1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pemimpin merupakan faktor kritis penentu yang dapat menentukan maju mundurnya kemajuan suatu bangsa. Pemimpin harus mampu
mengarahkan kepada kesejahteraan para anggotanya karena pemimpin merupakan inisiator, motivator, stimulator, dinamisator, dan inovator dalam
kelompoknya. Keberhasilan sebuah kelompok dalam mencapai sebuah tujuan yang ingin diraih bergantung pada kepemimpinannya, yaitu apakah
kepemimpinannya mampu menggerakkan sumber daya manusia, sarana, dana, dan waktu secara efisien dan efektif untuk mencapai suatu tujuan organisasi
Rivai, 2003: 3. Kepemimpinan yang berkembang di Indonesia ini dipengaruhi oleh
pemimpin terdahulunya. Sifat kepemimpinan Ir. Soekarno yang tegas, disiplin, cermat, loyal, bertanggung jawab, berpendirian tetap merupakan sosok
pemimpin yang dapat menjadi teladan bagi kepemimpinan pemuda saat ini. Namun seiring perkembangan jaman dan pengaruh lingkungan sosial, banyak
muncul kepemimpinan abnormal. Kepemimpinan abnormal merupakan kepemimpinan yang gila kekuasaan atau sangat ambisius untuk mendapat
jabatan demi kepentingan pribadi Kartini, 2011: 85. Indonesia juga tengah mengalami krisis kepemimpinan. Semakin ke
depan kepemimpinan di bangsa Indonesia semakin kompetitif, bukan menjadi lebih baik malah menjadi lebih buruk karena banyak pemimpin kita yang
2 kehilangan jati dirinya sebagai pemimpin. Banyak pemimpin yang
mengatasnamakan kepentingan rakyat padahal ada niat terselubung dibalik semua maksud kepemimpinannya. Kepemimpinan yang dilaksanakannya
hanya sebagai pencitraan semata. Pemimpin hanya berkepentingan dengan pemupukan kekayaan, kekuasaan, dan kesenangan sendiri, dan membenarkan
praktik eksploitatif pemerasan habis-habisan, ditambah dengan tindak koruptif yang berkelanjutan. Korupsi membudaya di negara kita dan sudah
tersebar merusak dan menggerogoti sendi-sendi bangsa dan negara di berbagai pelosok nusantara baik dalam pemerintahan, pelayanan kesehatan,
pembangunan, dan pendidikan. Hidup yang bermewah-mewah ditengah rakyat yang sengsara, sedang dipihak lain rakyat kecil merasa tidak berdaya dan
semakin didera kemiskinan kronis, maka jangan heran kalau situasi masyarakat menjadi sangat eksplosif. Apabila dibiarkan terus-menerus maka
kepemimpinan bangsa Indonesia akan semakin hancur. Untuk itu perlu kaderisasi pemimpin agar mampu menciptakan kader pemimpin yang
memiliki keteladanan, kecakapan, dan integritas yang mampu membawa bangsa Indonesia menuju kemakmuran dan kesejahteraan.
Dahulu kepemimpinan diyakini merupakan bakat yang dibawa dari lahir, sehingga pemimpin bukan dilahirkan namun ditakdirkan. Miftah Thoha
1983: 279 berpendapat dalam teori
“the Great Man” bahwa seseorang yang
dilahirkan sebagai pemimpin ia akan menjadi pemimpin apakah ia mempunyai
sifat atau tidak mempunyai sifat sebagai pemimpin. Namun seiring
perkembangan manajemen ilmiah yang dipelopori oleh Fredrick W. Taylor,
3 banyak yang kemudian meyakini bahwa kepemimpinan tidak lagi didasarkan
pada bakat dan pengalaman saja tetapi pada penyiapan secara berencana dengan melatih calon pemimpin. Semuanya harus dilaksanakan melalui
perencanaan pendidikan secara sistematis sehingga dapat menumbuhkan kepemimpinan yang menunjang keberhasilan para calon pemimpin
menyelesaikan tugasnya. Untuk itu masalah seleksi untuk mendapatkan sosok pemimpin yang paling tepat untuk bangsa Indonesia adalah tugas yang paling
sulit pada masa sekarang ini Siswadi, 2012: 4. Dalam sejarah peradaban bangsa, pemuda merupakan aset bangsa yang
sangat mahal dan tak ternilai harganya. Kemajuan atau kehancuran bangsa dan negara banyak tergantung pada kaum mudanya sebagai agent of change
agen perubahan. Pada setiap perkembangan dan pergantian peradaban selalu ada darah muda yang memeloporinya. Keberadaan pemuda di Indonesia
