I’Jaz al-Qur’an

83 sehingga harus dibuat sebuah mushaf standar. Hal ini bila ada, akan sangat memperkaya temuan Penulis, yang hanya menyandarkan pada buku Mengenal mushaf Usmani dan satu tulisan dalam Jurnal Lektur 43 yang tidak dicantumkan secara jelas apa judul dari tulisan itu. Sepengetahuan reviewer, ada satu artikel karya E. Badri Yunardi yang berjudul “Mushaf al-Qur‟an Standar Indonesia” pada Jurnal Lektur dan Keagamaan.

2. I’Jaz al-Qur’an

Judul : “Uslub Iltifāt dalam al-Qur’an” Penulis : Mamat Zaenuddin Institusi : Program Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun Lulus: 2006 Ini adalah salah satu sample disertasi yang konsentrasi kajian penelitiannya bukanlah konsentrasi Tafsir Hadits melainkan Bahasa dan Sastra Arab. Oleh sebab itu, penekanan pada kajian sastra Arab begitu tinggi, al- Qur‟an dikaji hanya sebagai obyek untuk melihat bagaimana model uslub iltif āt yang ada di dalamnya. Penulisnya merupakan orang yang kompeten dibidang Bahasa dan Sastra Arab karena latarbelakang pendidikannya dihabiskan di jurusan Bahasa dan Sastra Arab. 44 Zainuddin memberi alasan mengapa ia menjadikan al- Qur‟an sebagai obyek kajian: a. al-Qur‟an sebagai kitab suci ummat Islam merupakan mukjizat Nabi Muhammad saw., yang berlaku sepanjang masa. b. al-Quran sebagai hidayah merupakan motivator utama dalam pemunculan berbagai ilmu, khususnya tentang ilmu-ilmu 43 Berikut adalah kutipan dari disertasi: Badri Yunardi dkk, Puslitbang Lektur Keagamaan Badan Litbang Agama dan Diklat keagamaan Departemen Agama RI, Jurnal Lektur Keagamaan , Jakarta, ISSN 1693-7139. Vol 3, No. 2, th 2005, hal 294. 44 Sarj ana Muda Bahasa Arab Fakul tas Tarbi yah IAIN Sunan Gunung Jati Bandung, tamat tahun 1975; Sarjana Lengkap Bahasa Arab Fakul tas Tarbiyah IAIN Sunan Gunung Jati Bandung, tamat tahun 1978; Magi ster Bahasa dan Sastra Arab di PPS UIN Syarif Hidayatull ah Jakarta di tempuh selama dua tahun, yai tu dari tahun akademik 2001-2002 sampai akhi r tahun akademik 2002- 2003. Lihat “Biodata” dalam Mamat Zaenuddin, “Uslub Iltif t dalam al-Qur‟an” Disertasi Doktor, Program Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 280-281 84 kebahasa-araban. c. Uslub iltif t adalah salah satu gaya bahasa yang banyak di gunakan dalam al- Qur‟an. Mengawali penulisan disertasinya, penulis mengungkapkan bahwa al- Qur‟an adalah mukjizat. Ada empat aspek mukjizat di dalam al-Qur‟an:1. bay āni yang meliputi Bal ghah, sistematika dan keunikan uslub al- Qur‟an, 2 tashri‟ī yang meliputi akidah, ibadah dan syari„ah, 3 ‘ilmī dan 4. gh ‟ib yang meliputi masa lampau, masa kini dan masa mendatang. Uslub Iltifat yang ada dalam kajian ini merupakan bagian dari kemukjizatan al- Qur‟an dalam aspek bayānī. 