Manfaat Penelitian Batasan Istilah
jenis yaitu gaya bahasa retoris dan gaya bahasa kiasan. Gaya bahasa retoris adalah gaya bahasa berupa penyimpangan dari konstruksi biasa untuk mencapai efek
tertentu Keraf, 2010: 129. Gaya bahasa retoris meliputi, aliterasi, asonansi, anastrof, apofasis atau preterisio, asindeton, polisindeton, kiasmus, elipsis,
histeron proteron, erotesis atau pertanyaan retoris, silepsis dan zeugma, hiperbola dan oksimoron. Gaya bahasa kiasan adalah gaya bahasa berupa penyimpangan
makna pada Keraf, 2010: 129. Gaya bahasa kiasan meliputi: simile, metafora, personifikasi, sinekdoke, metonimi, hipalase, ironi, inuendo, dan pun atau
paronomasia. Sementara Peyroutet 1994:20 mengklasifikasikan gaya bahasa
berdasarkan kaidah bahasa. Sebuah gaya bahasa dapat muncul melalui kaidah bahasa yang benar maupun menyimpang. Pilihan kata dan kombinasi kata apapun
dapat digunakan untuk menciptakan gaya bahasa selama masih mengikuti kaidah bahasa yang benar. Sementara pada kaidah bahasa yang menyimpang seorang
penulis dapat menggunakan kata tanpa mematuhi kaidah bahasa. Selain berdasarkan kaidah bahasa yang benar, gaya bahasa juga dapat
terbentuk berdasarkan penyimpangan kaidah bahasa. Peyroutet 1994:20 menyebutkan tiga jenis penyimpangan kaidah bahasa tersebut
adalah: metaplasama, penyimpangan paradigmatik dan penyimpangan sintakmatik.
Metaplasma adalah penyimpangan kaidah bahasa yang terkait dengan bunyi. Gaya bahasa yang terbentuk melalui metaplasma adalah asonansi dan aliterasi.
Sementara penyimpangan paradigmatik adalah penyimpangan kaidah bahasa yang terkait dengan pilihan dan kombinasi kata yang tidak lazim seperti personifikasi,
metafora, sinekdoke atau ironi. Penyimpangan sintakmatik adalah penyimpangan yang terkait dengan struktur bahasa, contoh gaya bahasa yang terbentuk dari
penyimpangan ini : elipsis dan inversi. Dari klasifikasi gaya bahasa menurut Keraf dan Peyroutet terdapat beberapa
gaya bahasa yang sama. Gaya bahasa tersebut meliputi: paralelisme, antitesis, repetisi, aliterasi, asonasi, inversi, apostrof, asindenton, polisindenton, elipsis,
eufeisme, litotes, perifrasis, erotestis, silepsis, zeugma, hiperbola, paradoks, oksimoron, simile, metafora, personifikasi, alusi, sinekdoke, metonimia,
antonomasia, hipalase, ironi, sarkasme, antifrasis dan paranoasia. Berikut penjelasan tentang beberapa gaya bahasa yang telah disebutkan sebelumnya.
1. Antitesis
Antitesis adalah gaya bahasa yang mengandung gagasan pertentangan. Pertentangan ini diperoleh dengan penggunaan kata-kata atau frasa yang
berlawanan Keraf, 2010 : 126. L’antithèse oppose des mots, des phrases ou des
ensembles plus vastes dont le sens est inverse ou le devient, ‘Antitesis
mengoposisikan kata-kata, kalimat atau kumpulan yang lebih luas yang maknanya terbalik atau menyimpang’Peyroutet, 1994 : 100. Contoh:
3 Niort qui rit, Poitiers qui pleure
‘Niort tertawa, Piotiers menangis’ Peyroutet, 1994 :100
Contoh 3 menunjukkan penggunaan gaya bahasa antitesis yang ditunjukan oleh kata rit
‘tertawa’ dan pleure ‘menangis’, kedua kata tersebut adalah kata yang memiliki makna berlawanan. Niort dan Poitiers adalah nama klub
sepakbola. Kata rit digunakan untuk menyatakan kemenangan klub Niorts sementara kata pleure digunakan untuk menyatakan kekalahan Piotiers.
2. Anafora
Anafora adalah gaya bahasa yang berwujud perulangan kata pertama pada tiap baris atau kalimat berikutnya Keraf, 2010 : 127. On répète des mots en
debut de phrases ou de prépositions successives. Anafora adalah perulangan kata di awal kalimat atau preposisi secara berurutan Peyroutet, 1994 : 92. Berikut
ini adalah contoh penggunaan anafora. 4
J’ai vu des déserts, j’ai vu des valées riantes, j’ai vu des villes sans joie. ‘Aku telah melihat padang pasir, aku telah melihat lembah yang
gembira, aku telah melihat kota – kota tanpa kebahagiaan’.
Peyroutet, 1994 : 93 Terdapat penggunaan anafora Contoh 4 yang ditunjukkan dengan
perulangan kata j’ai vu di awal kalimat.
3. Epistrofa atau Epifora
Epistrofa adalah gaya bahasa yang berupa perulangan kata atau frasa pada akhir baris atau akhir kalimat secara berurutan Keraf, 2010 : 128. Perulangan
kata di akhir kalimat atau diakhir preposisi secara berurutan adalah epistrofa Peyroutet, 1994 : 92. Berikut contoh penggunaan gaya bahasa epistrofa.
5 Il aperçoit le veston de son ennemi, la tête glabre de son ennemi, le
sourire mauvais de son ennemi. ‘dia melihat jaket musuhnya, kepala botak musuhnya, senyum jahat
musuhnya’. Peyroutet, 1994 : 93
Contoh 5 menggunakan gaya bahasa epistrofa yang ditunjukkan frasa son ennemi yang mengalami perulangan
di akhir frasa.