sesungguhnya dapat menjadi modal yang berharga bagi masa depan bangsa ini ke arah yang lebih baik dan mampu berdiri sejajar dengan bangsa lain dalam
segala bidang. Namun berbagai polemik yang terjadi sebagai akibat dari ketidaksiapan kader pemuda dan masih kakunya sistem pemerintahan
menyebabkan pemimpin muda dipandang “sebelah mata”. Terlebih saat ini banyak permasalahan sosial yang melibatkan atau dilakukan pemuda seperti
tawuran, penyalahgunaan narkoba, seks bebas, dan tindak kriminalitas lainnya sebagai konsekuensi dari globalisasi menjadi tantangan dan rintangan
tersendiri. Hal ini pulalah yang menjadikan kaderisasi kepemimpinan bangsa memiliki nilai yang sangat urgen Rivai, 2007: 86. Oleh karenanya
4 dibutuhkan adanya re-thinking pemikiran kembali dan re-inventing
penemuan kembali dalam menciptakan kepemimpinan pemuda di dalam masyarakat. Kehadiran akan sosok pemimpin yang memiliki kepemimpinan
matang, kompleks, dan multidimensional tidaklah dapat terpenuhi begitu saja. Harus ada kerja kreatif yang harus dilakukan oleh semua elemen untuk
menghadirkan sosok pemimpin tersebut. Pengembangan kepemimpinan seharusnya menjadi bagian integral pada
program pendidikan untuk pelajar, dengan diadakannya kursus-kursus dan aktivitas-aktivitas yang tersebar melalui pengalaman di kegiatan kokurikuler
maupun ekstrakurikuler. Komives dan rekan-rekannya berpendapat bahwa kepemimpinan sebagaimana keterampilan lainnya, perlu untuk dipelajari dan
dipraktekkan Komives, Lucas, McMahon, 1998. Sementara Wren dalam Boaden 2006: 53 menegaskan bahwa kepemimpinan adalah sesuatu yang
dapat dipahami dan dipraktekkan oleh semua orang. Kouzes Postner 2002 berpendapat bahwa kepemimpinan merupakan urusan setiap orang. Penting
untuk mengembangkan kepemimpinan di usia sekolah karena mereka merupakan kader pemimpin masa depan yang akan menentukan nasib
kemajuan bangsa. Proses membina kemampuan kepemimpinan dapat dimulai sejak dini
pada lingkungan sekolah sehingga saat ini pendidikan kepemimpinan di sekolah mulai banyak diterapkan. Usia sekolah merupakan periode yang
sangat penting untuk pertumbuhan kepribadian, sosial, dan professionalisme siswa. Menyadari pentingnya periode tersebut banyak institusi pendidikan
5 membuat kegiatan di luar kelas untuk memperkaya pengalaman siswanya dan
untuk memaksimalkan potensi pembelajaran. Penelitian menunjukkan bahwa pengalaman kepemimpinan siswa, keterlibatannya di organisasi, posisinya
sebagai pemegang tanggung jawab, atau aktif sebagai anggota selama kegiatan eksrakurikuler dalam organisasi, sejalan dengan pengembangan personal
selama masa sekolah Astin, 1985: 176. Sekolah Menengah Atas merupakan jenjang pendidikan yang penting di
Indonesia terutama untuk menginternalisasikan karakter. Dalam tahap ini siswa diberikan kesempatan untuk dapat mengaktualisasikan segenap bakat
dan minat, serta kebebasan untuk berorganisasi secara bebas sebagai wahana pendewasaan untuk menjadi pemimpin bangsa yang beriman berakhlaq mulia
dan berwawasan luas. Sekolah Menengah Atas sedikit banyak memiliki andil dalam pembentukan kemampuan kepemimpinan sehingga dapat mencapai
kepemimpinan nasional.
Pelaksanaan dan
strategi pengembangan
kepemimpinan di sekolah menengah atas layak untuk dikaji guna memperoleh gambaran mengenai proses pembentukan calon pemimpin bangsa tersebut.
Arah pendidikan sekolah menegah atas tidak semata untuk mempersiapkan siswanya dapat melanjutkan di perguruan tinggi favorit, namun juga
mempersiapkan para siswanya untuk dapat terjun di masyarakat dan menjadi mandiri jika lulus kelak. Ada banyak cara yang dilakukan sekolah untuk dapat
memenuhi hal tersebut seperti melatih siswa ikut serta dalam organisasi sekolah dan keikutsertaan siswa dalam berbagai kegiatan event yang
melibatkan masyarakat secara langsung.