6 Mengingat pentingnya posisi riset di perguruan tinggi maka membangun
kultur riset di dunia perguruan tinggi adalah hal yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Namun dalam membangun prestasi penelitian yang diawali dengan kultur
riset yang baik masih ditemukan beberapa kendala. Selama ini universitas riset cuma dilihat secara kuantitatif, yakni dari dana riset yang bisa diserap dan
jumlah doktor setahun. Padahal, riset itu sendiri sebetulnya merupakan kultur akademik. Membangun riset di perguruan tinggi berarti membangun budaya
akademik yang kuat. Namun masih terdapat kendala mengembangkan kultur akademik yang kuat di kampus. Kebanyakan perguruan tinggi pada dasarnya
heavy teaching higher institution .
Kajian terhadap Al- Qur’an merupakan salah satu obyek riset yang harus
selalu dikembangkan. Al- Qur’an adalah sebuah kitab prinsip-prinsip dan seruan
keagamaan serta moral bukan sebuah dokumen hukum. Dengan demikian, bersikukuh mempertahankan penerapan literal ketentuan al-
Qur’an dan mengabaikan perubahan sosial sama dengan menghancurkan maksud dan tujuan
moral al- Qur’an.
6
Al- Qur’an bukan hanya untuk ditafsiri secara lisan atau tulisan
tetapi harus diplikasikan dengan langkah-langkah yang tepat. Penafsiran yang hanya berpijak pada teori tanpa dilanjutkan dengan praktek nyata tidak akan ada
artinya. Oleh karena itu, penafsiran harus selalu menjadi bagian dari gerakan sosial dan reformasi untuk tetap menjamin terwujudnya kepentingan umum.
7
F. Metode Penelitian
1. Pengumpulan dan Pengolahan Data
Data utama diperoleh dari disertasi-disertasi yang ada di perpustakaan pascasarjana UIN Jakarta, UIN Yogyakarta, dan IAIN Surabaya. Dalam hal
ini langkah-langkah yang dipergunakan adalah sebagai berikut: a.
Penelurusan Katalog Disertasi di tiga pascasarjana, yaitu SPs UIN Jakarta, PPs UIN Yogyakarta, dan PPs IAIN Surabaya. Tim peneliti
6
Fazlur Rahman, Islam and Modernity: Transformation of an Intellectual Tradition, Chicago: The University of Chicago Press, 1982, h.37.
7
Hasan Hanafi, “Method of Thematic Interpretation of The Qur’an” dalam Islamic Philosopy Theology and Science: Texts dan Studies
, H. Daiber dan D.Pengree editor, Leiden: E.J.Brill, 1996 M., vol. 27, h. 195-212. Dari semangat ini pula Hasan Hanafî melahirkan dua
karyanya min al- ‘Aqîdah ilâ al-Tsaurah dan min al-Nashsh ilâ al-Waqi‘
7 menginventarisasi disertasi pada masing-masing perguruan tinggi tersebut
yang mengkaji tentang al- Qur’an tematik, tokoh dan tawaran metodologi
penafsirannya, dan ulum al- Qur’an dari tahun 2005 hingga 2010.
b. Tim peneliti menelaah setiap disertasi dari ketiga perguruan tinggi
tersebut dan didapatkan bahwa disertasi yang membahas tentang al- Qur’an di SPs UIN Jakarta 454 disertasi, UIN Yogyakarta berjumlah 1
disertasi, dan IAIN Surabaya 4 disertasi.
c. Koding Disertasi. Tim peneliti memilah tiap-tiap disertasi dari ketiga
PTAI ini berdasarkan tema, topik, dan kategorisasi. Tema yang ditentukan dalam penelitian ini yaitu tafsir dan ulum al-
Qur’an. Topik didasarkan pada kajian tokoh, tafsir maudhui; salah satu ilmu dalam ulum al-
Qur’an, seperti ilmu qira’at; dan sejarah. Sedangkan kategori didasarkan pada
kelompok kajian keislaman dilambangkan coding dengan “Is”,
keindonesiaan In, dan kemanusiaan Mn. d.
Tabulasi. Tim peneliti membuat tabulasi atau tabel sesuai dengan urutan tahun kelulusan penulisnya. Dalam tabel ini juga dipilah berdasarkan
tema, topik, dan kategorisasi kajian keislaman. Hal ini dilakukan untuk memudahkan tim peneliti dalam mengakses dan mengolah data.
e. Pemilihan sample. Tim peneliti melakukan model sampel sampling
mode dalam penelitian ini dikarenakan begitu banyaknya jumlah disertasi
yang telah diinventarisasi, terutama dari UIN Jakarta. Tim peneliti mengambil 10 dari tiap-tiap disertasi di ketiga perguruan tinggi tersebut
dengan ketentuan sebuah disertasi tersebut mewakili jenjang tahun, tema, topik, dan kategorisasi kajian yang diteliti dalam disertasi tersebut. Hal ini
dimaksudkan agar tidak ada sampel yang sama dan pengulangan penelaahan terhadap disertasi yang diteliti.
2. Metode Analisa Data