Bapak Crita cekak “Apel” Kancil Crita cekak “Jaring”

“Sa…” teriaknya Ronggo setelah mengetahui kalau orang itu adalah Karsa. “Kamu memang sudah kelewatan” sudah dikasih tahu kok malah tetap nekad” Berdasarkan kutipan di atas dapat dilihat bahwa Karsa tidak peduli dengan apa yang diucapkan oleh Ronggo. Karsa langsung pergi meninggalkan Ronggo tanpa menyelesaikan masalahnya dulu. Kemudian Karsalah yang memulai pertengkaran itu sehingga menyebabkan perkelahian. Kutipan diatas juga dapat diketahui penggambaran tokohnya dapat dilihat secara langsung atau menggunakan teknik dramatik dengan adanya percakapan yang dilakukan oleh tokoh.

c. Bapak Crita cekak “Apel”

Berdasarkan isi crita cekak “Apel”, tokoh Bapak merupakan tokoh tambahan dimana hanya muncul beberapa kali saja dalam cerita. Bapak merupakan panutan keluarga yang baik. Pada bagian awal cerita, Bapak diceritakan selalu menjaga keluarganya dan sayang sekali sama anaknya. Oleh sesuatu hal mengenai anaknya Bapak menjadi marah kepada seseorang, karena tidak ingin anaknya dijadikan istri kedua. Hal ini ditunjukkan dengan kutipan di bawah ini. Mbrabak, abang mbranang pasuryane Pak Mukmin. Njondhil tanpa nyangka jawaban sing arep dirungu. Mula banjur nggrebrak meja banjur mbengok sora. “Apa, anakku arep mbok rangkep. Wis minggat-minggat. Dikaya ngapaa wae anakku ora oleh yen tok dobel. Edan pa Wis saiki mulih, minggat. Tinimbang aku mbengok lan awakmu bakal direncak dening masyarakat kene Minggat”“Apel” hlm 20 Menatap, mukanya merah Pak Mukmin. Tidak menyangka jawaban yang ia dengar seperti itu. Lalu memukul meja lalu berkata kencang. “Apa, anakku mau kamu rangkap. Sudah pergi-pergi. Dengan alasan apapun anakku tidak boleh dirangkap. Gila apa Sudah sekarang pulang, pergi. Daripada saya teriak dan kamu akan dimasa oleh masyarakat sini Pergi” Berdasarkan kutipan di atas, pengarang menggambarkan tokoh Bapak yang baik meskipun agak emosinan. Sebagai orang tua tidak rela kalau anaknya sampai dijadikan istri yang kedua. Bapak menjadi emosi seperti itu karena disebabkan oleh sesuatu hal dan intinya Bapak ingin memberikan yang terbaik buat keluarganya. Penggambaran tokoh yang dilakukan oleh pengarang dilakukan secara langsung atau disebut dengan teknik ekspositori.

d. Kancil Crita cekak “Jaring”

Berdasarkan isi crita cekak “jaring”, tokoh Kancil mempunyai karakter emosinan. Selain emosi ia juga tidak pernah mau mengalah. Pada bagian awal cerita, Kancil memang selalu seenaknya sendiri tanpa menghiraukan ucapan orang lain. Beberapa kutipan di bawah ini melukiskan hal-hal tersebut. “Nanging saiki arep mangan wae angel Reregan mundhak Nyuk, yen matamu picek mesthine kupingmu krungu. Yen kupingmu budheg mesthine matamu ngerti kahanan saiki”“Jaring” hlm 31 “Tapi sekarang makan saja susah Harga naik Nyuk, bila matamu tidak melihat tentunya telingamu dengar. Bila telingamu tuli tentunya matamu tahu keadaan sekarang. “Goblok Kowe kuwi pancen wis mati Nyuuk Mati araning rasa gotong royong lan tepa slira mring sepadhane kewan” “Jaring” hlm 32 “Bodo Kamu itu memang sudah mati Nyuuk Mati namanya rasa gotong royong dan baik sesama hewan. “Edan, klibben Ahhh…ngene wae, minangka kewan sing pinter aku kudu tumindak. Kanca-kanca tak kumpulne. Tak anani mimbar bebas Ben kanca-kanca bisa nyuwara kanthi bebas” “Jaring” hlm 38 “Gila, mataku kena Ahhh…gini aja, karena hewan cerdik saya harus bertindak. Teman-teman saya kumpulin. Saya adakan mimbar bebas Biar teman-teman bisa bersuara dengan bebas” Berdasarkan kutipan di atas ditunjukkan bahwa Kancil adalah tokoh yang emosional. Ia selalu berkata dengan teman-teman sesama hewan menggunakan nada tinggi. Kancil selalu ingin menang sendiri dan bila disarankan tidak mau mengikutinya. Penggambaran tokoh yang dilakukan oleh pengarang adalah secara tidak langsung atau disebut dengan teknik ekspositori.

e. Munyuk Crita cekak “Jaring”