Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti
menggambarkan, membedakan,
memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
e. Sintesis synthesis
Sintesis berarti suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Dengan kata lain, sintesis adalah kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.
f. Evaluasi evaluation
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian
tersebut didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
D. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata
menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang
bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi
tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap
merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek Notoatmodjo, 2010.
Newcomb dalam Notoatmodjo 2010 menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan
merupakan pelaksanaan motif tertentu. Seperti halnya dengan pengetahuan, Notoatmodjo 2010 membagi sikap menjadi berbagai
tingkatan sebagai berikut: a.
Menerima receiving Menerima berarti seseorang mau dan memperhatikan stimulus yang
diberikan. Contohnya, sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian orang tersebut terhadap penyuluhan tentang
gizi. b.
Merespons responding Merespons
berarti memberikan
jawaban apabila
ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan merupakan
suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari
pekerjaan itu benar atau salah, berarti orang tersebut sudah menerima. c.
Menghargai valuing Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan
orang lain terhadap suatu masalah merupakan suatu indikasi sikap tingkat tiga.
d. Bertanggung jawab responsible
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.
E. Perilaku
Dari aspek biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan. Secara singkat
aktivitas manusia tersebut dikelompokkan menjadi dua yaitu, aktivitas yang dapat diamati oleh orang lain, dan aktivitas yang tidak dapat
diamati oleh orang lain Notoatmodjo, 2010. Skinner 1983 dalam Notoatmodjo 2010 merumuskan bahwa
perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus rangsangan dari luar. Perilaku manusia terjadi melalui proses: Stimulus
– Organisme – Respons, sehingga teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” stimulus-organisme-respons. Teori Skinner menjelaskan adanya dua
jenis respons, yaitu:
a. Respondent respons atau reflexive, merupakan respons yang
ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan stimulus tertentu ysng disebut eliciting stimulus, karena menimbulkan respons-respons yang
relatif tetap. Respondent respons juga mencakup perilaku emosional. b.
Operant respons atau instrumental respons, merupakan respons yang timbul dan berkembang, yang kemudian diikuti oleh stimulus atau
rangsangan yang lain. Perangsang yang terakhir ini disebut
reinforcing stimuli atau reinforcer, karena berfungsi untuk memperkuat respons.
Berdasarkan teori “S-O-R” tersebut, maka perilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
a. Perilaku tertutup covert behavior
Perilaku tertutup terjadi apabila respons terhadap stimulus tersebut belum dapat diamati oleh orang lain dari luar secara jelas. Respons
seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan.
b. Perilaku terbuka overt behavior
Perilaku terbuka ini terjadi apabila respons terhadap stimulus tersebut sudah berupa tindakan atau praktik ini dapat diamati oleh
orang lain dari luar atau “observable behavior”. Dalam menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
perilaku, konsep umum yang sering digunakan dalam berbagai kepentingan program dan beberapa penelitian yang dilakukan adalah
teori yang dikemukakan oleh Green 1980. Menurut Green dalam Notoatmodjo 2010 perilaku seseorang ditentukan oleh tiga faktor, yaitu
faktor predisposisi, faktor pendorong, dan faktor penguat. a.
Faktor-faktor predisposisi predisposing factor Faktor-faktor ini mencakup: pengetahuan dan sikap masyarakat
terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal- hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut
masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan sebagainya.
b. Faktor-faktor pendorong enambling factor
Faktor-faktor ini mencakup: ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya air bersih, tempat
pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja, ketersediaan makanan yang bergizi dan sebagainya. Termasuk juga fasilitas
pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu, bidan, dokter dan sebagainya.
c. Faktor-faktor penguat reinforcing factor
Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas
kesehatan. Termasuk disini undang-undang, peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah daerah terkait dengan kesehatan.
1. Perilaku memilih makanan
Istilah pemilihan makanan didefinisikan sebagai kekuatan kemauan
seseorang untuk
mengendalikan makanan
yang dikonsumsinya
Michael J.
Gibney, 2009.
Faktor yang
mempengaruhi pemilihan makanan terbagi menjadi tiga kelompok yaitu faktor terkait makanan, faktor personal yang berkaitan dengan
pengambilan keputusan pemilihan makanan dan faktor sosial ekonomi Shepherd, 1999 dalam Aprilia, 2014
F. Penelitian terkait
Beberapa penelitian terkait pengetahuan, sikap dan perilaku
dalam memilih makanan jajanan adalah sebagai berikut:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Sudarmawan 2013 dengan judul
Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap Mengenai Pemilihan Jajanan dengan Perilaku Memilih Jajanan di SDN Sambikerep II480
Surabaya menggunakan metode penelitian asosiatif. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 71 siswa. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dan sikap mengenai pemilihan jajanan dengan perilaku anak memilih jajanan
dengan presentase sebesar 10,1 Sudarmawan, 2013. 2.
Penelitian yang dilakukan oleh Purtiantini 2010 dengan judul Hubungan Pengetahuan dan Sikap Mengenai Pemilihan Jajanan
dengan Perilaku Anak Memilih Makanan di SDIT Muhammadiyah Al Kautsar Gumpang Kartasura menggunakan metode pendekatan cross
sectional. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 58 siswa. Hasil penelitian ini diketahui bahwa berdasarkan analisis korelasi Rank
Spearman tidak ada hubungan antara pengetahuan anak mengenai pemilihan jajanan dengan perilaku anak memilih makanan dan tidak
ada hubungan antara sikap anak mengenai pemilihan jajanan dengan
perilaku anak memilih makanan Purtiantini, 2010.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Amelia 2013 dengan judul
Hubungan Pengetahuan Makanan dan Kesehatan dengan Frekuensi Konsumsi Jajanan pada Anak Sekolah Dasar Pembangunan
Laboratorium Universitas Negeri Padang merupakan penelitian korelasional. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 43 siswa.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif dan signifikan antara pengetahuan tentang makanan dan kesehatan
dengan frekuensi konsumsi makanan jajanan pada anak SD Labor Pembangunan Universitas Negeri Padang. Hal ini berarti, semakin
tinggi pengetahuan tentang makanan dan kesehatan, maka semakin rendah frekuensi konsumsi makanan jajanan pada anak Amelia,
2013. 4.
Penelitian yang dilakukan oleh Safriana 2012 dengan judul Perilaku Memilih Jajanan pada Siswa Sekolah Dasar di SDN Garot
Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar Tahun 2012 merupakan penelitian yang menggunakan pendekatan cross sectional.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan gizi siswa dengan perilaku memilih
jajanan dan ada hubungan antara sikap siswa dalam memilih makanan dengan perilaku siswa dalam memilih jajanan Safriana,
2012.
G. Kerangka Teori