56 keputusan, menentukan tujuan, berkonsentrasi pada tugas dan
menghargai diri sendiri. Berdasarkan keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa aspek-
aspek pelatihan keterampilan sosial terdiri dari beginning social skills, skills for dealing with feeling, assertiveness skills dan problem-solving skill.
6. Manfaat Pelatihan Keterampilan Sosial
Bierman Furman Cartledge Milburn, 1995: 211 menyatakan pelatihan keterampilan sosial efektif untuk mengajarkan perilaku prososial
dan meningkatkan penerimaan teman sebaya. Sedangkan menurut Cornish Ross 2004: 10 pelatihan keterampilan sosial dapat meningkatkan
kemampuan individu dalam memecahkan masalah serta mengembangkan perilaku yang lebih baik dalam memahami perasaan orang lain dan bersikap
sesuai norma pada situasi sosial tertentu. Petersen Susilowati, dkk: 2008: 92 menyatakan manfaat pelatihan
keterampilan sosial antara lain: 1 mengembangkan kemampuan bersosialisasi, 2 memecahkan masalah yang timbul dalam hubungan
sosial, 3 dapat memiliki rasa percaya diri, harga diri, kemandirian, kematangan, tanggungjawab, dan sebagainya. Sedangkan menurut Melati
Ismi 2007: 35 pelatihan keterampilan sosial dapat meningkatkan keterampilan individu dalam melakukan interaksi sosial dengan orang lain,
berperilaku asertif dan adaptif. Lebih lanjut menurut Guerra Slaby
57 Cartledge Milburn, 1995 individu yang kemampuan sosialnya tinggi,
maka intensitas perilaku agresifnya rendah.
D. Kerangka Berfikir
Perilaku asertif adalah kemampuan untuk mengungkapkan perasaan secara tegas, jujur, langsung, dan terbuka kepada diri sendiri dan orang lain,
meminta apa yang diinginkan dan mengatakan tidak untuk hal yang tidak diinginkan. Individu yang berperilaku asertif berperilaku sesuai dengan apa
yang dirasakan dan tanpa perasaan cemas namun tetap memikirkan dampak dari tindakannya, tidak menyinggung orang lain serta bertanggungjawab.
Keasertifan diperlukan untuk hubungan yang jujur dan sehat. Sebaliknya, individu yang tidak asertif cenderung sangat cemas dalam menjalin hubungan
interpersonal dan gagal mencapai tujuan mereka. Individu yang berperilaku asertif berperilaku sesuai dengan apa yang dirasakan dan tanpa perasaan cemas
namun tetap memikirkan dampak dari tindakannya, tidak menyinggung orang lain serta bertanggungjawab. Dalam berperilaku asertif individu memandang
keinginan, kebutuhan dan hak sama dengan keinginan, kebutuhan dan hak orang lain.
Permasalahannya, tidak semua siswa dapat berperilaku asertif. Rendahnya perilaku asertif siswa juga terjadi di SMA YPP Andong. Siswa
sering membolos karena diajak oleh teman-temannya. Siswa juga tidak mampu menolak permintaan teman ketika ingin menyalin tugasnya, karena takut jika
tidak memberi contekan akan dikucilkan dan tidak diterima dalam kelompok.
58 Beberapa siswa pria juga merokok karena ikut-ikutan temannya yang merokok,
siswa tidak mampu menolak ajakan temannya untuk merokok. Siswa tidak bisa secara tegas mengeluarkan pendapatnya kepada orang lain. Guru BK sudah
melakukan penanganan kepada siswa dengan memberikan upaya bimbingan kepada siswa. lain. Namun penanganan kepada siswa ini belum maksimal
sehingga perilaku asertif siswa masih rendah. Sebagai solusi dari permasalahan tersebut untuk meningkatkan perilaku
asertif siswa digunakanlah metode pelatihan keterampilan sosial. Pelatihan keterampilan sosial adalah instruksi atau manipulasi yang bertujuan untuk
mengajarkan individu untuk mengembangkan keterampilan sosial individu yang meliputi keterampilan untuk memulai interaksi sosial dengan orang lain,
menyatakan perasaaan, berperilaku asertif, dan menyelesaikan masalah. Dalam pelatihan keterampilan sosial terdapat pelatihan asertifitas, selain itu melalui
pelatihan keterampilan sosial siswa dapat menguasai keterampilan sosial lain sehingga diharapkan siswa dapat memiliki kemampuan sosial yang memadai
sehingga dapat meningkatkan perilaku asertif siswa.
E. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka pikir yang telah diuraikan di atas, maka dapat diajukan hipotesis dalam penelitian tindakan ini adalah
pelatihan keterampilan sosial dapat meningkatkan perilaku asertif pada siswa kelas X di SMA YPP Andong.
59
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian tindakan kelas. Menurut Suyanto 1996: 4 memaparkan bahwa penelitian tindakan kelas
adalah bentuk penelitian yang bersifat reaktif dengan melakukan tindakan- tindakan tertentu untuk meningkatkan pembelajaran di kelas secara
professional. Dari pemaparan ahli diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang terjadi di masyarakat, kelompok tertentu
maupun siswa di dalam kelas dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu yang hasilnya dapat dikenakan pada subjek tertentu dan bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan atau pembelajaran di kelas.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SMA YPP Andong. Adapun pelaksanaannya dimulai pada bulan Januari 2013 sampai dengan penelitian
selesai.
C. Subjek Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian populasi. Pemilihan penelitian populasi dikarenakan jumlah subjek yang tidak terlalu banyak Suharsimi
Arikunto, 2010: 174. Menurut Suharsimi Arikunto 2010: 173 populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Sugiyono 2007: 80 menyatakan
60 populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek atau subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA YPP Andong, Boyolali tahun ajaran 20122013. Siswa kelas X SMA YPP Andong berjumlah 20 siswa.
D. Variabel Penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto 2010: 159 variabel penelitian adalah objek penelitian yang bervariasi. Sugiyono 2007: 38 menyatakan variabel
penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut,
kemudian ditarik kesimpulannya. Variabel dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel bebas Independent Variable Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pelatihan keterampilan sosial.
2. Variabel terikat Dependent Variable Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah perilaku asertif.