74
Menurut al-Suyuthi dalam kitabnya al-Itqan fi Ulum al- Qur’an dan al-
Zarkasyi dalam kitabnya al-Burhan fi Ulum al- Qur’an menyebutkan bahwa Ulum
al- Qur‟an terdapat banyak cabang ilmu yang terkait dengan keal-Quranan. Kedua
kitab inilah yang menjadi rujukan utama kitab-kitab atau buku-buku tentangUlum al-
Qur’an. Namun kitab-kitab tersebut tidak selengkap kedua karya monumental tersebut.Ulum al-
Qur‟an merupakan cabang keilmuan yang memiliki beberapa bidang ilmu dengan beragam istilah, antara lain ilmu Makkî Madanî, ilmu Asbâb
al-Nuzuûl, ilmu Munâsabah dan lain-lain. Bidang-bidang ilmu ini diperlukan bagi para pembaca atau peneliti al-
Qur‟an sebagai bagian dari perangkat untuk menafsirkan al-
Qur‟an. Hasil penemuan ulama berabad-abad ini masih dirasakan manfaatnya sampai saat ini terutama ketika bersentuhan dengan al-
Qur‟an. Jasa besar ulama klasik ini sangat dibesar-besarkan oleh para pengkaji al-
Qur‟an sampai pada titik kesimpulan bahwa bidang-bidang ilmu tersebut telah final
sekaligus mampu menembus zaman, sehingga tidak dirasa perlu untuk mengkaji ulang atau bahkan mengkritik dan membangun teori baru.
Pascasarjana merupakan jenjang pendidikan yang lebih tinggi dalam pengembangan keilmuan dan keahlian. Kurikulum dan proses belajar mengajar
yang diajarkan idealnya tidak sama dengan para sarjana dalam taraf di bawahnya. Salah satu parameter yang dapat ditelaah berhasil tidakkah sebuah kurikulum
dalam sebuah lembaga pendidikan adalah karya ilmiah di akhir studi atau disertasi. Demikian juga dengan kajian-kajian atau penelitian tentang Ulum al-
Qur’an, hanya cabang ilmu tertentu yang sering dikaji atau didiskusikan. Dalam hal ini salah satu yang bisa dijadikan tolok ukur adalah kajian atau penelitian di
dalam disertasi. Sebagaimana yang telah diurai dalam bab sebelumnya bahwa dari jumlah keseluruhan hanya ada beberapa cabang Ulum al-
Qur’an yang sering dijadikan fokus penelitian, yaitu
ilmu qira‟at, ilmu asbab al-nuzul, ilmu munasabah dan qashash al-
Qur‟an. Berikut ini contoh disertasi yang membahas salah satu bidang ulum al-
Q ur’an, tim peneliti memasukkan dalam kolom ini disertasi yang membahas
metode tafsir.
1. Cabang Ilmu Qira’at dan Rasm
75
Judul: “Qirā’āt Sab‘ah Menurut Perspektif Para Ulama.” Penulis: Syar’i Sumin
Institusi: Program Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun Lulus: Januari 2005.
Penulis disertasi ini merupakan dosen tetap pada Fakultas Hukum Universitas Andalas UNAND Padang. Sekalipun ia dosen pada fakultas
hukum, latar belakang pedidikan, aktifitas dan karya tulisnya secara umum terkait dengan kajian al-
Qur‟an terutama seni baca al-Qur‟an dan Qir‟at. Oleh sebab itu tidak mengherankan bila penelitian disertasinya pun
membahas tentang qir ā’āt sab‘ah.
