Kerupuk memiliki tekstur yang renyah dan menimbulkan rasa getir saat dimakan Direktorat Bina Gizi, 2011.
Kurangnya pengetahuan siswa tentang boraks dikarenakan kurang terpaparnya informasi mengenai hal tersebut. Siswa bisa saja
hanya sekedar pernah mendengar tentang boraks, namun belum mengetahui secara lebih jelas mengenai kegunaan boraks, ciri-ciri
serta bahayanya. Tidak hanya boraks, pengetahuan mengenai BTP berbahaya yang lainnya seperti formalin, pewarna Rhodamin B dan
Methanyl Yelow sebaiknya perlu diberikan. Mengingat bahwa di SD Negeri Cipayung 2 Kota Depok ini belum pernah mengadakan
program penyuluhan materi tentang keamanan jajanan, sebaiknya pihak sekolah mulai mengadakan program tersebut agar pengetahuan
siswa, guru, serta penjual jajanan dapat meningkat.
3. Sikap Siswa mengenai Jajanan Aman
Teori “Thoughs and Feeling” dari WHO 1984 menjelaskan bahwa sikap merupakan gambaran suka atau tidak suka seseorang
terhadap suatu objek atau stimulus. Sikap seseorang didapatkan melalui pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. Sikap
tersebut ditunjukkan dengan mendekati atau menjauhi suatu objek Notoatmodjo, 2010.
Sikap yang diteliti dalam penelitian ini adalah bagaimana sikap siswa terhadap hal-hal mengenai jajanan yang aman. Hal-hal
tersebut yaitu definisi jajanan aman, kebersihan dan keutuhan
jajanan, BTP berbahaya dan cirinya, serta upaya menjaga kebersihan diri untuk pencegahan dari ketidakamanan jajanan.
Berdasarkan hasil penelitian ini, jumlah siswa yang memiliki sikap mendukung yaitu 44 orang 55,7 dan siswa yang memiliki
sikap tidak mendukung yaitu berjumlah 35 orang 44,3. Peneliti menyimpulkan bahwa rata-rata siswa kelas V SD Negeri Cipayung 2
Kota Depok memiliki sikap mendukung mengenai jajanan aman. Berdasarkan distribusi frekuensi jawaban responden, jawaban
setuju paling banyak adalah pada item S1, S2, S7 dan S8. 100 responden menjawab setuju pada keempat item pernyataan tersebut.
Pernyataan item S1 adalah „Pilih jajanan yang aman yaitu yang tidak mengandung bahan berbahaya serta bebas dari kuman dan bakteri‟.
Pernyataan item S2 adalah „Pilih jajanan yang tertutupterbungkus
dan tidak dikerubungi lalat‟. Pernyataan item S7 adalah „Sebelum membeli jajanan kemasan snack
, lihat tanggal kadaluarsanya‟. Pernyataan item S8 adalah „Sebelum membeli jajanan kemasan
snack, baca label makananlabel gizi yang tercantum pada bungkusnya‟. Sementara itu jawaban setuju paling sedikit yaitu pada
pernyataan item S6. Jumlah responden yang menjawab setuju berjumlah 66 orang dengan persentase 83,5. Pernyataan item S6
adalah „Jajanan yang warnanya terang mencolok tidak aman untuk dikonsumsi‟.
Berdasarkan hasil di atas peneliti menyimpulkan bahwa sebagian besar siswa memiliki sikap yang mendukung dalam
memilih jajanan aman, ditunjukkan dengan jawaban siswa yang memilih jajanan yang terbungkustertutup, siswa melihat tanggal
kadaluarsa jajanan sebelum membelinya, dan siswa membaca label gizi yang tercantum pada bungkus jajanan. Namun siswa memiliki
sikap tidak mendukung tentang jajanan yang berwarna terang mencolok.
Berkaitan dengan jajanan yang mengandung pewarna berbahaya, makanan dan minuman tersebut biasanya menampakkan
ciri warna yang terang, produknya tampak mengkilap, terkadang warnanya tidak merata ada yang menggumpal, dan setelah
mengonsumsinya terasa sedikit pahit dan gatal di tenggorokan. Ciri- ciri tersebut biasanya ditemukan pada jajanan yang mengandung
Rhodamin B dan Methanyl Yellow. Direktorat Bina Gizi, 2011. Anak sekolah biasanya cenderung sering memilih jajanan
karena warna atau tampilannya yang menarik. Berdasarkan ciri tampilan fisiknya, saos merah yang menjadi pelengkap jajanan,
minuman es mambo dan es kocok yang dijajakan di sekitar sekolah diduga mengandung pewarna Rhodamin B atau Methanyl Yellow.
Untuk memastikan apakah jajanan tersebut aman atau tidak aman memang seharusnya perlu dilakukan uji laboratorium. Namun
dengan melihat tampilan fisik ciri-cirinya, jajanan tersebut diduga tidak aman.
4. Perilaku Siswa Memilih Jajanan