Data Siswa Sumber Daya yang dimiliki

87 perguruan tinggi kedinasan sebesar 1, dan terakhir ada 8 siswa yang tidak terdata. e. Data Sarana Prasarana Selain sumber daya manusia, sarana prasarana merupakan sumber daya pendukung yang diperlukan dalam proses belajar mengajar, baik yang bergerak, maupun tidak bergerak, agar pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan dengan lancar, teratur, efektif dan efisien. SMA Negeri 3 Yogyakarta memilki lahan seluas 21.540m² dan bangunan seluas 7.105m². Ruang kelas merupakan sarana penunjang yang sangat vital untuk kegiatan belajar mengajar. Ruang kelas di sekolah ini telah dilengkapi dengan LCD Projector didukung dengan tersedianya koneksi internet dengan daya jangkau yang luas. Jumlah Ruang Kelas di SMA Negeri 3 Yogyakarta sebanyak 17 ruang yang masing-masing kelas rata- rata terdiri dari 28 siswa per kelas. Kondisi ruang kelasnya sudah baik dan sekolah sudah menganut sistem moving class. Di sekolah ini ruang kelas yang tersedia tidak cukup untuk menampung 23 rombongan belajar sehingga laboratorium IPA juga menjadi ruang kelas. 88 Tabel 13. Data Sarana Prasarana No Ruang Jumlah Luas Ket 1 Teori Kelas 22 2 Laboratorium IPA a. Laboratorium Kimia b. Laboratorium Biologi c. Laboratorium Fisika 1 1 1 3 Laboratorium Bahasa 1 4 Laboratorium Komputer 1 5 Laboratorium Bahasa Digital 1 6 Multimedia 2 7 Perpustakaan 1 88 m² 8 Ruang Serbaguna 1 240 m² 9 Ruang UKS 1 48 m² 10 Ruang Koperasi 1 11 Ruang BK 1 12 Ruang Kepala Sekolah 1 13 Ruang Wakil Kepala Sekolah 1 14 Ruang Guru 1 15 Ruang TU 1 16 Ruang OSIS 1 17 Mushola 1 42 m² Dua Lantai 18 Ruang Agama 4 19 Kamar Mandi WC untuk guru dan karyawan 1 20 Kamar Mandi WC untuk siswa 14 21 Pos Satpam 2 22 Ruang Gudang 1 23 Ruang Dapur 1 24 Kantin 1 Kapasitas 100 set 25 Aula Loby 1 26 Lapangan Sepakbola 1 27 Lapangan Basket 1 28 Lapangan Tennis 1 29 Lapangan Volley 1 30 Lapangan Bulu Tangkis 1 Disediakan di Gedung Argabagya 31 Halaman 1 3700 m² Sumber: Profil Sekolah SMA Negeri 3 Yogyakarta Tahun 20132014 Meskipun demikian untuk praktik mata pelajaran seperti Kimia, Fisika, dan Biologi juga menjadi tempat siswa untuk mempraktekkan 89 teori yang sudah didapatkan di kelas. Selain itu sekolah juga memiliki perpustakaan yang memiliki koleksi yang lengkap untuk menunjang pembelajaran siswa di kelas. Perpustakaan di SMA Negeri 3 Yogyakarta memiliki desain interior yang membuat siswa nyaman berada di dalamnya. Siswa sendiri banyak menggunakan aula sebagai tempat berkumpul dengan teman sebaya, bertemu dengan guru, maupun bertemu dengan pihak luar untuk keperluan penyelenggaraan event. Untuk data sarana prasarana dapat dilihat pada tabel Data Sarana Prasarana. 5. Implementasi Pembinaan Kepemimpinan Siswa di SMA Negeri 3 Yogyakarta

