121 H : Kalau itu yang bisa saya sampaikan ya, pasti untuk anak-
anak Paskibraka ketika ada hal yang berkaitan dengan lambang negara, simbol simbolnya, perlakuan mereka cara
menyikapinya pasti berbeda setelah mengikui Paskibraka, biasana ada interest lebih untuk mereka yang mengikuti
Paskibraka dibanding siswa biasa.Hwwc17 Mei 2016.
P : Untuk yang tahun 2015, sudah .. sudah terpenuhi. Buktinya mereka bisa menjadi contoh dan mendidik adek-adeknya
manjadi calon Paskibraka disini, menjadi pendidik dan contoh berarti tentunya juga sikap nasionalisme dan
perilakunya juga lebih baik.Pwwc10 Mei 2016.
Jika dilihat dari perubahan sikap dan mental terkait dengan jiwa nasionalisme, seseorang yang pernah mengikuti kegiatan
pendidikan dan latihan Paskibraka dapat dibilang tentu berbeda dengan siswa biasa yang belajar tentang nasionalisme di sekolah saja.
Hasil penanaman nasionalisme yang dilakukan melalui kegiatan fisik dan pembinaan mental pada Paskibraka jauh lebih tertanam dalam diri
seorang siswa. Nasionalisme yang telah tertanam dengan baik dalam diri seseorang dan terus dibina dengan kegiatan-kegiatan positif
lainnya tidak akan mudah luntur digerus oleh arus globalisasi.
3. Faktor Pendukung dan Penghambat Penanaman Nasionalisme pada
Paskibraka DIY
a. Faktor pendukung Pertama, dukungan dari pemerintah diwujudkan dalam bentuk
materiil dan nonmateriil. Dukungan materiil yang diberikan adalah untuk pembiayaan kegiatan Paskibraka di anggarkan dari APBD DIY.
Selain dukungan materiil, instansi daerah juga memberikan dukungan
122 dalam pelaksanaan kegiatan berupa dukungan dalam bentuk sarana
prasarana kegiatan, personil baik dari siswa, TNIPolri, dan pemateri- pemateri dari pihak terkait untuk memberikan pembinaan mental bagi
anggota Paskibraka. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari panitia dan pelatih
sebagai berikut: S : Faktor yang mendukung, untuk finansial Alhamdulillah
sepenuhnya didukung oleh pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta yang dialokasikan melalui dana APBD DIY,
setiap tahunnya kita dibiayai penuh oleh pemerintah DIY. Selain itu, kita didukung oleh kalau materi personil yang
dari siswa kita didukung oleh Kabupaten Kota, kemudian TNIPolri, kemudian alumni Paskibraka itu sendiri, senior-
senior ikut andil dalam mengupayakan kegiatan Paskibraka. Sehingga faktor pendukung ini banyak, dari
personil itu peserta siswa, kemudian TNIPolri, pelatih, bisa dari PPI atau TNI ditambah dari budayawan ditambah
lagi dari pemerintah daerah setempat yang juga berkenan hadir memberi materi untuk mengisi jiwa dari para peserta
itu sudah dukungan yang luar biasa. Swwc13 Mei 2016
D : Oh kalau itu banyak, kita bekerjasama dan dibantu banyak instansi atau pihak terkait. TNIPolri, PPI, Dinas
Pekerjaan Umum untuk pemasangan bendera, Dinas Kominfo seperti TVRI yang meliput pelaksanaan
pengibaran dan penurunan bendera, kemudian protokol. Kalau protokol itu jelas kalau protokol itu kita dibantu dari
Kepatihan bagian protokol, Pemda, pihak dari Gedung Agung, itu sudah jelas. Dwwc16 Mei 2016
Dukungan dan kerjasama yang dibentuk dengan berbagai instansipihak tersebut dapat memperlancar terselenggaranya kegiatan
dan membuat tujuan kegiatan Paskibraka tercapai dengan hasil yang maksimal. Salah satu hal yang membuat tujuan kegiatan Paskibraka
mencapai hasil yang maksimal adalah pihak penyelenggara