Sumin melatar belakangi kajiannya atas beberapa hal dibawah ini:
pertama
, Qir ā’āt merupakan bagian dari ilmu al-Qur;an yang tidak begitu
banyak mendapat perhatian. Untuk kasus Indonesia saja, baru pada tahun tahun 1980-an para qari melantunkan ragam qir
ā’āt dalam beberapa kaset. Tahun 1983 Mejelis Ulama Indonesia memberikan fatwa agar melestarikan
qir ā’āt al-sab‘ah. Pada tahun 2002 Qirā’āt ini menjadi bagian dari
Musabaqah Tilawatil Qur‟an. Kedua: merujuk pada keterangan dari al-Sinkilī bahwa pada zaman ia belajar di Mekah abad 1217, hanya ada 3 qir
ā’āt yang masih beredar luas di masyarakat saat itu
14
. Ketiga: dalam memahami
qir ā’āt ini para ulama berbeda pandangan, pertama ada yang setuju dengan
standarisasi qir ā’āt al-Qur‟an dalam qirā’āt sab„ah dan ada yang
menyesalkan. Mereka yang setuju berpandangan bahwa hal ini merupakan upaya menjaga bacaan al-
Qur‟an yang bersanad mutawatir. Keempat: adalah
Ibn Muj hid, ulama abad ke IV Hijriah, yang telah melakukan standarisasi bacaan al-
Qur‟an. Dia telah berupaya untuk melihat qirā’āt mana saja yang
14
Syar‟i Sumin, “Qirā’āt al-Sab‘ah Menurut Perspektif Para Ulama,” Disertasi PPs UIN Syarif Hidayatullah Jakarta., 15.
76
memang bersanad tersambung kepada Nabi Muhammad. Dari tujuh qir ā’āt
yang telah diklasifikasi ternyata yang paling banyak diperdengarkan dan dikenal adalah qir
ā’āt Imam Nafi„ dari Imam „ s}im. Sedangkan qirā’āt dengan riwayat dari Im m Warsh, Q l
ūn dan yang lainnya tidak begitu populer. Hal ini menimbulkan pertanyaan bagi penulis, “mengapa hanya
qir ā’āt riwayat Imam Nafi„ yang banyak beredar?” Penulis Memberikan
asumsi bahwa qir ā’āt ini beredar luas karena 4 faktor: a. kepribadian, b.
sanad dan talaqq ī, c. historis sosiologis, dan d. sarana.
15
“Bagaimana sebenarnya pandangan ulama tentang qirā’āt al-sab‘ah? Baik dari sisi autentisitas, dan popularitasnya, serta standarisasi dan
eksistensinya sampai sekarang,” merupakan pertanyaan pokok yang menjadi
kegundahan penulis dalam disertasi ini dan menambahkannya dengan lima pertanyaan kecil:
16
Disertasi ini menggunakan, penelitian pustaka dalam pengumpulan datanya. Pendekatan metode analisis komprehensif dan komparatif, diajdikan
alat analisis oleh penulis untuk membaca data yang telah dikumpulkan. Penulis memberikan arti dari komprehensif dan komparatif dengan
“penguraian atau kupasan yang mengandung pengertian yang luas dan menyeluruh serta bersi
fat perbandingan.”
17
Mungkin yang diinginkan oleh penulis adalah menggunakan analisis komparasi, dimana ia membandingkan pendapat antara mereka yang setuju
dengan apa yang dilakukan oleh Muj āhid dan yang yang tidak setuju.
Buku-buku yang sangat banyak dan ragam serta tidak fokus pada kajian yang diinginkan menjadi alasan dia dalam menunjukkan keterbatasan
15
Syar‟i Sumin, “Qirā’āt al-Sab‘ah Menurut Perspektif Para Ulama,” Disertasi PPs UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2005, 3-8.
16
Apa sebenarnya yang dimaksud dengan qir ā’āt al-sab‘ah dan apa standardisasinya bagi Ibn
Muj hid? b. Bagaimana pertimbangan Ibn Mujâhid dalam mengumpulkan dan membatasi qir ‟at
hanya tujuh saja bila dikaitkan dengan sab‘at ahruf. c. Bagaimana pandangan para ulama terhadap
kredibilitas qir ā’āt al-sab‘ah. d. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan qirā’āt al-sab‘ah versi
bacaan Hafs lebih popular? e. Bagaimana eksistensi qir ā’āt al-sab‘ah sampai sekarang? Syar‟i Sumin,
“Qirā’āt al-Sab‘ah Menurut Perspektif Para Ulama,” 17.
