Kelompok Obat yang Digunakan Pada Pengobatan Sendiri

hanya dengan takaran dan kemasan tertentu obat tersebut aman digunakan pada pengobatan sendiri Depkes RI, 1997. Sebanyak 5,5 mahasiswa menggunakan golongan obat wajib apotek seperti asam mefenamat, natrium diklofenak, antalgin yang termasuk golongan NSAID dan deksametason yang termasuk antiinflamasi golongan steroid. Obat wajib apotek adalah golongan obat keras yang dapat diberikan tanpa resep dokter tetapi harus diserahkan langsung oleh apoteker Depkes RI, 1997. Golongan obat keras yang termasuk obat wajib apotek adalah obat-obat yang diperlukan bagi kebanyakan penyakit yang diderita sehingga masyarakat lebih mudah untuk mendapatkannya. Sebanyak 6,3 mahasiswa menggunakan golongan obat keras seperti amoksisilin, Bricasma ® , dan Clarinase ® . Antibiotik adalah golongan obat keras yang paling banyak digunakan mahasiswa pada pengobatan sendiri. Antibiotik tersebut digunakan untuk mengatasi keluhan demam dan sakit gigi. Sisanya sebanyak 1,8 menggunakan obat tradisional daun jambu biji untuk mengatasi diare. Jenis obat yang digunakan mahasiswa pada pengobatan sendiri dapat dilihat pada Tabel 4.5. Tabel 4.5 Jenis Obat yang Digunakan Mahasiswa Pada Pengobatan Sendiri NO. Jenis Obat Jumlah N Persentase 1. Parasetamol 151 36,7 2. Obat flu 70 17,0 3. Obat batuk 55 13,4 4. Kombinasi obat 24 5,8 5. NSAIDs 21 5,1 6. Antasida 19 4,6 7. Obat diare 18 4,4 8. Antibiotik 5 1,2 9. Antihistamin 4 1,0 10. Lain-lain 17 4,1 Total 384 100 Polifarmasi dapat diartikan sebagai penggunaan beberapa obat sekaligus oleh seorang pasien Setiawati, 2007; Stawicki dan Gerlach, 2009. Penilaian polifarmasi pada penelitian ini berdasarkan adanya penggunaan lebih dari satu jenis obat untuk mengatasi keluhan penyakit. Kombinasi obat yang digunakan mahasiswa pada pengobatan sendiri dapat dilihat pada Tabel 4.6. Tabel 4.6 Kombinasi Obat yang Digunakan Mahasiswa Pada Pengobatan Sendiri NO. Kombinasi Obat Keluhan Jumlah 1. Parasetamol dan amoksisilin Demam, flu 12 2. Parasetamol dan antalgin Demam 1 3. Parasetamol dan CTM Flu, demam 3 4. Parasetamol dan sanaflu ® Flu 1 5. Panadol ® dan bodrex ® Sakit kepala 1 6. Procold ® dan bodrex ® Sakit kepala 1 7. Cataflam ® dan amoksisilin Sakit gigi 1 8. Asam mefenamat dan amoksisilin Sakit gigi 2 9. Mylanta ® dan norit Maag 1 10. Entrostop ® dan promag ® Diare 1 Total 24 Kombinasi parasetamol dan amoksisilin untuk mengatasi flu dan demam malah lebih banyak terjadi pada mahasiswa kesehatan yaitu sebanyak 8 responden dibanding mahasiswa non kesehatan yaitu 4 responden. Parasetamol termasuk golongan analgetik dan antipiretik. Parasetamol digunakan untuk meringankan nyeri ringan sampai sedang dari sakit kepala, nyeri otot, periode menstruasi, pilek dan sakit tenggorokan, sakit gigi, sakit punggung, dan reaksi terhadap vaksinasi dan untuk mengurangi demam Lindberg, 2012. Dosis parasetamol untuk dewasa adalah 3 sampai 5 kali sehari masing- masing 1 tablet 500 mg 2,5 g sehari untuk mengurangi rasa sakit pada nyeri haid, sakit kepala, dan menurunkan demam. Dosis diatas 3 g sehari dapat menyebabkan mual, muntah, dan menurunnya nafsu makan. Dosis lebih besar 10 g 20 tablet sangat berbahaya bagi orang dewasa karena menyebabkan hepatotoksik ISO, 