123 mengundang
pemateri-pemateri dan
pelatih yang
memang berkompeten untuk membimbing pembinaan fisik dan mental anggota
Paskibraka. Kedua, materi personil sudah memiliki keamampuan dasar
PBB dan sikap disiplin yang baik menjadi faktor pendukung penanaman nasionalisme pada Paskibraka. Hal tersebut menjadi salah
satu faktor pendukung karena sikap disiplin dan kemampuan PBB adalah kunci utama agar anggota Paskibraka dapat menyerap materi
yang diberikan pelatih selama pendidikan dan latihan secara cepat agar mampu melaksanakan tugas dengan baik sewaktu mengibarkan
Sang Merah Putih. Sejalan dengan pernyataan narasumber sebagai berikut:
Sd : Paskibraka di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ini merupakan
siswa-siswa pilihan
dari seleksi
di Kabupatenkota, jadi mereka adalah anak-anak terbaik
sehingga kita dalam melaksanakan pendidikan maupun pelatihan di Paskibraka sudah tidak menemukan kendala
yang berarti.Sdwwc16 Mei 2016
T : Pertama, sebelum masuk Paskibraka mereka sudah diajari PBB. PBB ini merupakan bentuk kegiatan fisik yang
dilakukan untuk memupuk rasa kesatuan, kebersamaan, mematuhi
perintah, keseragaman,
kekompakan, tolong-menolong, sehingga dari sini mereka sudah bisa
menanamkan nasionalisme. Sehingga paling tidak penanaman disiplin, persatuan mereka, kekompakan, jiwa
korsa dari dalam diri mereka sudah tertanam. Ada peningkatan yang banyak. Twwc11 Mei 2016
Narasumber lain dari pihak pelatih pun mengungkapkan bahwa materi personil menjadi pendukung karena siswa-siswi Paskibraka
merupakan orang-orang terpilih dari setiap kabupatenkota, sehingga
124 kemampuan dalam baris-berbaris sudah lebih baik, hanya perlu
menyesuaikan. Mengingat sikap disiplin dan kemampuan baris- berbaris yang baik dari anggota Paskibraka adalah hal penting dalam
pelaksanaan Diklat Paskibraka, apabila kedua hal tersebut sudah ada pada diri siswa maka pelatih tidak membutuhkan waktu yang lama
untuk membuat siswa mampu menyesuaikan diri dengan pola latihan pada Paskibraka.
Ketiga, adanya pembinaan lanjutan. Pembinaan lanjutan yang diadakan oleh pihak terkait menjadi faktor pendukung dalam
penanaman nasionalisme pada Paskibraka karena pembinaan lanjutan tersebut diharapkan menjadi kegiatan yang mampu meminimalisir
lepasnya penanaman nasionalisme setelah anggota Paskibraka selesai melaksanakan tugas. Hal ini sejalan dengan pernyataan narasumber
sebagai berikut: H : Kalau di Paskibraka, kuncinya adalah ada pembinaan
lanjutan. Jadi, kadang pembinaan lanjutan itu lemah, di DIY ada pembinaan lanjutan ada organisasi PPI yang
dapat membina mereka setelah selesai melaksanakan tugas sebagai Paskibraka. Setelah jadi Paskibraka, mereka akan
selalu dibutuhkan untuk pengibaran bendera pada peringatan hari besar seperti Hardiknas, dan lain-lain.
Kesuksesan Paskibraka itu dilihat dari dua tahun pertama setelahnya. Adanya pembinaan lanjutan diharapkan dapat
meminimalisir kemungkinan hasil pembinaan itu lepas dari diri mereka.Hwwc17 Mei 2016
Pembinaan lanjutan yang diadakan oleh pihak terkait dapat diwujudkan dalam bentuk kegiatan apapun yang berkaitan dengan
nasionalisme pada pemuda, organisasi kepemudaan maupun kegiatan
125 diklat kepemimpinan. Di Yogyakarta sendiri, program kegiatan
tersebut sudah ada dan berjalan dengan baik di bawah bimbingan Balai Pemuda dan Olahraga DIY.