17
Syar‟i Sumin, “Qirā’āt al-Sab‘ah Menurut Perspektif Para Ulama,” 29.
77
dari penelitian disertasinya, contoh kesulitan mencari buku yang secara khusus membahas tentang popularitas qir
ā’āt Imam Nafi„.
18
Sumin menyebutkan lima belas literatur yang menjadi kajian pustaka, 10 literatur berbahasa Arab dan 5 literatur berbahasa Indonesia.
19
Ia mengganggap bahwa persamaan yang ada dalam disertasi ini dengan kajian
terdahulu adalah sama-sama membahas tentang qir ā’āt. Sedangkan yang
membedakannya yaitu pada pendapat-pendapat ulama mengenai autentisitas, kredibilitas qir
ā’āt al-sab‘ah yang diusung oleh Ibn Muj hid, dan popularitasnya hingga saat ini.
20
Sepertinya, kajian pustaka yang dilakukan masih kurang, karena hanya dua dari 15 literatur yang disebut merupakan karya akademik
Disertasi PPs UIN, yaitu karya Hasanuddin AF dan Yufni Faisol. Penulis seharusnya memasukkan karya Salman Harun
21
dan AH Jhons
22
, karena ia mengutip kedua karya tersebut untuk menjelaskan qir
‟ t yang beredar di mekah pada saat al-Sinkili belajar di sana abad 12 H17 M. Adapula karya-
karya lain yang terkait, misalnya : “Ibn Muj hid and the Establishment of Seven Quranic Readings” karya Christopher Melchert.
23
18
Syar‟i Sumin, “Qirā’āt al-Sab‘ah Menurut Perspektif Para Ulama,”31.
19
Buku-buku tersebut: Kit āb al-Sab‘ah fī al-Qirā’āt, karya Ibn Muj hid; al-Hujjah fī ‘Ilāl al-Qirā’āt
karya al-F ris ī, al-Tabs{īr fī al-Qirā’āt al-Sab‘ karya al-Qaisī, al-Kashf ‘Aan Wujuh wa ‘Ilālihā wa
H{ujjajih ā karya al-Qaysī, al-Taysīr fī al-Qirā’āt al-Sab‘ karya al-D nī, Hurz al-Amānī wa Wajh al-Tahānī
ff ī al-Qirā’āt al-Sab‘ al-Mathānī karya al-Sh t}ibī, al-Irshādāt al-Jaliyyah fī al-Qirā’āt al-Sab‘ min
T{ar īqi al-Shāt}ibiyyah karya Muhaisin, al-W fī fī Shar„ al-Sh t}ibiyyah fī al-Qirā’āt al-Sab‘ karya „Abd
al-Gh n ī, Tarqīb al-Ma‘ānī fī Shar‘ H{urz al-Amānī fī al-Qirā’āt al-Sab‘ karya Muh{ammad al-H{ fiz},
al-Man ‘ al-Ilāhiyyah fī Jami‘ al-Qirā’at al-Sab‘ min T{arīq al-Shāt{ibiyyah karya Muh{ammad al-H{ fiz.
Adapun lima buku yang berbahasa Indonesia adalah: Kaidah Qir ā’āt Tujuh karya Fathoni, Perbedaan
Qir ā’ā t dan Pengaruhnya terhadap Istinbat Hukum dalam al-Qur’an karya Hasanuddin AF,
Pengaruh Perbedaan Qir ā’at terhadap Makna Ayat Suatu Tinjauan Qa wā‘id Bahasa Arab karya
Yufni Faisol, Tuntunan Praktis Babak Penyisihan dan Babak Final disusun oleh PTIQ, Mengenal Bacaan al-
Qur’an Qirā’āt a l-Sab‘ah disusun oleh PTIQ. Syar‟i Sumin, “Qirā’āt al-sab‘ah Menurut Perspektif Para U
lama,”32-39.
