Evaluasi Sistem Among dalam Penanaman Karakter pada Siswa

120 belakang hendaknya membebaskan siswa sebebas-bebasnya, sesuai dengan kodrat, kemampuan dan bakat tanpa ada paksaan maupun tekanan. Apabila siswa mulai menyeleweng, pamong baru mengingatkanmengarahkan. Misalnya pamong mendukung bakat yang dimiliki siswa dengan meminta siswa untuk mengikuti sanggar, ekstrakurikuler atau lomba. Selain itu, ketika open school, pamong mengikuti kemauan siswa untuk menampilkan drama namun pamong tetap berperan dengan mengawasi jalannya latihan drama tersebut.

c. Evaluasi Sistem Among dalam Penanaman Karakter pada Siswa

Kelas IV 1 Pengawasan Sistem Among dalam Menanamkan Karakter Pengawasan sistem among menurut kepala bagian dilakukan dengan memasuki kelas tanpa pemberitahuan sebelumnya. Hal ini disampaikan oleh kepala bagian ketika peneliti memberi pertanyaan mengenai pengawasan yang dilakukan. Kepala bagian menyatakan bahwa, “Pengawasan dilakukan dengan keliling kelas dan masuk secara tiba-tiba tanpa diberi tahu berlebih dahulu. ” Hal ini sejalan dengan jawaban pamong ketika peneliti menanyakan terkait pengawasan sistem among dalam menanamkan karakter yang dilakukan oleh kepala bagian. Berikut pengawasan sistem among dalam menanamkan karakter menurut Nyi Rs dan Nyi Hn. 121 Nyi Rs: “Pengawasan jarang, ya paling cuman sesekali dilihat sama kepala bagian tapi tidak e, kontinu gitu. Hanya sesekali saja. Kepala bagian melakukan sidak ke lab.” Nyi Hn: “ E , pengawasannya biasanya kalau kepala bagian sih kadang-kadang masuk ke kelas, terus kalau misalnya ada suatu kasus di kelas biasanya kalau Bu Anas ada, kalau Bu kepala bagian ada ya Bu Anas masuk. Kalau Bu Anas ada. Kalau Bu Anas tu kadang keliling. Jadi misalnya kelas ini ada apa gitu , kesana. Yo jadi emang harus tahu kondisi kelas itu gimana . Biar kalau misalnya ada apa-apa itu tahu gitu lho, kepala bagiannya juga.” Pengawasan sistem among dalam menanamkan karakter berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan pamong menunjukkan bahwa pengawasan sistem sistem among dalam menanamkan karakter pada siswa dilakukan oleh kepala bagian dengan masuk kelas tanpa ada pemberitahuan. Pengawasan dari kepala bagian juga dilakukan dengan.mengadakan monitoring kurang lebih empat kali dalam satu tahun. Selain itu, kepala bagian juga selalu mengingatkan dan menegur pamong dan memiliki catatan apabila pamong berperilaku tidak baik. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan kepala bagian dan pamong, peneliti simpulkan bahwa pengawasan dilakukan oleh kepala bagian dengan memasuki kelas tanpa pemberitahuan sebelumnya. Kepala bagian masuk kelas secara bergilir. Hal ini dilakukan agar kepala bagian dapat mengetahui cara pamong melaksanakan metode pendidikan dalam sistem among untuk menanamkan karakter pada siswa saat mengajar. 122 2 Faktor Pendukung Metode Pendidikan dalam Sistem Among untuk Menanamkan Karakter Terdapat beberapa faktor pendukung metode pendidikan dalam sistem among untuk menanamkan karakter pada siswa. Terkait faktor pendukung, Nyi An menyampaikan sebagai berikut. “Ya otomatis kita menjalankan sistem among setiap hari. Yang kedua, kita harus selalu berkumpul dengan yang lebih pinter dari sistem among itu, yang ketiga kita tidak hanya berkumpul saja tetapi mempraktikkan dari yang setelah kita terima. Itu kita itu kan di sini ada satu, Paguyuban Rebo Wagen , kalau yang perempuan ada yang wanita. Itu juga diajarkan tentang sistem-sistem among. Rebo Wagen juga iya agar mengerti sistem among itu dan juga ada sosialisasi serta diklat. Itu semuanya selalu disuruh ikut sosialisasi. Itu kan juga bisa untuk masuk ke dalam kehidupan dia. Peserta Rebo Wagen yaitu keseluruhan, seluruh pamong dan karyawan di seluruh Taman Siswa Yogyakarta. Dari Kemendaman, dari IP, dari Jetis, itu jadi satu. ” Menurut kepala bagian, faktor pendukung metode pendidikan dalam sistem among untuk menanamkan karakter yaitu sistem