b. Faktor penghambat Pertama, perbedaan persepsi antar sesama pelatih, sesama
panitia, maupun antara pelatih dengan panitia merupakan kendala non teknis selama kegiatan berlangsung. Perbedaan persepsi tersebut
terjadi karena komponen yang terlibat selama pendidikan dan latihan Paskibraka terdiri dari banyak pihak. Hal ini sejalan dengan
pernyataan narasumber berikut: D : Kalau kendala biasanya hanya masalah persepsi saja. Jadi
persepsi biasanya antara formasi apakah harus seperti ini, kesepakatan antara BPO, TNIPolri, atau PPI biasanya ada
masalah persepsi ini atau harus seperti apa. Dwwc16 Mei 2016
P : Kalau dari pelatih ini ada beberapa kendala, mungkin pelatihan ini ada beberapa kesatuan. Mungkin ada yang
belum pernah ikut. Memang dasar gerakan adalah sama tetapi di Paskibraka ini ada aturan yang keluar dari PBB
yang ada di angkatan, dan formasi mereka pun akan sedikit berbeda. Pelatih yang baru kadang kesulitan, sehingga
dengan kerjasama dari kami itu idak lagi menjadi masalah.Pwwc10 Mei 2016
H : Selanjutnya, dukungan dan komunikasi dari timnya. Komunikasi yang kurang bagus itu juga menghambat, disitu
kan melibatkan berbagai instansi ada TNI,Polri, PPI, ada kedinasan dan instansi lain komunikasi kadang nggak
sinkron. Misalnya yang di lapangan mengusulkan kegiatan tambahan sesi materi, ternyata jadwalnya tidak disetujui, itu
juga jadi kendala.Hwwc11 Mei 2016
126 Banyaknya pihak yang terlibat dalam kegiatan tersebut
memicu perbedaan pendapat pada masing-masing individu maupun tim. Apabila tidak dapat diatasi dengan cepat, tentu hal ini akan
menghambat jalannya kegiatan. Kedua, masalah mental dan fisik siswa seringkali menjadi
kendala karena memang jadwal dan porsi latihan Paskibraka cukup berat setiap harinya. Kondisi fisik dan psikis siswa dituntut untuk
terus stabil agar dapat mengikuti latihan dan pelaksanaan tugas pada Hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Hal ini sejalan dengan
pernyataan beberapa narasumber berikut: P : Masalah yang pertama itu masalah psikologis siswa, untuk
yang tidak terbiasa dididik dengan cara yang disiplin dan mengikat pasti akan sulit beradaptasi, tapi itu hanya
beberapa saat saja, setelah menjalani latihan akan dapat menyesuaikan dengan temannya. Yang kedua, sakit dari
penyakit yang tidak terdeteksi, contohnya mungkin bagi wanita mungkin kalau lagi datang bulan tiba-tiba jadi
mulas, faktor kelelahan, daya tahan tubuh orang kan tidak sama, sehingga apabila digenjot latihannya kadang suka
kram. Pwwc10 Mei 2016
T : Dari siswa, ego mereka .. kemudian ada terjadi mungkin belum pernah mengenal PBB di Paskibraka seperti apa,
kemudian fakor sakit tapi tidak terdeteksi, itu kendala dari siswa. Kedua, mereka mungkin belum paham gerakannya
sehingga butuh waktu yang lama. Dari segi teknis saya rasa tidak ada.Twwc11 Mei 2016
Seperti yang telah dijelaskan dalam beberapa pernyataan di atas, kondisi fisik maupun ego dari siswa tidak dalam kondisi stabil.
Pelatihan Baris-berbaris PBB dilakukan setiap pagi hingga sore dan harus diikuti sehingga kondisi psikis pun dapat berubah-ubah karena
127 faktor kelelahan. Agar kondisi psikis siswa tetap stabil, ego dari
masing-masing siswa juga perlu diredam demi menjaga keharmonisan barisan.
Ketiga, anggota Paskibraka merupakan siswa-siswi terpilih dari sekolahnya untuk mengikuti seleksi di tingkat kabupatenkota,
provinsi, hingga nasional. Ada syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat mengikuti seleksi lanjutan, baik syarat fisik maupun non
fisik. Sumber daya manusia menjadi kendala karena pada kenyataannya, sekarang ini sulit untuk mendapatkan calon anggota
Paskibraka yang benar-benar memenuhi syarat fisik baik untuk putra maupun putri. Sejalan dengan pernyataan beberapa narasumber di
bawah ini: S : Kendala yang kita sebenarnya lebih kepada materi personil.