20
Syar‟i Sumin, “Qirā’āt al-Sab‘ah Menurut Perspektif Para Ulama,”39.
21
Salman Harun, Mutiara Al-Qur ān, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999 M
22
AH. Johns, Islam in the Malay World: An Exploratory, Survey with Some Reference to Quranic Exegenis, Islam in Asia, Jerussalem: The Magnes Press, 1984
23
Lihat: Christopher Melchert, “Ibn Muj hid and the Establishment of Seven Quranic Readings”
dalam Studia Islamica, No. 91 2000, pp. 5-22, Maisonneuve Larose. http:www.jstor.orgstable
1596266 .
78
Judul : “Keterkaitan Ragam Qiraat Dengan Rasm ‘Utsmānī Serta
Implikasinya Terhadap Penerbitan Mushaf dan Penafsiran Al- Qur’an.”
Penulis : Ahmad Fathoni
Institusi : Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tahun Lulus: 2008.
Fathoni mengajukan pertanyaan Penelitiannya berdasarkan pada beberapa hal: 1. Kesimpulan Ignaz Goldziher dan Arthur Jeffrey yang
menyatakan bahwa kemunculan ragam qiraat disebabkan oleh ketiadaan tanda baca pada mushaf ustmani adalah tidak tepat.
24
2. Penggunaan rasm ‘uthmānī,
secara utuh, dalam penulisan mushaf mengalami pasang surut. Mulai masa sahabat sampai tabi‟īn, penulisan mushaf secara konsisten menggunakan rasm
tersebut. Namun, pada perkembangan berikutnya telah terjadi inskonsistensi
penggunaan rasm uthm ānī pada penulisan mushaf hingga tahun 1970an.
25
3. Ada upaya ulama international al-Azhar untuk mengembalikan penulisan al-
Qur‟an pada rasm ‘uthmānī dan menggunakan ragam qira‟at yang mutawatir dalam pembacaannya.
26
Atas dasar itulah maka pertanyaan penelitian disertasi ini menjadi: “sejauh mana keterkaitan ragam qira‟at dan rasm „uthm nī serta pengaruhnya
terhadap berbagai penerbitan mushaf?; dan apakah penafsiran yang akan
melibatkan keragagaman qira‟at akan memberikan kesempatan untuk mencari terobosan baru di dalam memahami isi kandungan al-
Qur‟an?”
27
Ada dua tujuan Penelitian dan tujuh signifikansi dalam disertasi ini. Tujuan Penelitiannya adalah untuk mengetahui hubungan timbal balik ragam
qira‟at dan rasm „uthmani secara historis dan dampaknya pada otentisitas terbitan dan penafsiran al-
Qur‟an.
28
Sedangkan sumbangan yang ingin
24
Ahmad Fathoni, “Keterkaitan Ragam Qira‟at...,” 3-4.
25
Ahmad Fathoni, “Keterkaitan Ragam Qira‟at...,” 6-7
26
Ahmad Fathoni, “Keterkaitan Ragam Qira‟at...,” 7
27
Ahmad Fathoni, “Keterkaitan Ragam Qira‟at...,”9.
28
Ahmad Fathoni, “Keterkaitan Ragam Qira‟at...,”9.
79
diberikan pada ruang akademik ilmu al- Qur‟an adalah: penetapan bahwa ragam
qira‟at yang ada beredar saat ini bersumber dari qira‟at mutawatirah dan mas{
āh}if ‘uthmāniyah.
