Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Pembinaan

169 pelaksanaan dan pemgembangan program sehingga hal tersebut menjadi kendala bagi sekolah untuk dapat mengelola, memonitoring, dan mengevaluasi kebijakan dengan baik. c. Pendukung kebijakan. Kebijakan hanya dapat dilakukan kalau mempunyai pendukung dari pihak yang terkena kebijakan itu. Dalam implementasi kebijakan School of Leadership, alumni merupakan salah satu pihak yang banyak mendukung baik dalam bentuk sumber daya, pendampingan, dan pendanaan. d. Alokasi sumber. Dari hasil penelitian diketahui bahwa sekolah sudah memiliki sumber daya manusia berupa pengelola, guru, dan siswa untuk mengimplementasikan School of Leadership. Akan tetapi dari segi kualitas, sekolah belum memiliki kompetensi kepemimpinan yang memadai. Dalam pelaksanaan School of Leadership, siswa juga belum mampu memanajemen waktu dengan baik. Hal tersebut karena terlalu banyak kegiatan diluar pembelajaran seperti ekstrakurikuler, organisasi, dan event yang diikuti siswa. Selain itu sumber pendanaan untuk pelaksanaan School of Leadership dari sekolah sangat terbatas.

3. Upaya yang Dilakukan Sekolah untuk Mengatasi Kendala

Implementasi Pembinaan Kepemimpinan Siswa di SMA Negeri 3 Yogyakarta Upaya yang dilakukan sekolah dalam mengatasi kendala pencapaian School of Leadership dari segi ketersediaan dokumen pendukung, sekolah berupaya memaksimalkan pelaksanaan berbagai 170 kegiatan sekolah demi mendukung konsep School of Leadership. Setelah itu menyusun profil School of Leadership dan membuat rencana pengembangan School of Leadership barulah sekolah akan mengajukan Surat Keputusan Pendirian School of Leadership kepada Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta. Kemudian untuk Sumber Daya Manusia sekolah mengupayakan peningkatan kemampuan kepemimpinan guru dalam pembelajaran melalui rapat koordinasi yang diadakan secara rutin setiap bulan, rapat pleno sebagai evaluasi hasil pelaksanaan School of Leadership, pelatihan peningkatan kepemimpinan guru, dan memberikan beban tugas guru sesuai dengan kemampuan. Untuk meningkatkan pemahaman karyawan dan siswa, sekolah sering mensosialisasikan konsep School of Leadership diberbagai kesempatan seperti dalam pembukaan setiap kegiatan, ceramah saat upacara bendera, dan doktrin guru melalui kegiatan pembelajaran di dalam kelas. Upaya lain untuk mengatasi kurangnya manajemen waktu, pihak sekolah mendorong siswa agar selalu berusaha untuk fokus ketika pembelajaran berlangsung dan mendorong siswa agar mampu memprioritaskan kegiatan mana yang lebih penting. Selanjutnya terkait pendanaan sekolah mengatasinya dengan memaksimalkan peran komite, alumni, sponsor lain yang tidak terikat dan memberdayakan serta mendorong siswa agar mencari secara mandiri. Kemudian kurangnya pemahaman orang tua tentang School of Leadership, sekolah melakukan upaya dengan melakukan pertemuan orang tua siswa yang dilakukan 171 minimal 3 bulan sekali. Agar orangtua memahami dan senantiasa mendukung kegiatan sekolah dalam rangka pelaksanaan School of Leadership. 172

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai implementasi pembinaan kepemimpinan siswa di SMA Negeri 3 Yogyakarta maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Implementasi pembinaan kepemimpinan siswa di SMA Negeri 3 Yogyakarta dijelaskan dalam Program School of Leadership yang dilaksanakan sekolah melalui kegiatan belajar mengajar diskusi kelompok dan field study, kegiatan ekstrakurikuler SSC Smoothy Socialaholic Club, Ambalan, dan Bhayangkara Padmanaba, kegatan event FKGM, FKWS, CKO, Stadium Generale. Sosialisasi School of Leadership dilakukan melalui media cetak, elektronik, media sosial, open house, dan sosialisasi langsung ke sekolah. Sarana prasarana dalam pelaksanaan School of Leadership tidak disediakan secara khusus, hanya memaksimalkan yang tersedia. Pembiayaan terkait School of Leadership berasal dari sekolah tidak dicantumkan dalam APBS secara langsung dan sponsor yang tidak terikat namun masih terbatas. SDM, sekolah belum memiliki tenaga ahli yang expert dalam bidang kepemimpinan sehingga masih belum mampu mengintegrasikan kepemimpinan dalam pembelajaran maupun kegiatan dengan baik. 2. Faktor pendukung dan faktor penghambat dalam implementasi pembinaan kepemimpinan siswa di SMA Negeri 3 Yogyakarta. 173 a. Faktor Pendukung dalam implementasi pembinaan kepemimpinan siswa di SMA Negeri 3 Yogyakarta sebagai berikut: 1 Pemberdayaan alumni, 2 komitmen sekolah melalui motivasi guru kepada siswa dan pendampingan guru dalam pelaksanaan kegiatan, 3 Kultur berorganisasi yang sudah melekat lama pada sekolah, 4 Komunikasi yang terus dijalin antara warga sekolah, alumni, dan pihak luar yang terkait, 5 Kelonggaran perijinan untuk pelaksanaan kegiatan siswa. b. Faktor Penghambat dalam implementasi pembinaan kepemimpinan siswa di SMA Negeri 3 Yogyakarta sebagai berikut: 1 belum ada dokumen acuan pelaksanan dan pengembangan School of Leadership, 2 SDM, guru masih belum memiliki kualifikasi kepemimpinan yang mendukung School of Leadership, 3 Sulitnya siswa memanajemen waktu dengan baik, 4 Pendanaan, sekolah mengalami kesulitan pembiayaan karena banyaknya kegiatan siswa, 5 Kurangnya pemahaman orang tua tentang program sekolah terkait dengan School of Leadership. 3. Upaya yang dilakukan SMA Negeri 3 Yogyakarta dalam mengatasi kendala dalam implementasi pembinaan kepemimpinan siswa adalah sebagai berikut: a Untuk acuan pelaksanaan dan pengembangan, sekolah segera menyusun acuan pelaksanaan dan pengembangan lalu mengajukan konsep School of Leadership ke Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta, b Untuk SDM, sekolah mengupayakan rapat koordinasi, rapat pleno untuk evaluasi hasil pelaksanaan School of Leadership, pelatihan, seminar, workshop kemampuan kepemimpinan, dan memberikan beban tugas guru sesuai