2007. Efek samping parasetamol adalah kulit merah, mengupas atau terik kulit, ruam, gatal-gatal, pembengkakan wajah, tenggorokan, lidah, bibir, mata, tangan, kaki, pergelangan kaki, suara serak dan kesulitan bernapas dan menelan Lindberg, 2012. Amoksisilin termasuk golongan antibiotik turunan penisilin yang bekerja dengan menghentikan atau menghambat pertumbuhan bakteri. Amoksisilin digunakan untuk mengobati infeksi tertentu yang disebabkan oleh bakteri, seperti pneumonia; bronkitis; gonore; infeksi pada telinga, hidung, tenggorokan, saluran kemih, dan kulit. Amoksisilin juga digunakan dalam kombinasi dengan obat lain untuk menghilangkan H. pylori. Antibiotik tersebut tidak bekerja untuk pilek, flu, dan infeksi virus lainnya Lindberg, 2012. Amoksisilin digunakan 3 kali sehari dengan atau tanpa makanan. Amoksisilin dapat menyebabkan efek samping seperti sakit perut, muntah dan diare. Beberapa efek samping serius yang harus diwaspadai adalah ruam kulit yang parah, gatal-gatal, kejang, menguningnya kulit dan mata, kulit pucat, kelelahan yang berlebihan, kekurangan energi Lindberg, 2012. Berdasarkan hasil penelitian mengenai kombinasi parasetamol dan amoksisilin yang digunakan mahasiswa untuk mengatasi keluhan flu dan demam pada pengobatan sendiri, diperoleh bahwa penggunaan amoksisilin adalah tidak tepat golongan obat karena amoksisilin termasuk golongan obat keras; tidak tepat kelas terapi obat karena terapi antibiotik biasanya digunakan untuk mengatasi penyakit akibat infeksi bakteri sedangkan keluhan demam dan flu umumnya tidak disertai dengan infeksi bakteri sehingga penggunaan antibiotik tidak diperlukan Depkes RI, 1997. Kombinasi parasetamol dan amoksisilin diperbolehkan jika telah terbukti bahwa penyebab penyakit adalah akibat infeksi bakteri. Parasetamol merupakan analgetik yang paling aman, dan jarang menyebabkan efek samping. Parasetamol aman untuk digunakan bersamaan dengan antibiotik. Kombinasi kedua obat tersebut pada saat yang sama tidak menimbulkan masalah tetapi harus dipastikan untuk mematuhi aturan pakai obat dengan hati-hati Anonim, 2013. Penggunaan antibiotik tergantung pada jenis infeksi dan kuman penyebab infeksi, biasanya 4 - 5 hari. Jika infeksinya masih belum tuntas, antibiotik perlu dilanjutkan sampai keluhan dan gejalanya hilang. Jika penggunaan antibiotik tidak tuntas akibatnya bakteri menjadi resisten terhadap antibiotik. Bahaya resistensi antibiotik menyebabkan pengobatan menjadi lebih sulit dan proses penyembuhan akan menjadi lama, juga timbulnya komplikasi dan kematian akan meningkat Tan dan Rahardja, 2007. Kombinasi lain adalah parasetamol dan antalgin untuk mengatasi demam. Antalgin adalah golongan analgetik turunan Non-Steroidal Anti Inflammatory Drugs NSAIDs. Antalgin memiliki efek analgetik, antipiretik dan antiinflamasi, walaupun efek analgetiknya lebih besar. Dosis antalgin untuk dewasa adalah 3 sampai 4 kali sehari 0,5 – 4 gram. Antalgin dapat menyebabkan kelainan darah yang fatal secara mendadak Tan dan Rahardja, 2007. Kombinasi NSAID dengan parasetamol akan meningkatkan efek analgetik yang lebih baik dibanding dengan pemberian obat tunggal baik NSAID ataupun parasetamol sendiri. Tidak terdapat bukti mengenai kenaikan insiden efek samping obat dengan