29
Penulis menyebutkan bahwa kajian mengenai keterkaitan qir‟aat
bukanlah hal yang baru ada sejumlah penulis dan peneliti yang telah mengkaji obyek ini. Di antara mereka, yaitu: Muhammad al-Habash
ī dengan karya al- Qira’at al-Mutawatirah wa atharuhā fī al-Rasm al-Qur’ānī wa al-Ah}kām al-
Shar ‘iyyah, Hasanuddin AF dengan karya Perbedaan Qira’at dan
Pengaruhnya Terhadapa Istimbat Hukum dalam al- Qur’an, M.A.A. Dzun
Nuroyn dengan karya al-Im ām Ibn al-Jazāri Makānatuh wa Ta’thīruh fī ‘Ilm
Qir ā’at, Syar‟i Syumin dengan karya al-Qirā’āt al-Sab‘ah Menurut Perspektif
para Ulama. Menurut penulis, perbedaan mendasar dari disertasi ini dengan
kajian terdahulu adalah membuat korelasi antara qira‟at dan rasm „uthm nī
terlebit pada penerbitan al- Qur‟an.
30
Penelitian ini dikategorikan oleh Penulis sebagai Penelitian kualitatif dengan sumber utamanya buku-buku dan hasil Penelitian yang terkait dengan
ilmu rasm dan ilmu qira’at serta mushaf-mushaf yang menggunakan ragam
qira‟at. Data yang terkumpul melalui studi pustaka dianalisis dengan menggunakan metode analisis isi dengan cara mendeskripsi dan membuat
komparasi antara data sekunder dan primer. Kemudian Penulis memaparkannya pada lima bab, Pendahuluan, Kajian Teoritis dan Kerangka
Konseptual, Pertumbuhan rag am Qira‟at dan Rasm „Uthm nī, Hubungan
Timbal balik antara Ragam Qira‟at dan Rasm „Uthm nī, dan terakhir penutup.
31
Judul : “Penulisan dan Pemberian Tanda Baca Mushaf Standar
Indonesia Cetakan 2002”
29
Ahmad Fathoni, “Keterkaitan Ragam Qira‟at...,” 10.
30
Ahmad Fathoni, “Keterkaitan Ragam Qira‟at...,”10-12.
31
Ahmad Fathoni, “Keterkaitan Ragam Qira‟at...,”13-15.
80
Penulis : Hisyami bin Yazid
Institusi : Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tahun Lulus: 2009.
Penulis menjelaskan secara panjang lebar pada latarbelakang masalah sejarah penulisan mushaf dari masa Nabi sampai „Uthm n, kemudian diikuti
dengan penjelasan ta ḥsīn al-Qur‟an. Sebelum masuk pada bagian penting dari
latarbelakang, penulis memberikan penjelasan sekilas penulisan mushaf di Indonesia.
32
Adapun hal yang menjadikan penelitian ini menjadi penting untuk dibahas karena ia menganggap telah terjadi penyimpangan penulisan mushaf
standar Indonesia bila dirujuk pada ilmu rasm dan ilmu d}abt} al- Qur‟ n.
Sebagai contoh: hilangnya huruf alif pada penulisan kata al-sam āwāt,
Mushaf al- Qur‟an yang dicetak oleh CV. Al-Syifa Semarang pada tahun
2002 dijadikan obyek penelitian oleh Penulis. Mushaf tersebut dianggap telah mewakili Mushaf al-
Qur‟an Standar Indonesia karena telah ditashih oleh Lajnah Pentashih Mushaf dengan Tanda Tashih No.: BD.IIITL.02.1 932002.
Yazid menuliskan rumusan masalahnya dengan tiga bagian kalimat: pertama
, memaparkan argument bahwa ‘Ilm Rasm dan ‘Ilm d}abt} merupakan
2 ilmu yang menjadi sandaran ulama dalam penulisan mushaf. Kedua, Penulis menyebutkan pertanyaan penelitian disertasinya dengan “Mengapa penulisan
dan tanda baca mushaf al- Qur‟an standar Indonesia banyak yang menyimpang
dari ketentuan ilmu rasm dan ilmu d}abt al- Qur‟an, ...”.
33
Ketiga: Penulis memerinci rumusan masalahnya dalam 4 pertanyaan berikut.
