30 daripada di sekolah. Proses pendidikan nilai dalam keluarga adalah
pendidikan yang paling hakiki karena prosesnya berlangsung sejak anak berada dalam kandungan.
Lingkungan pendidikan nilai yang terakhir adalah lingkungan masyarakat. Pendidikan nilai di masyarakat melibatkan dua faktor
penting yang berpengaruh terhadap keberhasilan anak, yaitu potensi anak dalam memilih nilai dan susunan nilai di masyarakat. Lingkungan
masyarakat diwarnai dengan berbagai nilai. Ada pula nilai buruk yang bersifat destruktif bagi pengembangan diri anak. Melihat adanya banyak
kemungkinan nilai yang bersifat destruktif, maka perlu kerjasama dari semua pihak agar pendidikan nilai dapat dilaksanakan dengan baik.
B. Kajian tentang Nasionalisme
1. Pengertian Nasionalisme
Pengertian nasionalisme dapat dilihat dari dua sudut pandang. Nasionalisme dalam arti positif merupakan sikap untuk mempertahankan
kemerdekaan dan harga diri bangsa sekaligus menghormati bangsa lain. Sedangkan pengertian nasionalisme dalam arti negatif adalah sikap
sombong yang mengutamakan bangsa sendiri dianggap benar. Tentu pengertian nasionalisme dalam arti positif jauh lebih bermakna bagi
setiap individu untuk memperkuat persatuan dan kesatuan bangsanya. Sejalan dengan hal di atas,
31 yang majemuk menjadi satu bangsa dalam ikatan suatu negara-bangsa
nation-state. Saat ini kita belum dapat menjelaskan dengan pasti apa yang disebut ikatan budaya tersebut sebagai sisi lain nasionalisme.
Sunarso, dkk 2006: 4 mendefinisikan nasionalisme sebagai berikut :
32 kesadaran masyarakat untuk lepas dari kungkungan penjajah dan segala
bentuk eksploitasi serta diskriminasi yang mengganggu stabilitas politik, ekonomi, budaya, dan agama sekalipun Muhammad Takdir Ilahi, 2012:
13. Setelah melihat beberapa konsep tentang nasionalisme, dalam
penelitian ini peneliti menarik kesimpulan merujuk pada Darmiyati Zuchdi bahwa nasionalisme adalah suatu pemikiran dan sikap yang
mencerminkan kesetiaan dan penghargaan yang tinggi terhadap bangsanya.
2. Bentuk dan Unsur Pendorong Nasionalisme
Nasionalisme di Indonesia terbentuk dari beberapa tahap perkembangan. Perkembangan nasionalisme dimulai sejak sebelum
kemerdekaan. Tahap-tahap perkembangan itu dikelompokkan menjadi empat tahap, yaitu :
a. Tahap pertama, tumbuhnya perasaan kebangsaan dan
persamaan nasib yang diikuti dengan perlawanan terhadap penjajahan baik sebelum maupun sesudah proklamasi
kemerdekaan. Nasionalisme religius dan nasionalisme sekuler muncul bersamaan dengan munculnya gagasan Indonesia
merdeka.
b. Tahap kedua, bentuk nasionalisme yang berkelanjutan dari
semangat revolusioner pada masa perjuangan kemerdekaan, dengan peran pemimpin nasional yang lebih besar.
Nasionalisme pada era ini mengandaikan adanya ancaman musuh dari luar terus-menerus terhadap kemerdekaan
Indonesia.
c. Tahap ketiga, nasionalisme persatuan dan kesatuan. Kelompok
oposisi atau mereka yang tidak sejalan dengan pemerintah disingkirkan karena akan mengancam persatuan dan stabilitas.
d. Tahap keempat, nasionalisme kosmopolitan. Dengan
bergabungnya Indonesia dalam sistem global internasional, nasionalisme Indonesia yang dibangun adalah nasionalisme
33 kosmopolitan yang menandakan bahwa Indonesia sebagai
bangsa tidak dapat menghindari dari bangsa lain.
Seperti kita ketahui, nasionalisme Indonesia dilatarbelakangi oleh berbagai faktor di dalamnya. Faktor-faktor tersebut kemudian
membentuk suatu paham nasionalisme yang berbeda-beda. Ikatan-ikatan
34
Setelah Indonesia merdeka, nasionalisme di Indonesia pun lebih terarah pada falsafah negara. Pancasila sebagai dasar dan ideologi Bangsa Indonesia
mendorong bentuk nasionalisme yang kita pahami hingga saat ini. Nasionalisme Indonesia, secara khusus dipertegas sebagai
Nasionalisme Pancasila, yaitu nasionalisme yang: 1
ber-Ketuhanan Yang Maha Esa. 2
ber-Perikemanusiaan yang berorientasi internasionalisme. 3
ber-Perikemanusiaan Indonesia yang patriotik. 4
ber-Kerakyatan atau demokratis. 5
ber-Keadilan sosial untuk seluruh rakyat Abdulgani dalam Yudohusodo dkk, dalam Joned Bangkit Wahyu
Laksono, 2013.
Munculnya nasionalisme bukan hal yang ada tanpa sebab. Ada faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya nasionalisme tersebut. Faktor
pertama adalah adalah faktor intern, artinya hal-hal yang memang benar- benar dialami sendiri oleh warga Indonesia. Kemudian, faktor-faktor historis
juga lah yang mampu membangkitkan nasionalisme bangsa Indonesia. Kejadian-kejadian sejarah di masa lalu mampu memupuk nasionalisme dari
zaman sebelum kemerdekaan hingga saat ini. Nasionalisme Indonesia berkembang sejalan dengan kejadian historis yang dapat dibilang unik
apabila dibandingkan dengan nasionalisme yang dianut oleh negara lain. Kedua, faktor ekstern yaitu segala hal yang secara tidak langsung
mempengaruhi warga Indonesia atau kejadian yang secara fisik atau psikis mendorong kebangkitan nasional. Faktor ekstern ini terkait dengan adanya
pengaruh internasional. Pengaruh internasional misalnya dipelopori oleh kemenangan Jepang atas Rusia di tahun 1905 sehingga nasionalisme bangsa
Indonesia bangkit dan semakin tinggi. Selain itu dapat juga karena prestasi Indonesia di berbagai bidang dan kejuaraan di tingkat internasional.
35
H.A.R Tilaar 2007: 25 menjelaskan bahwa faktor-faktor yang menumbuhkan nasionalisme di antaranya: 1 bahasa, 2 budaya, 3
pendidikan. Bahasa sebagai faktor pendorong nasionalisme dapat kita lihat dari kejadian sejarah dimana bahasa Belanda yang diperuntukkan untuk
orang Belanda dulunya bertujuan membuat warga Indonesia rendah diri, sehingga kaum nasionalis kemudian menjadikan bahasa Melayu sebagai
bahasa nasional dan sekaligus menjadi senjata untuk melawan Belanda. Budaya menjadi faktor yang menumbuhkan nasionalisme karena apabila
kita mencintai budaya sendiri, rasa cinta tanah air kita semakin tinggi pula sehingga budaya asing tidak mudah merasuk dalam kehidupan kita.
Terakhir, pendidikan menjadi faktor pendorong nasionalisme karena pendidikan merupakan proses transfer nilai dan pengetahuan yang
berlangsung secara terus-menerus tanpa terbatasi tempat atau waktu, sehingga nilai-nilai luhur yang ada pada bangsa kita akan selalu tertanam
dari generasi ke generasi selanjutnya.
3. Ciri-ciri Nasionalisme