among dijalankan setiap hari dan pamong harus berdiskusi dengan yang lebih paham tentang sistem among serta harus dipraktikkan. Program yang nyata yaitu adanya sosialisasi atau diklat yang membahas tentang sistem among, misalnya Paguyuban Rebo Wagen yang diikuti oleh seluruh pamong dan karyawan Taman Siswa di Yogyakarta, seperti Kemendaman, Ibu Pawiyatan dan Jetis. Sedangkan, ketika peneliti menanyakan terkait faktor pendukung metode pendidikan dalam sistem among untuk menanamkan karakter kepada Nyi Hn, Nyi Hn menyatakan bahwa, “Faktor pendukungnya? Yang di sekolahan jelas semuanya. Semua, 123 mulai dari guru, mulai dari karyawan, semuanya. Terutama orang tua sih sebenarnya, ...” Hasil wawancara peneliti dengan pamong terkait faktor pendukung metode pendidikan dalam sistem among untuk menanamkan karakter menunjukkan bahwa faktor pendukungnya yaitu lingkungan keluarga dan sekolah. Keluarga atau orang tua menjadi faktor yang utama. Pamong menjadi faktor pendukung dengan mengetahui karakter setiap siswa; mengupayakan agar siswa senang mengikuti ekstrakurikuler; mengupayakan untuk berkenan saling mengoreksi, mendukung, dan mengingatkan; membangun kerja sama dan komunikasi yang baik antarpamong; dan menambah pengetahuan dan belajar sistem among lebih kompleks. Selain itu, fasilitas seperti peralatan laboratorium juga menjadi pendukung dalam implementasi sistem among untuk menanamkan karakter pada siswa. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan kepala bagian dan pamong, dapat disimpulkan bahwa faktor pendukung metode pendidikan dalam sistem among untuk menanamkan karakter yaitu lingkungan keluarga dan sekolah. Di lingkungan sekolah, sistem among dijalankan setiap hari terutama ketika kegiatan pembelajaran dan pamong harus berdiskusi dengan yang lebih paham tentang sistem among yang kemudian dipraktikkan. Selain itu, fasilitas yang 124 dimiliki oleh sekolah juga menjadi pendukung dalam implementasi sistem among untuk menanamkan karakter pada siswa. 3 Faktor Penghambat Metode Pendidikan dalam Sistem Among untuk Menanamkan Karakter Faktor penghambat metode pendidikan dalam sistem among untuk menanamkan karakter terdiri dari beberapa hal. Nyi An menyampaikan bahwa, “ Penghambatnya sistem among itu semuanya ya, Mbak. Ada yang mau dan tidak mau itu tadi. Ada yang tahu tapi tidak menjalankan ya tetep personilnya ya. Diri kita sendiri kembali lagi. ” Berdasarkan pernyataan kepala bagian tersebut, faktor penghambat metode pendidikan dalam sistem among untuk menanamkan karakter yaitu pribadi masing-masing pamong. Sejalan dengan pendapat kepala bagian, jawaban Nyi It, Nyi Cr, Nyi Hn, dan Ni St saat wawancara dengan peneliti yaitu sebagai berikut. Nyi It: “Penghambatnya itu, Mbak. Merasa apa yang kita lakukan itu yang paling benar. Iya dari pamong sendiri lah. Kadang kita ngasih ke anak nggak boleh terlambat, kita sendiri terlambat. ” Nyi Cr: “Ya itu tadi. Tergantung pada guru yang aktif dan yang tidak. Guru yang mau melaksanakan dan yang tidak. ” Nyi Hn: “Hambatannya ya karena kita memang nganu, muridnya itu bermacam-macam karakter. Ada yang ABK, ada yang enggak . Yang enggak ABK pun, yang regular pun itu juga karakternya masing-masing. ” Ni St: “Hambatannya ya anaknya sendiri. Kan anak latar belakangnya berbeda-beda kan ? Ketika kita menanamkan sesuatu harus tahu, lah. Anak itu punya masalah apa, sih ? Nggak mungkin ketika ada satu siswa 125 yang memang dia karakternya ngeyel , ketika saya kasih tahu, minggu depan harus pakai perlengkapan ini, nggak bisa. ” Hasil wawancara peneliti dengan pamong mengenai faktor penghambat metode pendidikan dalam sistem among untuk menanamkan karakter yaitu pamong dan siswa. Hambatan yang muncul dari pamong antara lain kompetensi kurang untuk menangani siswa yang ABK, cara pamong untuk menangani siswa yang memiliki keberagaman karakter, merasa apa yang dilakukan adalah yang paling benar, dan belum melaksanakan sistem among