“a.Ayat mana saja dalam Al-Qur‟an Standar Indonesia yang menyimpang penulisan dan tanda bacanya dari kaedah-kaedah ilmu rasm dan
ilmu d}abt}i Al- Qur‟an?,b. Bagaimana kaedah penulisan Mushaf dan tanda
baca yang sebenarnya menurut ilmu rasm dan ilmu d}abt}i al- Qur‟an, c.
32
Hisyam bin Yazid, “Penulisan dan Pemberian Tanda Baca Mushaf Standar Indonesia Cetakan 2002”, Disertasi SPs UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008, 1-11.
33
Hisyami bin Yazid, “Penulisan dan ...”, 14.
81
Bagaimana implikasi dari penimpangan tersebut terhadap makna dan penafsiran dan d. Mengapa penulisan dan pemberian tanda baca Al-
Qur‟an Standar Indonesia cetakan tahun 2002 menyimpang dari ilmu rasm dan ilmu
ḍabṭi Al-Qur‟ n?.”
34
Penulis menggunakan 4 kajian pustaka yang dianggap relevan dengan kajian ilmu rasm dan mushaf di Indonesia, 1 tesis tentang Sejarah
Perkembangan Rasm „Usmani: Studi Kasus Penulisan Al-Qur‟ n Standar „Utsm n Indonesia
35
, 2 disertasi
36
yang terkait dengan qiraat dan ulama qira‟at dan 1 hasil penelitian tahun 1995 dari Penulis disertasi tentang
perbedaan penulisan rasm mus}h}af Saudi, Mesir, Suriah dan Indonesia .
37
Penelitian pustaka digunakan oleh penulis untuk mengumpulkan data, metode kritik sejarah
38
, metode perbandingan
39
dan metode analisis isi
40
digunakan untuk melakukan analsis. Sedangkan teknik penulisan merujuk pada Pedoman Penulisan, Skripsi, Tesis, dan Disertasi yang diterbitkan
oleh UIN Jakarta Press tahun 2002. Adapun sistematika penyusunan disertasi ini disajikan dalam lima bab.
34
Hisyami bin Yazid, “Penulisan dan ...”, 15.
35
Ahmad Fathoni, Sejarah Perkembangan Rasm „Utsman: Studi Kasus Penulisan Al-Qur‟an
Standar „Utsman Indonesia Tesis MA Program Pascasarjana IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 1999.
36
Syar‟i Sumin, “Pendapat Para Ulama tentang Perbedaan Qira‟at al-Quran” Disertasi Program Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2003, serta Disertasi Dhu Nurain, “al-Imam Ibn al-
Jaz r ī, “mak natuhu wa ta‟thīruhu fi ilm al-qir at” Disertasi Program Pascasarjana UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2005.
37
Kelainan penulisan Al- Qur‟an Cetakan Indonesia dengan Al-Qur‟an Cetakan Arab Saudi,
Mesir dan Suria Penulisn individu tahun akademik 19951996.
38
Sebagaimana kutipan Penulis, penggunaan metode kritik sejarah untuk: proses menemukan sumber, menguji, menganalisa dan menyusun cerita sejarah. Muhammad Gade Ismail, Metode
Penulisan sejarah Darussalam Banda Aceh, Fakultas Keguruan dan Pendidikan, Universitas Syiah
Kuala, th 1 992, 8. Lihat: Hisyami bin Yazid, “Penulisan dan ...”, 19.
39
Penulis menggunakan perbandingan dengan harapan dengan metode perbandingan komparatif akan ditemukan persamaan-persamaan, perbedaan-perbedaan tentang benda-benda, tentang orang,
tentang ide- ide… diambil dari: Suharsimi Arikonto, Prosedur Penulisan, Suatu Pendekatan Praktek,
Yogyakarta: Rima Cipta, 2002, 236. Lihat: Hisyami bin Yazid, “Penulisan ..”, 20.
