Hiperbola GAYA BAHASA DALAM OPERA NOTRE-DAME DE PARIS

fungsi referensial. Fungsi ini teridentifikasi karena penutur bermaksud untuk menjelaskan sesuatu.

M. Simile

Simile adalah sebuah gaya bahasa berupa perbandingan dua hal dan menggunakan kata pembanding. Berikut ini adalah contoh penggunaan simile dalam Opéra Notre-Dame de Paris. À qui on aurait Coupé les deux ailes „Dia mirip dengan Seekor walet Yang akan kita potong kedua sayapnya‟ Data di atas diperoleh dari lirik lagu yang berjudul Où est-elle. Dengan teknik baca markah diketahui bahwa terdapat penggunaan simile dalam data 48 karena terdapat frasa „ressemble à’ sebagai pemarkah gaya bahasa tersebut. Kata ressemble à digunakan untuk membandingkan Elle Esmeralda dengan une hirondelle à qui on aurait coupé les deux ailes „seekor walet yang kita potong kedua sayapnya‟. Tujuan penggunaan gaya bahasa ini adalah untuk menggambarkan Esmeralda yang hidupnya hampir sama dengan seekor burung walet yang kehilangan kedua sayapnya. Seekor burung tentu saja tidak bisa terbang tanpa sayapnya demikian juga Esmeralda yang kebebasan hidupnya telah hilang karena hukuman penjara. Lirik lagu Genre di atas dinyanyikan instrumentalities oleh Gringoire Participant 1 ketika Esmeralda menghilang Setting scene. Penggalan lirik lagu di atas berisi tentang pendapat Gringoire tentang kehidupan Esmeralda Act 48 Elle ressemble À une hirondelle sequence. Gringoire bermaksud mendeskripsikan keadaan Esmeralda Ends kepada Clopin Participant 2 dan Frollo participant 3. Tujuan penutur Gringoire menyanyikan lirik lagu di atas adalah untuk mendeskripsikan keadaan Esmeralda. Pada kalimat 48 Esmeralda menjadi topik yang sedang dibicarakan penutur. Hal ini mengacu kepada fungsi referensial. Jadi, fungsi tuturan yang mengandung gaya bahasa simile dalam data 77 memiliki fungsi referensial.

N. Metafora

Metafora adalah gaya bahasa perandingan untuk membandingkan dua hal secara langsung tanpa memunculkan kata pembanding. Berikut ini adalah contoh penggunaan metafora pada lirik lagu dalam Opéra Notre-Dame de Paris. 49 Moi, lenfant trouvé, Lenfant rejeté Par ceux qui avaient honte Davoir mis au monde Un monstre „ Aku, anak pungut Anak yang ditolak Oleh mereka yang malu Karena telah melahirkan ke dunia Seorang monster‟ Data 49 diperoleh dari penggalan lirik lagu yang berjudul lenfant trouvé, dalam penggalan lirik lagu tersebut, terdapat gaya bahasa metafora yang terdapat pada frasa un monstre „monster‟. Frasa ini digunakan untuk menyebut Quasimodo, seorang pembunyi lonceng Notre-Dame yang buruk rupa. Keadaan fisik yang kurang pada Quasimodo ini menunjukkan persamaan antara Quasimodo dengan monster. Selanjutnya untuk membuktikan adanya persamaan antara kata Quasimodo dengan kata monster digunakan analisis komponensial seperti berikut. Sèmes Lexèmes S1 Humain „Manusiawi‟ S2 Masculin „maskulin‟ S2 Laid „Jelek‟ Un Monstre - + + Quasimodo + + + Berdasarkan analisis komponensial di atas, dapat diketahui bahwa kata monstre memiliki sèmes [ – humain], [+ masculin] dan [+ laid], sedangkan kata Quasimodo memiliki sèmes [+ humain], [+ masculin] dan [+ laid]. Sèmes yang sama –sama dimiliki oleh kedua leksem „Quasimodo‟dan ún monstre’ adalah [+ masculin] dan [+ laid]. Persamaan ini kemudian digunakan penulis lirik untuk memunculkan metafora yaitu dengan mengganti kata Quasimodo menjadi un monstre. Quasimodo sendiri dalam Opera Notre-Dame de Paris digambarkan sebagai seorang berwajah jelek, salah satu matanya buta dan punggungnya bungkuk. Tujuan penggunaan metafora dalam data 49 adalah untuk memberikan gambaran fisik Quasimodo yang sangat buruk sehingga menyerupai monster. Data 49 adalah penggalan lirik lagu Genre yang dinyanyikan Quasimodo Participant setelah Frollo membawanya pergi dari perayaan La Fête de Rois Setting and Scene, Meskipun dia telah dimarahi Frollo di depan umum, hal itu tidak membuatnya membenci Frollo. Hal ini ada hubungannya dengan masa lalu Quasimodo. Frollo adalah orang yang sangat berjasa bagi Quasimodo, dirinya telah merawat Quasimodo sejak Quasimodo ditinggalkan orangtuannya. Data 49 berisi tentang penjelasan diri Quasimodo dan alasan dia ditinggalkan orangtuanya Act sequences. Tujuan Quasimodo menyanyikan penggalan lirik lagu di atas adalah untuk mengungkapkan alasan dirinya ditinggalkan oleh orangtuanya End. Tujuan penutur Quasimodo menyanyikan penggalan lirik lagu di atas adalah untuk menjelaskan alasan dirinya ditinggalkan orangtuanya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa gaya bahasa metafora pada data 49 mengandung fungsi ekspresif karena Quasimodo Participant bermaksud untuk mengungkapkan pendapatnya tentang orangtuanya. Selain mengandung fungsi referensial, penggunaan metafora pada penggalan lirik lagu di atas juga mengandung fungsi puitik. Hal ini ditunjukkan oleh penggunaan kata ‘un monstre’ untuk menggantikan kata Quasimodo. Pilihan kata ‘un monstre’ mengandung makna konotatif yang secara tidak langsung digunakan untuk mendeskripsikan fisik Quasimodo yang menyeramkan seperti monster.

O. Personifikasi

Personifikasi adalah gaya bahasa berupa pemberian sifat-sifat manusia untuk menggambarkan benda mati atau abstrak. Berikut adalah salah satu penggunaan personifikasi dalam Opéra Notre-Dame de Paris. 50 Mon péché, mon obsession Désir fou qui me tourmente „Dosaku, obsesiku Keinginan gila yang menyiksaku‟ Data 50 di atas diperoleh dari lirik lagu yang berjudul Tu vas me détruire. Frasa yang digarisbawahi pada kalimat di atas mengandung gaya bahasa personifikasi. Hal ini ditunjukkan oleh kata désir „keinginan‟ yang merupakan kata benda yang digambarkan menyiksa Frollo. Selanjutnya untuk melihat unit-