Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
5 membuat kegiatan di luar kelas untuk memperkaya pengalaman siswanya dan
untuk memaksimalkan potensi pembelajaran. Penelitian menunjukkan bahwa pengalaman kepemimpinan siswa, keterlibatannya di organisasi, posisinya
sebagai pemegang tanggung jawab, atau aktif sebagai anggota selama kegiatan eksrakurikuler dalam organisasi, sejalan dengan pengembangan personal
selama masa sekolah Astin, 1985: 176. Sekolah Menengah Atas merupakan jenjang pendidikan yang penting di
Indonesia terutama untuk menginternalisasikan karakter. Dalam tahap ini siswa diberikan kesempatan untuk dapat mengaktualisasikan segenap bakat
dan minat, serta kebebasan untuk berorganisasi secara bebas sebagai wahana pendewasaan untuk menjadi pemimpin bangsa yang beriman berakhlaq mulia
dan berwawasan luas. Sekolah Menengah Atas sedikit banyak memiliki andil dalam pembentukan kemampuan kepemimpinan sehingga dapat mencapai
kepemimpinan nasional.
Pelaksanaan dan
strategi pengembangan
kepemimpinan di sekolah menengah atas layak untuk dikaji guna memperoleh gambaran mengenai proses pembentukan calon pemimpin bangsa tersebut.
Arah pendidikan sekolah menegah atas tidak semata untuk mempersiapkan siswanya dapat melanjutkan di perguruan tinggi favorit, namun juga
mempersiapkan para siswanya untuk dapat terjun di masyarakat dan menjadi mandiri jika lulus kelak. Ada banyak cara yang dilakukan sekolah untuk dapat
memenuhi hal tersebut seperti melatih siswa ikut serta dalam organisasi sekolah dan keikutsertaan siswa dalam berbagai kegiatan event yang
melibatkan masyarakat secara langsung.
6 SMA Negeri 3 Yogyakarta merupakan sekolah yang dikenal memiliki
kultur berorganisasi yang sangat kentara. Hal tersebut terlihat dari banyaknya siswa yang disibukkan dengan berbagai kegiatan sekolah. Kultur ini sudah
melekat sejak lama dan dilestarikan oleh sekolah. Pihak sekolah mendukung dengan memberikan kebebasan kepada siswa untuk dapat mengikuti berbagai
macam kegiatan di sekolah. Pembinaan kemampuan kepemimpinan di SMA Negeri 3 Yogyakarta lebih ditekankan dalam keterlibatan siswa dalam
kegiatan organisasi, perannya sebagai penanggungjawab, atau aktif sebagai anggota di program kegiatan intrakurikuler maupun ekstrakurikuler sekolah
yang dapat mengembangkan kemampuan kepemimpinannya. SMA Negeri 3 Yogyakarta juga dikenal dengan sekolah event. Hal tersebut terungkap saat
wawancara dengan siswa yang mengungkapkan bahwa SMA Negeri 3 Yogyakarta memang telah identik dengan siswanya yang mampu
menyelenggarakan event-event berskala besar. Event yang pernah dilaksanakan oleh siswa SMA Negeri 3 Yogyakarta seperti acara Fun Bike
yang persertanya mencapai 8000 orang, dan kegiatan event lain seperti Sunatan Massal, Padmanaba Mengajar, Donor Darah dan lain sebagainya.
Dalam berbagai kegiatan tersebut siswa dilatih kepemimpinannya melalui keterlibatannya secara langsung dalam event dan tanggungjawabnya sebagai
pelaksana kegiatan. Tentunya ada faktor tertentu sehingga siswa SMA Negeri 3 Yogyakarta berhasil menyelenggarakan berbagai event.
Hal lain yang menarik adalah alumni SMA Negeri 3 Yogyakarta yang menduduki jabatan strategis dan dikatakan sukses. Seperti Anggito Abimanyu
7 selaku mantan Ketua Badan Kebijakan Fiskal, Herry Zudianto selaku mantan
Wali Kota Yogyakarta yang kini menjabat sebagai ketua PMI DIY, Lilik Hendrajaya yang merupakan mantan Rektor ITB, Yuli Mumpuni sebagai
Dirjen Amerika-Eropa Kementrian Luar Negeri, Kiki Widyasari sebagai Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia, dan Roy Suryo yang
merupakan Pakar Telematika serta masih banyak lagi alumni yang berprestasi dan menjabat dalam peran strategis. Tentunya hal tersebut bukan merupakan
sebuah kebetulan semata. SMA Negeri 3 Yogyakarta memiliki nilai-nilai luhur yang sejak dulu telah ada dan dilestarikan oleh warga sekolah sehingga
sekolah ini mampu mencetak kader pemimpin. Ada suatu kultur yang dijaga sehingga sampai sekarang SMA Negeri 3 Yogyakarta mencetak siswa yang
berprestasi dan memiliki kemampuan kepemimpinan yang mumpuni. Sebuah budaya yang dikembangkan sekolah yang tidak dimiliki sekolah lain dan dapat
menjadi sekolah percontohan sebagai sekolah yang mengusung konsep kepemimpinan sehingga peneliti tertarik meneliti lebih mendalam tentang
bagaimana cara sekolah menciptakan kultur organisasi dan pembinaan kepemimpinan yang diajarkan oleh sekolah kepada siswanya.
Berdasarkan gambaran permasalahan tentang pentingnya pembinaaan kepemimpinan siswa, dirasa sangat perlu melakukan penelitian berkaitan
dengan implementasi pembinaan kepemimpinan siswa di SMA Negeri 3 Yogyakarta. Penelitian ini mendeskripsikan tentang implementasi pembinaan
kepemimpinan siswa yang meliputi pelaksanaan, faktor yang berpengaruh, serta kendala dalam implementasi dan upaya yang dilakukan untuk mengatasi
8 kendala. Melalui penelitian ini diharapkan dapat diperoleh penjelasan ilmiah
tentang implementasi pembinaan kepemimpinan siswa di SMA Negeri 3 Yogyakarta sebagai bahan masukan dan perbaikan kebijakan.