45 Seraya menyebutkan 21 karya ulama menggeluti kajian mukjizat ini, Ia menyatakan telah begitu besar perhatian mereka pada tema mukjizat ini. 46 Penulis beralasan bahwa kajian ini bukanlah hal yang baru. Ia mencontohkan bahwa Zamakhsh r ī telah melakukan kajian tentang ini. Hanya saja ditemukan realitas di lapangan menunjukkan bahwa uslub iltif t dengan fenomena keindahannya belum tersosialisasikan dengan baik. Zaenuddin menemukan fakta terjadinya kekeliruan intelektual muslim dalam memahami ayat- ayat yang menggunakan iltif ât, seperti ayat “ „abasa watawallā – ‘an jā’ahul a‘mā.” Intelektual tersebut hanya ingin mempertahankan pendapat bahwa Muhammad saw. tidak mungkin berperilaku salah, maka ‘amīr ghā’ib persona ke III pada kata “ „abasa” dianggap bukan Muhammad saw., karena Muhammad berposisi sebagai mukh b persona ke II yang ada pada ayat: “wa m yudrīka laʻallahu yazakk .” Bagi penulis pemahaman seperti ini termasuk kekeliruan yang fatal yang wajib diluruskan dengan cara menggalakkan sosialisasi uslub iltif t. 47 Sangat disayangkan Zaenuddin tidak memberikan rujukan siapa saja yang disebut olehnya sebagai intelektual Muslim yang telah salah menafsirkan. Ia juga tidak menyertakan ayat dan surat apa yang telah salah ditafsiri tersebut. 45 Mamat Zaenuddin, “Uslub Iltif t dalam al-Qur‟an”, 3-4. 46 Mamat Zaenuddin, “Uslub Iltif t dalam al-Qur‟an”, 3-4. 47 Mamat Zaenuddin, “Uslub Iltif t dalam al-Qur‟an”, 3-4. 85 Layaknya sebuah disertasi hal ini menjadi sedikit kecerobohan yang telah Zaenuddin lakukan, karena ada khalayak yang lebih luas yang bisa belum tentu akrab dengan ayat al- Qur‟an. Penulis memberi alasan mengapa ia menjadikan al- Qur‟an sebagai obyek kajian: a. al- Qur‟an sebagai kitab suci ummat Islam merupakan mukjizat Nabi Muhammad saw., yang berlaku sepanjang masa. b. al-Quran sebagai hidayah merupakan motivator utama dalam pemunculan berbagai ilmu, khususnya tentang ilmu-ilmu kebahasa-araban. c. Uslub iltif t adalah salah satu gaya bahasa yang banyak di gunakan dalam al- Qur‟an. Alasan ini memang sangat normatif-doktriner, hanya saja bila disertai bukti-bukti empiris dengan rujukan yang memadai akan menjadi sangat aktual. Contoh kata-kata mukjizat yang berlaku sepanjang masa ditunjukkan dengan adanya upaya kaum Muslim untuk menggunakan tafsir „ilmī dalam memaknai mukjizat al-Qur‟an di zaman modern. Bagaimana secara historis al- Qur‟an memotivasi para ulama untuk mengembangkan ilmu bahasa Arab. Disertasi ini ingin menguji pertanyaan pokok: Bagaimanakah orisinalitas dan kreatifitas uslub iltif t dalam al- Qur‟an? Masalah pokok ini diikuti oleh 4 rumusan masalah minor: 1. Seberapa banyak penggunaan uslub iltif t dalam al- Qur‟an? 2. Bagaimanakah variasi uslub iltif t dalam al-Qur‟an? 3. Bagaimana orisinalitas dan kreatifitas uslub iltif t dalam al- Qur‟an? 4. Bagaimana nilai sastra iltif t dalam al- Qur‟an? 48 Rumusan masalah ini memang agak jangggal karena masih kenapa masalah pokok diulang kembali dalam masalah minor pada no 3. Bukankah masalah pokok adalah mayor research question. Sedangkan rincian masalah adalah minor research question. Penelusuran awal untuk mengisi titik kekosongan akademik lakuna, dilakukan penulis dengan memerinci buku-buku yang telah dikarang oleh para ulama atas pembahasan uslub iltif āt. Ada tujuh buku yang dijadikan analisis kajian pustaka, yaitu: 1. Sharh Jawhar al-Makn ūn fī al-Ma‘ānī wa al-Bayān 48 Mamat Zaenuddin, “Uslub Iltif t dalam al-Qur‟an”, 10. 