40
Analisis Isi digunakan Penulis untuk membuat “Analisis ilmiah [yang bisa] diterapkan pada
bagian-bagian yang membahas tentang pengaruh penulisan dan tanda baca terhadap teks, penterjemahan dan pemaknaan ayat-ayat Al-
Qur‟an yang menyimpang dari ilmu rasm dan ilmu d}abt} Al-Qur‟an”. Penulis mengutipnya dari : Noeng Muhajir, Metodologi Penulisan Kwalitaif Rake Sarasin, th 1996, cet.
ke III, hal. 49. Lihat: Hisyami bin Yazid, “Penulisan ..”, 20.
82
Bila disertasi ini akan dikelompokkan maka ia akan masuk ke dalam kategori peneltian kualitatif. Hal itu, dikarenakan penulis berupaya
menjabarkan hasil temuannya dalam deskripsi kualitatif.
41
Tidak dalam bentuk deskripsi angka-angka kuantitatif. Namun demikian, menurut reviewer,
sebenarnya penulis bisa menggabungkannya dua metode tersebut. Hal ini bisa digunakan untuk menunjukkan seberapa banyak ayat yang telah dikategorisasi
menyimpang, b aik menurut kaidah rasm „uthm nī maupun ilmu al-d}abt} al-
Qur‟an. Saat penulis menyebutkan jumlah ayat pada Bab III, maka sebenarnya
dengan menggunakan analisis isi dan qur‟an search engine, penulis bisa
melakukan kuantifikasi kuantifikasi kalimat yang menyimpang, yang kemudian dilakukan prosentase. Prosentase akan memperlihatkan bahwa,
penyimpangan yang terjadi sudah pada tahapan rendah, sedang ataupun tinggi. Penulis menggunakan pendekatan Ilmu rasm al-
Qur‟an dan Ilmu d}abt} al-
Qur’ān sebagai cara pandang ataupun persepektif dalam menilai ada atau tidaknya penyimpangan dalam teks mushaf standar Indonesia. Hal ini sudah
dilakukan dengan cukup baik. Sekalipun demikian, dalam beberapa hal Penulis masih memasukkan unsur lain selain kategori dari kedua ilmu tersebut.
Misalnya mengenai penghitungan dan pencetakan mushaf yang dicantumkan di Bab II sub bab hal 87 dan halaman 122. Padahal, keduanya sebenarnya tidak
bisa dilihat dari pendekatan 2 ilmu tersebut. Reviewer memberikan saran agar Penulis juga menggunakan pendekatan sosiologis
42
untuk mencari tahu, apa sebenarnya yang terjadi di masyarakat Muslim Indonesia pada saat itu
41
Untuk penjelasan mengenai metode kualitatif bisa dilihat di: Bruce L. Berg, Qualitative Research Methods for Social Sciences
Boston: Allyn and Bacon, 2001 , 15-16., Noeng Muhadjir, Noeng Muhajir, Metodologi Penulisan Kualitatif: Pendekatan Positivistik, Rasionalistik, Phenomenologik, Dan Realisme
Metaphisik Telaah Studi Teks dan Penulisan Agama Yogyakarta: Rake Sarasin, 1996. Penjelasan
mengenai kemungkinan pemakaian Grounded Research bisa di baca di: Atho Mudzhar, Pendekatan Studi Islam dalam Teori dan Praktek
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998, 45-49.
42
Lihat: M. Atho Mudzhar, Pendekatan Studi Islam dalam Teori dan Praktek, 44-47. Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1998,
120-150. Peter Connoly eds, Aneka Pendekatan Studi Agama, terj. Imam Khoiri Yogyakarta: LKiS, 1999, 267-310.
83
sehingga harus dibuat sebuah mushaf standar. Hal ini bila ada, akan sangat memperkaya temuan Penulis, yang hanya menyandarkan pada buku Mengenal
mushaf Usmani dan satu tulisan dalam Jurnal Lektur
43
yang tidak dicantumkan secara jelas apa judul dari tulisan itu. Sepengetahuan reviewer, ada satu artikel
karya E. Badri Yunardi yang berjudul “Mushaf al-Qur‟an Standar Indonesia” pada Jurnal Lektur dan Keagamaan.
2. I’Jaz al-Qur’an