48
3. Tujuan Pelatihan Keterampilan Sosial
Setiap metode atau pelatihan tentu mempunyai tujuan tertentu. Dalam pelatihan keterampilan sosial juga mempunyai tujuan, seperti yang
diungkapkan oleh Milne dan Spence Cornish Ross, 2004: 9 menyatakan pelatihan keterampilan sosial bertujuan untuk mengajarkan individu untuk
menjadi lebih tepat dan akurat dalam pengolahan informasi mereka dalam menyesuaikan diri dalam lingkungan sosial. Sedangkan menurut Botvin
Griffin Septi Putri, 2010: 8 pelatihan keterampilan sosial bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial individu yang meliputi keterampilan
untuk mengatasi rasa malu, cara menerima dan memberikan pujian kepada orang lain, cara berinsiatif dalam interaksi sosial di lingkungan sekitar,
hubungan dengan lawan jenis dan asertifitas. Ramdhani 1994: 40 menyatakan bahwa keterampilan sosial
dirancang untuk meningkatkan keterampilan sosial dan kemampuan berkomunikasi individu. Keterampilan sosial tersebut antara lain,
keterampilan menyatakan pujian, mengeluh karena ketidaksetujuan terhadap suatu hal, menolak permintaan, tukar pengalaman, menuntut hak pribadi,
memberi saran, pemecahan masalah, bekerja sama dan berhubungan dengan orang lain yang berbeda usia. Menurut Goldstein Reed, 1994: 294
pelatihan keterampilan sosial bertujuan untuk mengubah perilaku sosial atau interpersonal yang maladaptif agar individu dapat menyesuaikan diri dalam
lingkungan sosialnya.
49 Berdasarkan pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa
pelatihan keterampilan
sosial bertujuan
untuk mengembangkan
keterampilan sosial individu dan mengubah perilaku individu untuk menjadi lebih tepat dalam menyesuaikan diri di lingkungan sosial.
4. Tahap-tahap Pelatihan Keterampilan Sosial
Dalam pelaksanaan
pelatihan keterampilan
sosial dapat
menggunakan beberapa tahap. Menurut Cartledge Milburn 1995: 245 proses pelatihan keterampilan sosial meliputi tahap-tahap, antara lain:
a. Modeling Modeling adalah model perilaku yang akan diajarkan kepada individu
dalam suatu kelompok kecil, contoh perilaku diperagakan oleh pengajar atau dengan menggunakan alat. Subjek akan melihat dan mendengar
bagaimana perilaku yang tepat pada situasi seperti dirumah, sekolah maupun dalam lingkungan teman sebaya. Model dapat diajarkan
melalui media seperti film, televisi, radio, rekamana suara, majalah, dan koran. Video, rekaman suara dan film efektif dalam menghasilkan
respon sosial yang baru karena memperlihatkan situasi. b. Bermain Peran
Bermain peran adalah latihan keterampilan sosial yang seolah-olah subjek sedang dalam situasi kehidupan sehari-hari. Individu diharapkan
akan dapat secara langsung merasakan manfaat dari perilaku baru tersebut. Ada tiga fase dalam bermain peran yaitu: 1 pengajar
50 memberikan materi dan mendemonstrasikan contoh perilaku, 2
menganalisis situasi yang menimbulkan masalah, 3 memberikan umpan balik, 4 mengulang lagi ke fase ke 2 Argyle, 1996. Umpan
balik diberikan agar individu mengetahui apakah langkah-langkah yang dilakukan sudah benar dan dapat memberikan penguatan.
c. Umpan Balik Seperti proses pembelajaran, umpan balik merupakan hal yang penting
dalam pengembangan keterampilan sosial. Melalui umpan balik tentang penampilannya, individu dapat melakukan koreksi untuk meningkatkan
keterampilannya. Umpan balik dapat dilakukan dengan berbagai variasi, diantaranya: 1 umpan balik lisan, dimana individu menerima
koreksi atau pujian; 2 penguatan, dimana individu yang melakukan respon yang tepat mendapat penguatan yang nyata; 3 evaluasi diri,
dimana individu dapat melakukan evaluasi terhadap dirinya sendiri. Feedback dapat berupa feedback positif maupun negatif. Umpan balik
negatif tentu saja harus diikuti dengan kalimat yang membangun, yang menunjukkan bahwa kesalahan tertentu dapat diperbaiki.
d. Transfer Pelatihan Transfer pelatihan adalah tahap menerapkan keterampilan dalam
pelatihan ke dalam kehidupan sehari-hari. Proses transfer pelatihan ini dapat berupa pemberian tugas untuk merealisasikan bermain peran yang
telah dipelajari dalam pelatihan keterampilan sosial.
51 Metode permainan juga dapat digunakan untuk mengajarkan
keterampilan sosial seperti kerjasama, control diri, mengikuti aturan, dan pemecahan masalah. Permainan dapat menimbulkan ketertarikan individu
untuk berpartisipasi karena permainan merupakan sesuatu yang
menyenangkan. Permainan mensimulasikan situasi dalam kehidupan nyata dan merupakan cara untuk mencoba menghadapi kehidupan nyata
Cartledge Milburn, 1995: 150. Sprafkin 1993:15 menyatakan bahwa pelatihan keterampilan sosial
dapat dilaksanakan melalui empat tahap, meliputi: a. Modeling, ialah tahap penyajian model yang dibutuhkan peserta
pelatihan. Peserta ditunjukkan contoh detail keterampilan sosial yang diperagakan oleh model. Riset membuktikan bahwa modeling efektif,
konsisten, dan merupakan teknik yang cepat untuk mengajarkan perilaku baru dan menguatkan atau melemahkan perilaku yang
dipelajari sebelumnya. Terdapat tiga tipe modeling, antara lain: 1 observational learning effect, mempelajari perilaku baru yang
sebelumnya belum pernah dilakukan oleh individu; 2 inhibitory and disinhibitory effects, penguatan atau pelemaha perilaku yang sangat
jarang dilakukan individu, sebab untuk melakukannya akan mendorong individu ke arah penolakan atau reaksi negatif lainnya; 3 behavior
facilitation effects, sikap yang dipelajari individu melalui perilaku yang pernah muncul sebelumnya ataupun perilaku baru yang berasal dari
reaksi negatif orang lain.
52 b. Role Playing, adalah situasi dimana individu diminta untuk
memerankan suatu peran yang bukan dirinya ataupun jika dirinya namun tidak berperilaku layaknya dirinya sendiri. Individu mendapat
bagian dalam memerankan sebuah skenario. Dimana peserta pelatihan mendapat kesempatan untuk memerankan suatu interaksi sosial yang
sering dialami sesuai dengan topik yang diperankan. c. Performance Feedback, ialah tahap pemberian umpan balik. Umpan
balik dalam kaitan peserta memberi masukan seberapa baik keterampilan sosial yang dipraktekan oleh peserta pelatihan, terutama
selama role playing. d. Transfer of Training and Maintenance, adalah tahap pemindahan
keterampilan sosial yang diperoleh individu selama pelatihan ke dalam kehidupan sehari-hari.
Dapat disimpulkan bahwa tahap-tahap dalam pelatihan keterampilan sosial meliputi: modeling, bermain peran, permainan, umpan balik dan
transfer pelatihan.
5. Materi Pelatihan Keterampilan Sosial
Menurut Caldarella Merrell Gimpel Merrrell, 2009: 422 pelatihan keterampilan sosial meliputi 5 dimensi utama:
a. Peer relationship skills Dimensi ini terdiri dari karakteristik dan keterampilan sosial individu
untuk menjadikan orang lain sebagai panutan atau contoh model yang