Materi Program Pembinaan Kesiswaan
51 1
Belum teridentifikasi yang secara optimal tentang karakter siswa. 2
Kurangnya pengalaman guru dalam menerapkan metode outbound. 3
Belum adanya kurikulum baku yang terstandar. d.
Upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan pengembangan karakter kepemimpinan siswa di Sekolah Alam Bandung sebagai berikut.
1 Upaya untuk mengidentifikasi karakter siswa secara optimal
dilakukan melalui kegiatan masa orientasi peserta didik di awal penerimaan siswa baru.
2 Meningkatkan intensitas kegiatan pelatihan bagi guru terkait metode
pembelajaran. 3
Membuat rambu-rambu wajib pelaksanaan sebagai dasar pelaksanaan pembelajaran.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Ummi Khamidah Skripsi Institut Agama
Islam Negeri Walisongo Tahun 2012, dengan judul “Strategi Sie Kerohanian Islam dalam Pembentukan Karakter Kepemimpinan pada Siswa
tahun 20112012 Studi Kasus ROHIS di SMA Negeri 3 Semarang”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi, hambatan, tantangan, dan
dukungan sekolah terhadap ROHIS dalam pembentukan karakter kepemimpinan pada siswa. Penelitian tersebut menunjukkan hasil sebagai
berikut. a.
Strategi yang digunakan ROHIS dalam pembentukan karakter kepemimpinan pada siswa meliputi: pelatihan kepemimpinan yang terdiri
dari beberapa tahap; Latihan Kepemimpinan Siswa Muslim I LKSM I,
52 Latihan Kepemimpinan Siswa Muslim II LKSM II, pra Latihan Dasar
Kepemimpinan pra LDK, Latihan Dasar Kepemimpinan LDK, pelibatan anggota dalam panitia kegiatan, merutinkan mentoring untuk
penguatan rohani dan pembentukan kepribadian islami siswa, dan merutinkan kajian Islam untuk pembentukan kepribadian islami siswa.
b. Hambatan dan tantangannya adalah pengurus dan anggota yang masih
mempunyai double job, kurangnya minat siswa untuk berorganisasi, administrasi yang kurang baik, waktu yang terbatas, kurangnya
kepercayaan orangtua siswa dan perubahan zaman. c.
Sekolah sebagai penentu kebijakan adanya organisasi tentu saja mendukung kegiatan ROHIS, adapun bentuk dukungannya dengan
tersedianya sarana dan prasarana, pencitraan, sumbangsih saran dan nasehat, perizinan kegiatan dan finansial.
Mencermati beberapa hasil penelitian tersebut, pembentukan karakter kepemimpinan di Sekolah Menengah Atas dapat dilaksanakan dalam berbagai
program kegiatan sekolah. Berkaitan dengan pelaksanaan pembentukan karakter kepemimpinan tersebut, masih banyak kendala yang yang dialami
seperti belum adanya kurikulum baku yang terstandar tentang kepemimpinan dan kurangnya dukungan sekolah untuk
melaksanakan pembinaan kepemimpinan. Belum ada penelitian yang mendeskripsikan lebih mendalam
tentang kebijakan sekolah dalam membina kemampuan kepemimpinan siswa. Melalui penelitian inilah akan diungkap dan dideskripsikan secara mendalam
mengenai kebijakan sekolah dalam membina kemampuan kepemimpinan di
53 Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Yogyakarta sebagai usaha untuk
menciptakan kader pemimpin masa depan bangsa. Studi kebijakan ini melihat, implementasi
kegiatan, sarana
prasarana, pendanaan,
dan SDM,
mengidentifikasi faktor pendukung dan penghambat, serta solusi yang dilakukan sekolah untuk mengatasi masalah yang muncul dalam pembinaan
kemampuan kepemimpinan siswa di sekolah. C.
Kerangka Berfikir
Maksud dan tujuan dari pembinaan kepemimpinan siswa adalah meningkatkan minat siswa dalam mengikuti kegiatan kepemimpinan untuk
semakin banyak mencetak kader pemimpin bangsa. Pembinaan kemampuan kepemimpinan perlu diajarkan di sekolah agar siswa dapat dibimbing menjadi
kader pemimpin yang siap bersaing di dunia kerja dan siap memimpin bangsa
menuju kesejahteraan.
Implementasi pembinaan kemampuan kepemimpinan siswa di SMA Negeri 3 Yogyakarta terintegrasi dalam berbagai kegiatan di sekolah baik tu
kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, kegiatan ekstrakurikuler maupun dalam kegiatan event. Namun dalam pelaksanaaannya sekolah masih memiliki
banyak kendala. Acuan pelaksanaan dan pengembangan juga belum begitu jelas menyebabkan pihak sekolah sulit untuk melaksanakan pembinaan
kepemimpinan siswa ini dengan baik. Pihak sekolah juga masih belum begitu memperhatikan dengan serius terbukti dengan sumber daya manusia ahli
dalam bidang kepemimpinan yang tersedia juga masih terbatas.