyata penyiar sing asring dipun cariosaken menika panjenengan. Lajeng, tiyang-tiyang menika kula sraya supados mbiyantu anggen kula nylameti arwahipun anak kula Tina”. ”Suwung” hlm 126 ”Gini ya Mas, jujur saja, Tina sudah meninggal hari kemarin. Karena kecelakaan yang tak terduga. Meninggal sebelum bertemu dengan orang yang dicintainya. Yaitu....Ngk...ngk yaitu, seorang penyiar radio yang sering diceritakan olehnya. Lalu, semua orang juga saya beritahu supaya membantu untuk mendoakan arwah anak saya yaitu Tina. Berdasarkan kutipan di atas menunjukkan bahwa Ibu Tina dalah seorang Ibu yang sangat sabar. Ibu Tina berusaha untuk mengikhlaskan putrinya yang meninggal akibat kecelakaan. Dan yang sangat disedihkan Ibu Tina adalah, Tina meninggal sebelum bertemu dengan orang yang dicintainya. Meskipun begitu Ibu Tina tetap sabar karena semua itu sudah kehendak Tuhan. Penggambaran tokoh yang dilakukan oleh pengarang adalah secara tidak langsung atau disebut dengan teknik ekspositori.

c. Marjan Crita cekak ” judeg”

Marjan merupakan tokoh utama, karena frekuensi kemunculannya dalam cerita lebih banyak dibandingkan dengan tokoh yang lainnya. Peristiwa dari awal hingga akhir cerita menceritakan tentang Marjan. Tokoh Marjan diceritakan seorang kepala rumah tangga yang baik. Ia sabar mengahadapi hidupnya yang serba kekurangan. Hal ini dapat dilihat dari kutipan di bawah ini. Petugas banjur mlebu ing ruangan njero. Rada sautara. Janu kudu gelem sabar lan pasrah. Bathine mung nggedumel mangkel, apa ya ngene iki rasane wong ora duwe. Banjur kaya ngapa ya rasane wong sugih? ”Judeg” hlm 56 Petugas lalu masuk ke dalam ruangan. Seketika. Janu harus mau sabar dan pasrah. Hatinya mangkel, apa seperti ini rasanya orang yang tidak punya. Lalu bagaimana rasanya jadi orang kaya? Berdasarkan kutipan di atas dapat dilihat bahwa Marjan itu orang yang sabar menerima nasib. Namun dalam hatinya selalu bertanya-tanya mengenai bagaimana rasanya menjadi orang kaya. Penggambaran tokoh yang dilakukan oleh pengarang adalah secara langsung atau disebut dengan teknik ekspositori.

d. Munyuk Crita cekak ”Jaring”