86 wa al-B ādī‘, karya „Abdurrah}m n al-Akhy rī, 2. al-Balāghah wa al- Usl ūbiyyah, karya Muh}ammad „Abdul Mut} llib, 3. Dirāsāt fī al- Bal āghah, karya Muh}ammad Barakat H}amdi Abū „ li. 4. Jawâhir al- Bal āghah fi al-Ma’ānī wa al-Bayān wa al-Bādī‘, karya al-H shimī, 5. Fann a l-Bal āghah, karya „Abdul Qadīr H}usayn, 6. Sharh ‘Uqūd al- Jum ān fī ‘ilm al-Ma‘ānī wa al-Bayān, karya Jal luddīn „Abdurrah}m n al- Suy ūt}ī. 7. Uslūb al-Iltifāt fī al-Balāghah al-Qurāniyyah, karya H}asan H}abl, terbitan Dar al-Fikr al- „Arabi, Kairo, tahun 1998. 49 Penulis mencari apa saja tema-tema yang belum dibahas dan akan dibahas dalam disertasi. Hanya saja tidak ada kegelisahan akademik yang muncul, dalam artian perdebatan mengenai posisi uslub iltifat dikemukakan sehingga harus melakukan Penulisan mengenai Uslub Iltif āt dalam al-Qur‟an yang nyaris semakna dengan kajian pustaka no. 7. Usl ūb al-Iltifāt fī al-Balāghah al- Qur āniyyah, karya asan abl bedanya hanya pada pengurangan kata bal āghah. Penulisan ini menggunakan metode sastra yang dibawa oleh Shawq ī Ḍaīf, yaitu: induktif dan deduktif. Metode deduktif digunakan dalam pengumpulan dan pengelompokan data iltif āt al-‘amīr dalam al-Quran yang sudah ada teorinya, sedangkan metode induktif digunakan dalam pengumpulan dan pengelompokan data penggunaan uslub iltif āt ‘adad al- ‘amīr untuk di formulasikan menjadi sebuah konsep. 50 Tidak ada penjelasan yang rinci bagaimana metode ini digunakan. Apa teori yang yang dibangun untuk melakukan pelacakan ayat yang mengandung uslub iltifat pun tidak dijelaskan. Upaya formulasi yang dibangun dari khusus ke umum dalam pengelompokkan data uslub iltif āt ‘adad al-‘amīr tidak dijelaskan kapan hal ini diterapkan. Apalagi bila metode ini pada akhirnya akan menghantarkan Penulis pada jawaban dari rumusan masalah “Bagaimanakah orisinalitas dan 49 Mamat Zaenuddin, “Uslub Iltif t dalam al-Qur‟an”, 10-13 50 Mamat Zaenuddin, “Uslub Iltif t dalam al-Qur‟an”, 15. 87 kreatifitas uslub iltif t dalam al- Qur‟an?” Dengan kata lain, bagaimana metode ini bisa mencari akar orisinalitas dan kreatifitas uslub iltif t? Zainuddin mencantumkan jawabannya pada sub Bab 4.2 “orisinalitas dan kreatifitas uslub iltif t dalam al- Qur‟an” 51 Secara teknis penulisan disertasi ini memang jarang menggunakan catatan kaki. Bab I Pendahuluan misalnya, hanya diisi dengan 3 rujukan. Padahal dalam bab ini terdapat banyak hal yang seharusnya berpijak pada kajian-kajian terdahulu yang relevan. Begitu pula pada Bab II, hampir setengahnya diisi dengan satu rujukan. 52 Lain halnya dengan Bab III, bab tempat penulis memaparkan data yang didapat, disertai beberapa penjelasan mengenai contoh iltif t di dalam al- Qur‟an, hanya merujuk pada 4 buku, dan tiga perempatnya tanpa rujukan. 53 Bisa jadi karena banyak faktor hal ini terjadi, salah satunya adalah ketidak telitian penulis ataupun aturan baku yang dijalankan di PPs belum sepenuhnya diperhatikan.

3. Metode Tafsir