a. Pemahaman Konsep Kepemimpinan

Pemahaman tentang konsep kepemimpinan penting karena pemahaman ini dapat dijadikan sebagai dasar bagi sekolah untuk mengembangkan pembinaan kepemimpinan siswa. Konsep ini harus dipahami oleh seluruh warga sekolah mulai dari kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru, siswa maupun karyawan agar tidak terjadi perbedaan persepsi demi terciptanya konsep pembinaan kepemimpinan siswa yang baik. Secara garis besar hasil wawancara menunjukkan bahwa warga SMA Negeri 3 Yogyakarta memahami kepemimpinan sebagai kepemimpinan formal yang diartikan bahwa kepemimpinan itu adalah kemampuan seseorang untuk memanajemen, mempengaruhi orang lain 90 agar mau bekerjasama demi mencapai tujuan yang telah disepakati bersama dan tergabung dalam sebuah organisasi tertentu. Penjelasan Guru Bahasa Inggris saat diwawancarai tentang pemahaman kepemimpinan menyebutkan: “Kepemimpinan adalah seseorang yang mengontrol, memanajemen sesuatu atau seseorang yang terikat dalam suatu ikatan organisasi tertentu dan mempunyai tujuan akhir. Kepemimpinan itu harus punya tujuan dan indikator pencapaiannya. Kepemimpinan itu kita berbicara tentang keteladanan, karena tidak mungkin seorang dapat menjadi pemimpin jika dia tidak dapat memberikan contoh yang baik bagi orang yang dipimpinnya.” wawancaraIN29-04-15 Pembina Ambalan menjelaskan: “Kepemimpinan itu berkaitan dengan memanajemen, mengelola pada diri sendiri, kelompok maupun lembaga.” wawancaraPJ30-04-15 Sedangkan beberapa siswa yang diwawancarai tentang kepemimpinan mengatakan: “Menurut saya kepemimpinan itu adalah sebuah keahlian dan pembawaan dari seorang individu. Kemampuan seseorang untuk mengelola, mengontrol, mengatur dengan cara berkomunikasi dengan orang lain dalam sebuah organisasi.” wawancaraRB30- 04-15 “Kepemimpinan itu menurut saya suatu kegiatan yang dapat mengelola diri sendiri maupun orang lain, menggerakkan orang lain untuk menuju satu tujuan.” wawancaraYS22-05-15 “Kepemimpinan itu adalah suatu kemampuan dimana seseorang dapat memimpin dirinya sendiri, mengatur, membagi waktu, melakukan prioritas untuk diri sendiri dan orang lain serta mampu berkomunikasi dengan baik. Karena di selama kepemimpinan itu kita bekerja untuk tujuan bersama, ada sebuah kesepakatan baik tertulis ataupun tidak.” wawancaraGN30-04-15 Berdasarkan pernyataan tersebut sebagian besar guru dan siswa memahami kepemimpinan sebagai kepemimpinan formal bahwa 91 kepemimpinan itu terbentuk oleh struktur organisasi yang mengikat. Kepemimpinan formal merupakan kepemimpinan yang dipilih melalui seleksi ketat dan terikat oleh kontrak jabatan. Berbeda dengan pendapat beberapa Wakil Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Yogyakarta yang mengatakan: “Kepemimpinan kalau menurut saya kemampuan untuk mengelola suatu komunitas atau organisasi baik itu formal maupun non formal. Kepemimpinan menurut saya kemampuan yang dimiliki seoran g individu.” wawancaraIW22-05-15 “Kemampuan orang untuk mengarahkan orang lain agar dapat menggerakkan mereka menuju satu tujuan bersama yang telah direncanakan. Kepemimpinan itu tidak selalu dalam bentuk formal namun bisa dalam banyak hal. Tidak selalu menjadi bupati, presiden, atau jabatan formal yang lain, namun di setiap lini kehidupan pasti ada kepemimpinan.” wawancaraAG20-04- 15 “Menurut saya, kepemimpinan itu usaha untuk mempengaruhi orang lain agar orang lain mengikuti apa yang kita kehendaki untuk mencapai suatu tujuan. Tetapi tidak selalu terbatas kepada kepemimpinan formal.” wawancaraMY18-04-15 Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa Wakil Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Yogyakarta memahami kepemimpinan sebagai kepemimpinan formal dan kepemimpinan non formal. Kepemimpinan non formal merupakan kepemimpinan yang tidak terikat oleh organisasi, kepemimpinan ini bisa untuk diri sendiri maupun untuk orang lain, dan tidak terikat oleh kontrak jabatan karena kepemimpinan ini tidak resmi. Dari penjelasan di atas terdapat perbedaan pemahaman tentang kepemimpinan. Perbedaanya terletak pada guru dan siswa memahami kepemimpinan secara formal saja namun semua wakil kepala sekolah 92 sudah memahami kepemimpinan sebagai kepemimpinan formal maupun non formal.

