Kancil Crita cekak ”Jaring”

”Aku judheg mbokne Dhuwe anak siji wae rekasa. Lara ora kongang nambakake. Gusti Allah ora adil. Tak rewangi bikut nyambut gawe apa wae, nanging rejeki panggah seret, macet”, Gilig malah ngundhamana Gusti Allah. ”Ajur” halaman 138 ”Saya bingung Bu Punya anak satu saja susah. Sakit tidak bisa membrobatkannya. Tuhan itu tidak adil. Pekerjaan apa saja sudah saya kerjakan, tapi rizki masih saja susah, sulit”, gilig menyalahkan Tuhannya. Kutipan di atas merupakan gambaran si pengarang terhadap sifat Gilig. Ia seseorang yang cerewet. Hal ini dibuktikan pada saat anaknya sakit ia tidak kuat mengobatkannya. Gilig merasa dirinya tidak diberlakukan adil oleh Tuhan. Maka ia berbicara terus kalau hidupnya cuma begitu saja yang serba kekurangan. Kutipan diatas penggambaran tokoh yang dilakukan pengarang adalah secara tidak langsung atau disebut dengan teknik dramatik yang dilihat berdasarkan perasaan, pikiran, yang terlintas dan dirasakan oleh tokoh.

c. Kancil Crita cekak ”Jaring”

Tokoh ini juga banyak dimunculkan dalam pengisahan cerita. Apalagi ia berperan sebagai tokoh utama yaitu Kancil. Kancil diceritakan adalah seorang tokoh yang cerewet. Hal ini dapat dilihat dari kutipan di bawah ini. ...Sing dibantah sajake ora trima. Nanging among meneng. Kaya-kaya mikir golek cara kepriye anggone arep nggrenah kahanan kang wis ora bisa tinampa nalar iku. Batine tansah campuh antaraning nampa kahanan sing ana, apa coba-coba ngetrapake cara. Adha-adha kanggo ngudari pepeteng ing negara Klawu. Yen mung meneng wae nrima marang apa anane? Arep dadi apa negara Klawu mengkone? Pitakonan kaya mangkono mau sing tansah nggoda Kancil. Mumet mikir cara nylametake negara Klawu sing dadi papan utahing getih pisanan. Nalika dheweke lair. ”Jaring” hlm 31 ....yang dikasih tahu sepertinya tidak terima. Tapi memilih diam. Sepertinya berpikir gimana caranya untuk memperbaiki keadaan yang sudah tidak bisa dinalar ini. Hatinya bertolak belakang mengenai keadaan yang sudah ada, apa mencoba menerapkan suatu cara. Dengan membongkar ketidakadilan yang ada di negara Klawu. Bila terdiam saja hanya akan menerima apa adanya? Akan jadi apa negara Klawu nanti? Pertanyaan yang seperti itu yang menggoda kancil. Pusing berpikir mengenai negara Klawu yang jadi tempat pertumpahan darah. Saat ia lahir. ...Dhus...arepa kepriye wae, aku dadi kewan sing duwe kaluwihan kepinteran, ora trima marang kahanan iki” Mak brabat, Kancil mlayu. Embuh ngendi papan sing dituju. Wedhus lan Munyuk mung mlongo....”Jaring” hlm 34 ...Dus...kamu mau gimana aja, saya hewan yang mempunyai kepinteran, tidak terima dengan keadaan yang seperti ini” lalu, Kancil berlari. Tidak tahu tempat yang ia tuju. Kambing dan Munyuk hanya bengong. Kutipan di atas menggambarkan sifat Kancil yang cerewet. Ia terdiam hanya untuk memikirkan sesuatu bahkan ia mau menerapkan suatu cara untuk membasmi rasa ketidak adilan di negara Klawu. Tokoh Kancil ini merasa dirinya pintar jika mau dibohongi tidak mau, oleh sebabnya ia mempunyai karakter cerewet. Penggambaran tokoh yang dilakukan oleh pengarang dilakukan secara langsung atau disebut dengan teknik ekspositori.

d. Trisni Crita cekak ”Ning”