kombinasi NSAID dengan parasetamol dibanding pemberian NSAID atau parasetamol sebagai agen tunggal dan tidak ada efek samping serius yang dilaporkan dari kombinasi NSAID dan parasetamol, tetapi penelitian selanjutnya diperlukan untuk melihat kemungkinan peningkatan potensi efek samping dari kombinasi obat tersebut Kalbe, 2013. Pendapat berbeda dinyatakan oleh Sharif 2012, bahwa ada dua masalah utama mengenai pengobatan sendiri dengan analgetik. Pertama adalah kemungkinan resiko nefropati dan ulkus lambung yang diinduksi oleh obat dan kedua adalah terlalu sering menggunakan analgetik seperti parasetamol, aspirin atau NSAID lainnya terutama bila diberikan dalam kombinasi dapat meningkatkan risiko toksisitas kronis di kalangan pasien Sharif, dkk., 2012. Berdasarkan hasil penelitian mengenai kombinasi parasetamol dan antalgin yang digunakan mahasiswa untuk mengatasi demam pada pengobatan sendiri, diperoleh bahwa penggunaan parasetamol dan antalgin adalah tepat golongan obat karena parasetamol adalah obat bebas dan antalgin obat wajib apotek; tepat kelas terapi obat karena parasetamol dan antalgin berkhasiat antipiretik dan analgetik. Dosis obat yang digunakan mahasiswa adalah 3 kali sehari selama 2 hari termasuk tepat dosis karena dosis parasetamol dan antalgin untuk mengatasi demam adalah 3 sampai 4 kali sehari 500 mg selama tidak lebih dari 2 hari Depkes RI, 1997. Sebanyak 3 responden menggunakan kombinasi parasetamol dan klorfeniramen maleat CTM. CTM adalah golongan antihistamin yang bekerja dengan menghambat aksi histamin, suatu zat dalam tubuh yang menyebabkan gejala alergi. CTM dapat mengurangi gatal, mata berair, bersin, hidung atau tenggorokan gatal, dan hidung meler yang disebabkan oleh alergi, demam, dan flu dan membantu mengontrol gejala alergi tetapi tidak menyembuhkan penyebab alergi. CTM tersedia dalam bentuk tablet dan sirup. Tablet CTM digunakan setiap 4 sampai 6 jam atau 4 – 6 kali sehari 2 - 4 mg sesuai kebutuhan Lindberg, 2012. Efek samping CTM adalah mengantuk, mulut, hidung dan tenggorokan menjadi kering, mual, muntah, hilangnya nafsu makan, sembelit dan sakit kepala. Efek samping serius CTM adalah penglihatan kabur, susah buang air kecil. CTM banyak dikombinasikan dengan obat lain seperti pada kombinasi obat flu dan batuk Lindberg, 2012. Berdasarkan hasil penelitian mengenai kombinasi parasetamol dan CTM yang digunakan mahasiswa untuk mengatasi gejala flu pada pengobatan sendiri, diperoleh bahwa penggunaan parasetamol dan CTM adalah tepat golongan obat karena parasetamol adalah obat bebas dan CTM adalah obat bebas terbatas; tepat kelas terapi obat karena efek antipiretik dan antihistamin dari obat tersebut untuk mengatasi gejala flu termasuk demam. Dosis obat yang digunakan mahasiswa adalah 3 kali sehari dengan lama penggunaan obat selama 3 hari termasuk tepat dosis dan lama penggunaan obat. Kombinasi sanaflu ® + parasetamol pada mahasiswa kesehatan. Sanaflu adalah golongan obat bebas terbatas yang mengandung parasetamol 500 mg, fenilpropanolamin HCl 15 mg dengan indikasi meredakan gejala flu, demam, sakit kepala, dan hidung tersumbat. Produk obat flu umumnya merupakan kombinasi beberapa zat berkhasiat. Termasuk didalamnya antipiretikanalgetik seperti parasetamol dan