b. Pemahaman Konsep Pembinaan Kepemimpinan Siswa

SMA Negeri 3 Yogyakarta merupakan satu-satunya sekolah di Kota Yogyakarta yang memberikan pelayanan khusus Sekolah Berbasis Kepemimpinan. Konsep ini muncul sebagai akibat kebijakan Manajemen Berbasis Sekolah. Seperti yang diungkapkan oleh Kepala Bidang Pendidikan Menengah selaku pencetus Kebijakan Manajemen Berbasis Sekolah yang mengungkapkan bahwa kebijakan ini tujuannya untuk mendorong sekolah di Kota Yogyakarta agar memiliki ciri khas masing-masing. Untuk prosesnya sekolah harus memilih salah satu keunggulan yang akan menjadi ciri khas sekolah yang diperoleh melalui pengamatan kegiatan sekolah yang berlangsung selama ini. Setelah itu sekolah mengajukan konsep kepada Dinas Pendidikan tentang alasan memilih konsep tersebut, tujuan penyelenggaraan, bagaimana bentuk pelaksanaannya di sekolah. Pernyataan tersebut disampaikan pada wawancara dengan Kabid Dikmen berikut: “Kebijakan MBS ini muncul karena Dinas Pendidikan Kota ingin setiap sekolah di Kota Yogyakarta memiliki ciri khas masing- masing. Untuk prosesnya pertama sekolah menganalisa sendiri ciri khas apa yang ada di sekolah masing-masing untuk dijadikan unggulan. Sekolah harus mampu menunjukkan latar belakang konsep unggulan yang mereka ajukan. Apa tujuan dan bagaimana model pelaksanaannya di dalam kegiatan pembelajaran sehari- hari.” wawancaraTT22-05-15 93 Berdasarkan pernyataan di atas kebijakan Manajemen Berbasis Sekolah tetap muncul atas prakarsa sekolah sendiri. Sekolah dibebaskan memilih konsep unggulan yang akan diajukan. Kebijakan ini merupakan inovasi manajemen sekolah yang tidak dikelola oleh pemerintah pusat lagi namun pada kurikulum pembelajarannya tetap mengacu pada kurikulum nasional. Hal tersebutlah yang mendasari terselenggaranya School of Leadership di SMA Negeri 3 Yogyakarta sebagai strategi sekolah dalam membina kepemimpinan siswa. Awal terselenggaranya School of Leadership di SMA Negeri 3 Yogyakarta ini adalah kebijakan Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta yang menginstruksikan kepada setiap sekolah di Kota Yogyakarta untuk dapat memiliki ciri khas masing- masing sebagai keunggulan setiap sekolah. Hal tersebut diungkapkan oleh Wakil Kepala Sekolah Bidang Humas Waka Humas saat diwawancarai: “Konsep ini muncul sekitar dua tahun yang lalu. Sebenarnya semua berawal dari kebijakan pemerintah yang menginstruksikan setiap sekolah untuk memiliki ciri khas yang dapat mewakili sekolah.” wawancaraAG20-04-15 Siswa SMA Negeri 3 Yogyakarta dididik untuk tidak hanya baik dalam akademik saja namun juga diimbangi oleh softskill seperti tanggung jawab, disiplin, jujur, percaya diri dan lain-lain untuk bekal hidup yang dapat diperolehnya melalui kegiatan ekstrakurikuler dan event. Sejak awal SMA Negeri 3 Yogyakarta sudah dikenal dengan sekolah event karena sekolah sering mengadakan event yang selalu