Pengumpulan Data Reduksi Data Data Reduction

70

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Sejarah SMA Negeri 3 Yogyakarta

SMA Negeri 3 Yogyakarta merupakan lembaga pendidikan formal yang berada di bawah naungan Departemen Pendidikan. Sekolah yang mempunyai Nomor Statistik Sekolah NSS 301046002001, termasuk sekolah yang diunggulkan di Daerah Istimewa Yogyakarta. Hal tersebut dapat kita lihat dari nilai akreditasi yang diberikan oleh Badan Akreditasi Nasional dengan nilai A. Sekolah ini membuka kelas percepatan atau program akselerasi dan merupakan sekolah Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional RSBI. SMA Negeri 3 Yogyakarta sudah berdiri sejak zaman penjajahan Belanda. Bahkan, sekolah ini telah ada sejak tahun 1918, karena sebuah dokumen menunjukkan bahwa pada tanggal 30 Februari 1938, sekolah ini merayakan ulang tahunnya yang ke-2. Sampai dengan pecahnya Perang Dunia II Desember 1941 sekolah ini dikenal dengan nama AMS Algemeene Middelbare School Afdeling B. Pendidikan yang diselenggarakan waktu itu lebih berorientasi pada kepentingan pemerintah kolonial. Siswa sekolah ini umumnya adalah anak-anak bangsawan elite pribumi dan anak-anak pegawai pemerintah kolonial. Perlakuan diskriminatif berkaitan dengan ras dan status sosial, serta pendidikan yang menekankan aspek disiplin ketat serta sikap patuh terhadap pemerintah 71 kolonial, tak pelak lagi menghasilkan generasi dengan sikap rendah diri di kalangan bangsa pribumi terhadap bangsa kulit putih, serta tumbuhnya perasaan pada anak-anak pribumi sebagai warga kelas dua di tanah air sendiri. Hal demikian mengakibatkan terlambatnya perkembangan intelektualitas bangsa pribumi. Rupanya ini sengaja dilakukan oleh pemerintah kolonial waktu itu, agar tetap berkuasa di bumi pertiwi Nusantara Tercinta. Alumni AMS Afdeling B Yogyakarta, tersebar di seluruh nusantara dan tidak sedikit terlibat langsung ikut mempelopori pasang surutnya perjuangan bangsa sejak zaman pra kemerdekaan sampai dengan era demokrasi sekarang ini. Para alumni AMS Afd. B Yogyakarta tersebut tergabung dalam suatu wadah organisasi Keluarga Sarga Bagya yang sampai sekarang secara rutin selalu aktif mengadakan pertemuan. Dibawah pemerintahan pendudukan Jepang, pada bulan Juni 1942 sekolah AMS Afdeling B berubah menjadi Sekolah Menengah Tinggi SMT bagian A dan B. Rasa senasib dan sepenanggungan yang tertanam di kalangan para pelajar SMT merupakan mosal besar dalam rangka menggalang persatuan dan kesatuan sehingga munculah suatu kesepakatan di kalangan para pelajar SMT untuk membentuk wadah organisasi keluarga pelajar pada tanggal 19 September 1942 dengan nama PADMANABA. Pada masa pendudukan Jepang, Padmanaba telah ikut serta memperjuangkan kemerdekaan Repubik Indonesia. Hal ini terbukti dengan banyaknya putra putri Padmanaba yang gugur, seperti: Faridan, Suroto