dengan baik karena keterbatasan pengetahuan mengenai sistem among yang dimiliki. Sedangkan hambatan yang muncul dari diri siswa yaitu kemampuan intelektual dan latar belakang yang berbeda pada setiap siswa. Berdasarkan hasil wawancara kepala bagian dan pamong dapat peneliti simpulkan bahwa faktor penghambat metode pendidikan dalam sistem among untuk menanamkan karakter yaitu pribadi masing-masing, baik pamong maupun siswa. Hambatan yang ditimbulkan dari diri pamong yaitu kurangnya kesadaran mengenai pentingnya pelaksanaan sistem among. Pamong yang kruang memahami sistem among dapat mempengaruhi pelaksanaannya dalam kegiatan pembelajaran. Sedangkan, hambatan yang timbul dari dalam diri siswa yaitu kemampuan intelektual dan latar belakang yang berbeda pada setiap siswa. 126 4 Strategi untuk Melaksanakan Metode Pendidikan dalam Sistem Among untuk Menanamkan Karakter Kepala bagian menyatakan bahwa, “Introspeksi diri supaya bisa menjalankan itu to ? Tetep ya makanya kalau diri kita tidak bisa dulu untuk memimpin, akan memimpin orang lainnya bagaimana? Kita beri contoh untuk diri kita dulu. ” Kepala bagian berpendapat bahwa strategi untuk melaksanakan sistem among dalam menanamkan karakter yaitu dengan melakukan introspeksi diri agar bisa menjadi contoh untuk diri sendiri, sehingga dapat memimpin diri sendiri dan orang lain. Hal tersebut sejalan dengan jawaban Nyi It ketika peneliti menanyakan tentang strategi untuk melaksanakan sistem among dalam menanamkan karakter. Berikut merupakan pernyataan Nyi It berdasarkan wawancara yang telah peneliti lakukan. “Ya banyak komunikasi aja, Mbak. Kita banyak-banyak sharing aja. Sharing dengan teman-teman , sharing dengan para wali, jadi kalau kita ada permasalahan itu tidak hanya jadi permasalahan sekolah, e , pamong, tetapi juga biar diflorkan ke wali gitu lho . Ada ini, gimana cara mengatasinya. Jadi biar ada kerja sama antara orang tua dan sekolah. Jadi bukan melulu itu tanggung jawab sekolah tetapi juga tanggung jawab orang tua. ” Hasil wawancara peneliti dengan pamong mengenai strategi untuk melaksanakan sistem among dalam menanamkan karakter yaitu adanya keseimbangan antara fasilitas, pamong dan GPK yaitu dengan melengkapi fasilitas yang ada di laboratoium komputer, GPK harus aktif dan kerja sama antara GPK dan pamong; pamong 127 berusaha lebih dekat ke siswa agar lebih mudah untuk memberi nasihat kepada siswa; pamong melakukan introspeksi diri terhadap pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan dan menciptakan kolaborasi antara pamong dengan siswa; memperbanyak komunikasi serta sharing antarpamong dan orang tua siswa sehingga ada kerja sama antara orang tua siswa dan sekolah; dan diskusi antarpamong terkait permasalahan yang ada. Gambar 8. Kegiatan Rapat Wali Siswa Hasil wawancara peneliti dengan kepala bagian dan pamong dikuatkan dengan dokumentasi berupa foto. Foto yang diperoleh peneliti dari pihak sekolah menggambarkan kegiatan rapat wali siswa. Hal ini sesuai dengan strategi mengenai komunikasi antara 128 pamong dengan orang tua siswa sehingga ada kerja sama untuk menanamkan karakter. Selain itu, adanya rapat wali siswa juga mampu menumbuhkan tanggung jawab bersama antara pamong dan orang tua untuk menanamkan karakter pada siswa. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan kepala bagian dan pamong dan didukung dengan data dokumentasi milik sekolah berupa foto, dapat disimpulkan bahwa strategi melaksanakan metode pendidikan dalam sistem among untuk menanamkan karakter yaitu memperbanyak komunikasi serta sharing antarpamong dan orang tua siswa sehingga ada kerja sama antara orang tua siswa dan sekolah serta diskusi antarpamong terkait permasalahan Beberapa hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan faktor pendukung dan mengurangi faktor penghambat dalam melaksanakan metode pendidikan pada sistem among untuk menanamkan karakter pada siswa kelas IV.

3. Karakter yang Dihasilkan