Karena keseragaman atau kepaskibrakaan ini menggunakan teori dasar baris-berbaris yang mana di dalamnya ada
keharmonisan dan dalam hal kerapian barisan, kita terkendala dalam hal tinggi badan seorang anggota. Tinggi
badan sebenarnya sudah ditentukan, yang putri 165 cm dan yang putra 170cm untuk nasional, tetapi yang didapatkan
dari
kabupaten sering
kali belum
memenuhi persyaratan.Swwc13 Mei 2016
H : Selain iu, SDM .. anak SMA sekarang cukup sulit mencari yang diinginkan yang ideal, postur tinggi badan, tidak
berkacamata, tidak gampang sakit, akademiknya bagus, itu sekarang cukup sulit mencarinya. Itu saja sih, kalau dari
teknisnya sudah lancar.Hwwc18 Mei 2016
Anggota Paskibraka harus memiliki kondisi fisik dan non fisik yang unggul untuk dapat dididik menjadi generasi pemimpin bangsa.
Apabila anggota Paskibraka hanya memiliki kondisi yang baik dalam
128 salah satu aspek saja, dikhawatirkan akan menghambat siswa ketika
mengikuti seluruh kegiatan Diklat Paskibraka. Keempat, masalah sarana prasarana latihan menjadi kendala
khususnya bagi panitia penyelenggara kegiatan. Kurangnya sarana dan prasarana mengakibatkan lebih banyak tenaga dan waktu yang
terkuras untuk mempersiapkan sarana prasarana latihan. Sejalan dengan pernyataan narasumber berikut:
S : Dari segi teknis pelaksanaannya, kita belum mempunyai duplikasi tempat seperti yang digunakan sewaktu
pengibaran di hari H nanti, kita belum punya yang seperti itu. Jadi kita pengibaran dilaksanakan di Istana
Kepresidenan Gedung Agung yang notabenenya tempatnya seperti itu. Kita tidak punya tempat yang mirip
seperti itu. Sementara di Gedung Agung, tidak boleh untuk latihan. Sehingga kita harus mendesain sedemikian rupa
dengan tali temali jalur yang mirip dengan Gedung Agung. Kemudian teras sewaktu mereka menerima baki
dan mengembalikan baki itu kita bikin semirip dengan sana sekalipun dari bentuk dan ukuran, kalau bahan tidak
mungkin. Swwc13 Mei 2016
Keterbatasan sarana prasarana latihan menjadi kendala karena apabila
kurang salah
satunya dikhawatirkan
mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan tugas di lapangan pada saat pengibaran dan
penurunan bendera. Keterbatasan tersebut tentu harus segera diatasi agar pelaksanaan tugas dapat berjalan dengan lancar, mengingat tugas
Paskibraka adalah momentum sekali jadi dan tidak boleh salah.
129
B. Pembahasan
1. Penanaman Nasionalisme Pada Paskibraka DIY
a. Pelaksanaan Kegiatan dan Cara Penanaman Nasionalisme
Paskibraka
Pelaksanaan kegiatan Paskibraka di Daerah Istimewa Yogyakarta apabila dilihat dari awal proses seleksi hingga akhir
kegiatan telah sesuai dengan tahap-tahap yang telah diatur dalam Peraturan Menteri 0065 tahun 2015 tentang Penyelenggaraan
Pembentukan Pasukan Pengibar Bendera Pusaka Paskibraka. Bentuk kegiatan sesuai dengan apa yang seharusnya dilaksanakan,
yaitu terdiri atas tiga kegiatan utama, antara lain: rekrutmen dan seleksi, pemusatan pendidikan dan latihan, serta pelaksanaan dan
penurunan bendera. Seluruh rangkaian kegiatan dilaksanakan sesuai aturan. Seleksi meliputi beberapa rangkaian tes seperti tes
fisik, tes kesehatan, tes Bahasa Inggris, tes kepribadian, kesenian, tes kesamaptaan, tes parade, dan tes kemampuan PBB. Selanjutnya
pelaksanaan pemusatan pendidikan dan pelatihan anggota Paskibraka juga sudah berjalan sesuai dengan aturan yang
seharusnya dari jadwaltahapan kegiatan, penggunaan pendekatan Desa Bahagia, pendidikan dan latihan berdasarkan kurikulum Desa
Bahagia dan komponen-komponen yang terlibat dalam Paskibraka. Ketika bertugas pada Hari Kemerdekaan Republik Indonesia,
Paskibraka melaksanakan tugasnya dengan sukses, tidak ada