Priman Crita cekak ”Whueng” Trisni Crita cekak ”Ning”

k. Priman Crita cekak ”Whueng”

Priman merupakan tokoh tambahan, karena kemunculannya hanya beberapa kali saja. Tokoh Priman ini diceritakan sangat terkejut mengenai pribadi Resik yang setiap harinya. Hal ini dapat dilihat dari kutipan di bawah ini. Sapungkure Resik, Priman ngudarasa, intine ora ana liya mung, njembleng serendheng, nggumun setahun, geneya ana jaman edan kaya ngene isih ana wong menjila. Pinilih tandhing apike. Priman isane mung batin mbokmenawa yen ing ndesa Gondang kabeh tumindake kaya Resik desane bakal reja. Pindha banyu ing sumur kari nyamuk amarga kimplah- kimplah. ”Whueng” hlm 130 Setelah Resik, Priman berkata dalam hati, intinya tidak ada, tertegun selama satu tahun, kenapa di jaman gila seperti ini kok masih ada orang yang sangat baik. Terpilih yang paling bagus pokoknya. Priman bisanya cuma berkata dalam hati mungkin di desa Gondang jika semua perilakunya seperti Resik ini. Desanya akan aman. Air disumur cuma ada nyamuk karena kebanyakan. Berdasarkan kutipan di atas menunjukkan bahwa tokoh Priman terkejut ketika melihat Resik. Dalam hatinya bertanya-tanya, kenapa dizaman seperti ini masih ada manusia yang seperti Resik. Orangnya baik, ramah,rajin, jika di desa Waringin orangnya seperti Resik semua pasti desa akan aman dan damai. Kutipan diatas penggambaran tokoh yang dilakukan oleh pengarang adalah secara tidak langsung atau disebut dengan teknik dramatik yang dilihat berdasarkan perasaan, pikiran, yang terlintas dan dirasakan pada tokoh.

l.Trisni Crita cekak ”Ning”

Trisni merupakan tokoh sentral yang mempunyai penceritaan dalam cerita ini. Tokoh Trisni diceritakan sebagai istri dari tokoh utama yaitu Trisna. Diawal cerita Trisni sangat penasaran kepada suaminya dengan sikapnya yang berubah. Trisni ingin mengetahui kenapa suaminya hingga jadi seperti itu dan apakah penyebabnya. Hal ini ditunjukkan dengan kutipan di bawah ini. Rinasa njondhilake ati, patrap sing kauncalake dening Trisna marang Trisni. Uluk panjawab saka Trisna beda karo adat saben. Kepara malah mbalik satus wolung puluh drajat. Mula wis trep menawa wong wadon mau tansaya ngangsek, kepingin mangerteni ana apa sejatining underan. ”Ning” hlm 68 Rasanya mengejutkan hati, sikap Trisna kepada Trisni. Gaya berbicaranyapun sudah berbeda tidak seperti biasanya. Sekarang terbalik menjadi seratus derajat. Jadi sudah selayaknya kalau wanita itu penasaran, ingin mengetahui apa penyebab dari semua itu. Kutipan di atas, pengarang menggambarkan tokoh Trisni sebagai seseorang istri yang baik. Diawal cerita, Trisni penasaran kepada suaminya. Ia heran kenapa sikap suaminya menjadi kasar. Dari kutipan diatas juga dapat diketahui penggambaran tokohnya dapat dilihat secara tidak langsung atau menggunakan teknik dramatik.

m. Bu Lurah Crita cekak ”Ning”