Demam Penyakit dan Pilihan Obat Pada Pengobatan Sendiri

Demam adalah keadaan dimana suhu tubuh lebih tinggi dari biasanya atau diatas 37 o C dan merupakan gejala dari suatu penyakit. Demam dapat disebabkan karena faktor infeksi dan non infeksi. a. Faktor infeksi antara lain: kuman, virus, parasit atau mikroorganisme lain. b. Faktor non infeksi antara lain: dehidrasi, alergi, stress, trauma, kelainan kulit yang luas, penyakit keganasan seperti kanker. Pada demam karena infeksi kemungkinan dapat disertai menggigil. Menggigil bukan merupakan suatu gejala infeksi karena menggigil juga dapat terjadi karena demam yang disebabkan alergi atau penyakit keganasan. Keringat yang berlebihan umumnya terjadi pada saat temperatur tubuh turun secara tiba- tiba dan sering terjadi pada dini hari. Penanggulangan dengan terapi non obat untuk mengatasi demam ringan dapat diatasi dengan banyak minum, kompres, alkohol di daerah lipatan tubuh atau permukaan tubuh atau memakai pakaian yang tipis. Terapi obat yaitu dengan menggunakan obat penurun panas antipiretik dan hanya dianjurkan digunakan jika dengan cara terapi non obat demam tidak dapat diatasi. Obat penurun panas antipiretik yang dapat digunakan adalah parasetamol dan asetosal. Kedua obat ini mempunyai efek penurun panas dan pereda nyeri yang setara. Dosis pemakaian obat penurun panas untuk dewasa umumnya tiga hingga 4 kali sehari. Batas waktu pemakaian obat penurun panas pada pengobatan sendiri tidak lebih dari 2 hari. Obat penurun panas tidak boleh diminum bersamaan dengan obat flu karena umumnya obat flu sudah mengandung bahan obat yang sama dengan obat penurun panas. Jika menggunakan asetosal, sebaiknya diminum setelah makan atau bersamaan dengan makanan karena obat tersebut berisiko mengiritasi lambung Depkes RI, 2006. Hal yang perlu diperhatikan pada penggunaan obat penurun panas adalah: a. Obat penurun panas hanya mengurangi gejala penyakit, tetapi tidak mengobati penyakit yang mendasarinya atau penyebab penyakit. b. Penderita demam harus berkonsultasi dengan dokter atau unit pelayanan kesehatan bila: - demam berlanjut lebih dari 2 hari - demam disertai gejala lain seperti kaku kuduk, pingsan, bintik merah pada kulit, nyeri hebat, mata kuning, diare hebat, kejang dan menggigil.

2.6.2 Nyeri

Nyeri adalah suatu gejala subyektif yang kompleks berupa emosional yang tidak menyenangkan dan pengalaman sensoris yang terjadi karena adanya rangsangan pada ujung-ujung saraf yang sangat peka pada jaringan tubuh. Bila terjadi rangsangan pada ujung-ujung saraf maka senyawa kimia prostaglandin akan terbentuk. Zat inilah yang bekerja pada ujung-ujung saraf jaringan yang rusak dan akan mengalirkan kesan nyeri sepanjang serabut saraf menuju ke otak sehingga timbul rasa nyeri tersebut Depkes RI, 1997. Rasa nyeri disebabkan oleh rangsangan pada ujung-ujung saraf karena kerusakan jaringan tubuh yang disebabkan antara lain: trauma akibat benda tajam, benda tumpul, bahan kimia dan juga karena proses infeksi atau peradangan. Obat nyeri analgetik adalah obat yang dapat mengurangi rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Beberapa obat nyeri yang dapat digunakan pada pengobatan sendiri merupakan obat golongan NSAIDs atau analgetik-antipiretik, antara lain ibuprofen, asetosal dan parasetamol. Obat-obat tersebut juga dapat digunakan untuk menurunkan panas. Ibuprofen memiliki terapi antiradang lebih tinggi dibanding efek penurun panas, sedangkan asetosal dan parasetamol efek penurun demamnya lebih tinggi dibanding efek anti nyeri Depkes RI, 2006. Dosis pemakaian untuk dewasa umumnya tiga hingga empat kali sehari. Batas waktu penggunaan obat nyeri pada pengobatan sendiri adalah tidak lebih dari lima hari Depkes RI, 2006.

2.6.3 Batuk

Batuk adalah refleks pertahanan tubuh untuk mengeluarkan benda asing dari saluran napas. Batuk juga membantu melindungi paru-paru dari aspirasi yaitu masuknya benda asing dari saluran cerna atau saluran napas bagian atas. Saluran pernapasan dimulai dari tenggorokan, trakhea, bronkus, bronkhioli sampai ke jaringan paru-paru. Penyebab batuk ada dua, yaitu: faktor infeksi oleh bakteri dan virus, misalnya tuberkulosis, influenza, campak, batuk rejan. Faktor non infeksi oleh debu, asap, alergi, makanan yang merangsang tenggorokan Depkes RI, 2006. Batuk dapat dibagi menjadi dua, yaitu: a. Batuk berdahak, yaitu batuk yang terjadi karena adanya dahak di tenggorokan. Batuk berdahak lebih sering terjadi pada saluran napas yang peka terhadap paparan debu dan lembab berlebih. b. Batuk tak berdahak batuk kering, yaitu batuk yang terjadi apabila tidak ada sekresi saluran napas, iritasi pada tenggorokan , sehinga timbul rasa sakit. Penanggulangan dengan terapi non obat adalah: