q. Kancil Crita cekak ” Jaring”
Kancil merupakan tokoh utama, karena frekuensi kemunculannya dalam cerita lebih banyak dibandingkan dengan tokoh yang lainnya. Peristiwa dari awal
cerita sampai akhir cerita menceritakan tentang Kancil. Tokoh Kancil diceritakan menantang Wedus teman sesama hewannya. Hal ini dapat dilihat dari kutipan di
bawah ini. ”Dhus...sakarepmu mengkone anggonmu arep mbiji. Aku ora wedi tok
salahke. Sakarepmu, yen kowe arep mihak siji lan sijine. Aku ora miris Yen kowe arep mihak Munyuk sing wis mati kuwi” ”Jaring” hlm 34
”Bing....terserah kamu jika kamu mau menilai. Saya tidak takut kamu salahkan. Terserah kamu, jika kamu mau memihak satu sama lain. Aku
tidak takut Jika kamu mau memihak Munyuk yang sudah mati itu”
Kutipan di atas menggambarkan sifat kancil yang berani menantang Kambing. Ia tidak akan gentar jikalau tidak ada yang memihaknya. Penggambaran
tokoh yang dilakukan oleh pengarang dilakukan secara langsung atau disebut dengan teknik ekspositori.
r. Bu Lurah Crita cekak ”Ning”
Bu Lurah merupakan tokoh tambahan, karena kemunculannya hanya beberapa kali saja. Tokoh bu Lurah juga merupakan tokoh yang menghina
terhadap orang lain. Hal ini dapat ditunjukkan dalam kutipan cerita di bawah ini. ”Ko...ko...kowe kok wani nranyak marang Bapak? Pangkatmu apa?
Wibawamu apa? Mung wong ndesa Mlarat Batur Reka-reka Ora ketemu nalar. Edan Pancen gemblung Pancen bambung Kurang ajar.
Wedhus elek” ”Ning” hlm 71
”Ka...ka...kamu berani sama Bapak? Pangkatmu apa? Wibawamu apa? Cuma orang desa Miskin Pembantu Macam-macam Tidak berpikir.
Gila Memang gila Memang bodoh Kurang ajar. Kambing jelek”
Berdasarkan kutipan di atas menunjukkan bahwa Ibu Kepala Desa menghina orang lain. Tidak sepantasnya seorang Ibu Kepala Desa berbicara
seperti itu. Penggambaran tokoh yang dilakukan oleh pengarang dilakukan secara langsung atau disebut dengan teknik ekspositori.
s. Pak Lurah Crita cekak ”Ning”
Tokoh ini juga banyak dimunculkan dalam pengisahan cerita. Apalagi ia berperan sebagai Pak Lurah. Tokoh Pak Lurah ini diceritakan memaksa kepada
salah satu warganya. Hal ini dapat dilihat dari kutipan di bawah ini. ”Pak Lurah kula ajrih kalih Ibu”
”Stt...ora apa...apa...ayo aku wis ora kuwat nahan Ti” ”Kula wedi menawi ngantos meteng Pak”
”Stt...ora sing penting kowe lan aku seneng” ”Ampun Pak”
”Wis ta, ndang...” ”Ning” hlm 73 ”Pak Lurah saya takut sama Ibu”
”Stt...tidak apa...apa...ayo saya sudah tidak kuwat nahan Ti” ”Saya takut jika hamil Pak”
”Stt...tidak yang penting kamu dan saya senang” ”Maaf Pak”
”Sudah ta, ayo...” Berdasarkan kutipan di atas menunjukkan pak Lurah memaksa salah satu
warganya untuk menuruti nafsunya. Tidak seharusnya seorang Kepala Desa
bertindak seperti itu. Karena seorang Kepala Desa harusnya sebagai panutan terhadap para warganya. Penggambaran tokoh yang dilakukan oleh pengarang
dilakukan secara langsung atau disebut dengan teknik ekspositori.
t. Bapak Crita cekak