Pendekatan Pendidikan Nilai Kajian tentang Pendidikan Nilai

25 dilatih agar berprasangka baik kepada orang lain, berempati, suka menolong, jujur, bertanggung jawab, dan menghargai perbedaan. Landasan pendidikan nilai yang keempat adalah landasan estetik. Landasan estetik ini menekankan bahwa manusia memiliki cita rasa keindahan. Cita rasa keindahan ini menilai objek-objek yang bernilai seni atau menuangkan karya seni. Nilai estetik perlu diajarkan kepada peserta didik agar tahu bagaimana cara belajar yang bermakna. Pendidikan nilai dalam penerapannya melibatkan pemahaman rasa, pilihan pribadi, dan tata bentuk yang berkaitan dengan karakteristik nilai estetika.

7. Pendekatan Pendidikan Nilai

Model pendekatan pendidikan nilai yang biasa digunakan ialah model pendekatan nilai sesuai dengan kajian Superka 1976. Ada delapan pendekatan berdasar bidang psikologi, sosiologi, filosofi, dan pendidikan. Kemudian, dikarenakan alasan teknis dalam praktiknya pendekatan tersebut diringkas menjadi lima. Pendekatan pendidikan nilai menurut Superka dalam Zaim Elmubarok, 2013: 61 adalah: a. Pendekatan penanaman nilai Pendekatan penanaman nilai adalah pendekatan yang menekankan pada penanaman nilai-nilai sosial pada diri siswa. Tujuan pendekatan ini yaitu diterimanya nilai-nilai sosial tertentu pada siswa dan berubahnya nilai yang tidak sesuai. Metode yang digunakan ialah keteladanan, penguatan positif dan negatif, simulasi, permainan peran, dan lain-lain. 26 Pendekatan penanaman nilai adalah pendekatan tradisional. Pendekatan ini dinilai indoktrinatif dan tidak sesuai dengan perkembangan kehidupan demokrasi. Namun dijelaskan Superka 1976 pendekatan ini digunakan secara meluas dalam masyarakat terutama dalam penanaman nilai-nilai agama dan nilai budaya. Oleh karena itu, proses pendidikan harus berdasar pada nilai agama dan nilai budaya tersebut. b. Pendekatan perkembangan moral kognitif Pendekatan perkembangan kognitif menekankan pada aspek kognitif. Pendekatan ini mendorong siswa untuk berfikir aktif tentang masalah moral dalam membuat keputusan moral. Menurut pendekatan ini dilihat sebagai perkembangan tingkat berpikir dalam membuat pertimbangan moral dari tingkat rendah ke tingkat yang lebih tinggi. Tujuan pendidikan nilai dilihat dari pendekatan ini ialah membantu siswa dalam membuat pertimbangan moral yang lebih luas berdasar nilai yang paling tinggi. Metode yang digunakan biasanya adalah diskusi kelompok. Diskusi ini melatih siswa untuk menentukan posisi apa yang seharusnya dilakukan dengan alasan tertentu. c. Pendekatan analisis nilai Pendekatan analisis nilai menekankan pada perkembangan kemampuan siswa untuk berpikir logis dengan cara menganalisis 27 masalah yang berhubungan dengan nilai sosial. Tujuan utama pendekatan ini adalah membantu siswa untuk menggunakan berpikir logis dan penemuan ilmiah dalam menganalisis masalah sosial yang berhubungan dengan nilai moral tertentu. Selanjutnya, pendekatan ini juga membantu siswa berpikir secara rasional dan analtik dalam menghubungkan dan merumuskan nilai. Metode yang digunakan adalah pembelajaran secara individu ataupun kelompok tentang masalah sosial yang memuat nilai moral, penyelidikan kepustakaan, penyelidikan lapangan, dan diskusi kelas berdasar pada pemikiran rasional Superka, 1976. Keunggulan pendekatan ini ialah mudah diterapkan di ruang kelas karena mengembangkan kemampuan kognitif. d. Pendekatan klasifikasi nilai Pendekatan klarifikasi nilai menekankan pada upaya membantu siswa dalam mengkaji perasaan dan perbuatannya untuk meningkatkan kesadaran mereka tentang nilai mereka sendiri. Tujuan pendidikan nilai menurut pendekatan ini adalah: pertama, membantu siswa menyadari dan mengidentifikasi nilai sendiri dan orang lain; membantu siswa agar mampu berkomunikasi secara terbuka dan jujur berkaitan dengan nilai-nilai; ketiga, membantu siswa agar mampu berpikir rasional dan menggunakan kesadaran emosional untuk memahami perasaan, nilai, dan pola tingkah laku mereka sendiri. 28 Metode yang digunakan adalah dialog, menulis, diskusi kelompok, dan lain-lain. Pendekatan ini menekankan pada nilai yang sebenarnya dimiliki seseorang. Pendekatan ini menekankan bahwa nilai bersifat subjektif, ditentukan seseorang berdasar pada latar belakang pengalamannya sendiri, dan tidak ditentukan oleh faktor luar. e. Pendekatan pembelajaran berbuat Pendekatan ini menekankan pada upaya memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan perbuatan moral, baik secara individu maupun kelompok. Menurut Superka, tujuan pendidikan nilai apabila dilihat dari pendekatan ini ialah memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan perbuatan moral secara individu atau kelompok dan mendorong siswa untuk melihat diri mereka sebagai makhluk individu atau makhluk sosial dalam pergaulannya. Metode yang digunakan adalah proyek tertentu yang dilakukan di sekolah atau masyarakat, dan praktik keterampilan dalam berorganisasi atau berhubungan antara sesama Superka, 1976. Keunggulan pendekatan ini adalah program yang disediakan memberikan kesempatan siswa berpartisipasi aktif dalam kehidupan demokrasi. Setelah mengetahui beberapa pendekatan dalam pendidikan nilai, dalam penelitian ini peneliti merujuk pendekatan penanaman nilai. 29 Pendekatan penanaman nilai sesuai dengan penelitian ini karena pendekatan penanaman nilai menekankan pada penanaman nilai sosial pada siswa. Selain itu, pendekatan penanaman nilai digunakan oleh secara meluas terutama dalam penanaman nilai agama dan nilai budaya.

8. Lingkungan Pendidikan Nilai