berdasarkan pedoman observasi pada Tabel 13. Salah satu indikator adanya minat yaitu menunjukkan rasa senang belajar dan keingintahuan
bukan senang untuk bermainnya saja. Selain itu dapat dilihat berdasarkan kontak mata yaitu siswa memperhatikan pendidik saat mengajar.
Dari data hasil observasi pada pertemuan kedua, kedua kelas baik kelas kontrol dan eksperimen memiliki minat belajar IPS yang
berbeda. Minat belajar IPS siswa kelas kontrol mengalami penurunan, dimana siswa yang tidak memperhatikan pendidik saat mengajar semakin
banyak, bahkan mereka akan ramai dan diam ketika diingatkan. Sedangkan pada kelas eksperimen, minat belajar IPS siswanya
meningkat. Hal ini dibuktikan dengan aktif bertanya, menekankan kata yang diminati, dan penasarannya dengan materi yang akan disampaikan
hari itu ketika pendidik masuk kelas dengan membawa PAPIN.
3. Data Hasil Dokumentasi
Penelitian ini menggunakan dokumentasi berupa gambar sebagai instrumen pengumpulan data dengan tujuan untuk memperkuat
hasil penelitian terutama dari observasi atau wawancara. Dari data hasil dokumentasi Lampiran 7 diketahui bahwa minat belajar siswa di kelas
eksperimen terlihat lebih tinggi dari pada siswa di kelas kontrol. Hal ini semakin memperkuat pernyataan observer ketika menilai kegiatan belajar
mengajar yang berlangsung di kedua kelas tersebut. Selain itu data hasil dokumentasi lainnya berupa arsip mengajar, seperti absensi kelas, RPP
dan lembar observasi. 93
Berdasarkan pembahasan dari masing-masing data dari instrumen pengumpulan data di atas dapat dinyatakan bahwa terdapat perbedaan yang
siginifikan antara minat belajar IPS siswa SD kelas IV yang memanfaatkan PAPIN
dengan yang tidak memanfaatkannya dalam pembelajaran. Adanya minat belajar IPS dapat diketahui berdasarkan beberapa indikator minat yang
muncul pada siswa di kelas eksperimen, diantaranya rasa senang, perhatian, dan keingintahuan. Menurut KBBI, senang adalah puas dan lega, tanpa rasa
susah dan kecewa. Sedangkan menurut Dakir 1993: 114 perhatian ialah keaktifan peningkatan kesadaran seluruh fungsi jiwa yang dikerahkan dalam
pemusatan kepada barang sesuatu baik yang ada di dalam maupun di luar diri kita. Dan keinginan akan mempelajari suatu obyek merupakan keinginan
yang timbul dari diri anak itu sendiri. Pernyataan di atas diperkuat dengan pembuktian bahwa minat
belajar IPS siswa SD kelas IV yang memanfaatkan APE berupa PAPIN meningkat lebih tinggi daripada yang tidak memanfaatkannya dalam
pembelajaran. Data secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 29 halaman 89. Pendapat ini didukung oleh Direktorat PAUD 2007: 4 yang menyatakan
bahwa APE adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai sarana atau peralatan untuk bermain yang mengandung nilai pendidikan edukatif
dan dapat mengembangkan seluruh kemampuan anak. Diperkuat dengan pendapat Montessorri via Suyadi, 2009: 56 bahawa pada prinsip yang
pertama, APE menekankan pada perhatian secara penuh terhadap kebiasaan dan pengetahuan dasar yang dibutuhkan anak sesuai dengan
94
perkembangannya. Montessori menemukan bahwa anak-anak mampu belajar dan bermain sendiri yang unik dan khas serta bersifat rileks, spontan, dan
tanpa tekanan. Sedangkan salah satu unsur adanya minat menurut Muniarti Sulastri 1985: 65 adalah adanya rasa senang pada diri individu terhadap
obyek. Menurut KBBI, senang adalah rasa puas, lega, tanpa paksaan dan kecewa. Hal ini berarti PAPIN memang efektif digunakan untuk
meningkatkan minat anak untuk belajar dan bermain yang sifatnya tanpa paksaan.
95
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitan, analisis data dan pembahasan yang telah dikemukakan di bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan
yang signifikan antara minat belajar IPS siswa SD kelas IV yang memanfaatkan PAPIN dengan yang tidak memanfaatkan PAPIN dalam
pembelajaran. Sehingga dapat dikatakan bahwa PAPIN efektif digunakan untuk meningkatkan minat belajar IPS siswa SD kelas IV. Efektif
berdasarkan adanya peningkatan minat belajar setelah memanfaatkan PAPIN dalam pembelajaran.
B. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang dapat mempengaruhi penelitian, antara lain:
1. Validasi angket secara empirik hanya dilakukan 1 kali dan tidak ada revisi lembar angket setelah diketahui ada yang tidak valid. Hal ini disebabkan
karena keterbatasan waktu peneliti yang mendekati waktu penelitian. 2. PAPIN merupakan APE yang sebenarnya dapat meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman atau dari ranah kognitif, sedangkan dalam penelitian ini digunakan untuk meningkatkan minat belajar siswa atau
dari ranah afektif. 3. Penilaian pada minat belajar siswa belum terdapat patokan berupa tes
secara pasti, contohnya tes minat khusus mata pelajaran IPS. Sehingga 96