golongan antihistamin generasi 1 AH1, seperti klorfeniramin maleat atau difenhidramin HCl Depkes RI, 1997. Kombinasi obat tersebut mengandung zat berkhasiat yang sama yaitu parasetamol. Kejadian yang sama pada 2 responden mahasiswa non kesehatan yang menggunakan kombinasi procold ® + bodrex extra ® dan kombinasi panadol biru ® + bodrex extra ® untuk mengatasi sakit kepala. Procold ® adalah golongan obat bebas terbatas yang mengandung parasetamol 500 mg, pseudoefedrin HCl 30 mg, klorfeniramin maleat 2 mg. Bodrex extra ® adalah golongan obat bebas yang mengandung parasetamol 350 mg, ibuprofen 150 mg dan kafein 50 mg. Panadol biru ® adalah golongan obat bebas yang mengandung parasetamol 500 mg ISO, 2007. Parasetamol sering dikombinasi dengan obat lain untuk mengobati batuk dan gejala flu. Oleh karena itu, periksa label atau kemasan obat batuk dan flu dengan seksama sebelum menggunakan dua atau lebih produk obat pada waktu yang sama. Produk tersebut mungkin mengandung bahan aktif yang sama sehingga dapat menyebabkan terjadinya overdosis. Gejala overdosis dari parasetamol seperti mual, muntah, kehilangan nafsu makan, berkeringat, kelelahan ekstrim, perdarahan yang tidak biasa atau memar, nyeri di bagian kanan atas perut , menguningnya kulit atau mata Lindberg, 2012. Kejadian polifarmasi tersebut dapat terjadi karena ketidaktahuan responden bahwa di dalam kedua produk obat yang diminum terkandung zat berkhasiat yang sama. Hasil penelitian Supardi dan Notosiswoyo 2006, menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat untuk membaca label pada kemasan obat masih kecil, sehingga sering kali informasi zat berkhasiat di dalam suatu produk obat tidak diketahui. Hal tersebut dikhawatirkan dapat menimbulkan resiko kesehatan yang tidak diinginkan karena adanya penggunaan obat yang berlebihan Depkes RI., 2006 . Sebanyak 3 responden mahasiswa non kesehatan menggunakan kombinasi asam mefenamat + amoksisilin dan cataflam ® + amoksisilin untuk mengatasi keluhan sakit gigi. Asam mefenamat termasuk golongan Non-Steroidal Anti Inflammatory Drugs NSAIDs yang bekerja dengan menghentikan pelepasan prostaglandin, yaitu suatu zat yang menyebabkan rasa sakit, demam, dan peradangan. Asam mefenamat digunakan untuk mengurangi nyeri ringan sampai sedang, termasuk nyeri haid nyeri yang terjadi sebelum atau selama periode menstruasi. Asam mefenamat dapat digunakan 4 kali sehari atau setiap 6 jam 500 mg bersamaan dengan makanan sesuai kebutuhan hingga 1 minggu. Dosis maksimum asam mefenamat adalah 1500 mg perhari Lindberg, 2012. Efek samping asam mefenamat adalah diare, sembelit, kembung, sakit kepala, dering di telinga dan gugup. Efek samping serius dari asam mefenamat perlu diwaspadai seperti penglihatan kabur, kenaikan berat badan, demam, gatal- gatal, kulit pucat, detak jantung cepat, dan lain-lain Lindberg, 2012. Cataflam ® tablet mengandung bahan aktif kalium diklofenak termasuk golongan Non Steroidal Antiinflammatory Drugs NSAIDs yang memiliki efek analgetik dan antiinflamasi. Cataflam ® digunakan untuk mengurangi nyeri ringan sampai sedang, bengkak, dan kekakuan. Cataflam ® juga digunakan untuk mengobati periode menstruasi yang menyakitkan. Cataflam ® tersedia dalam bentuk tablet dan kapsul dengan penggunaan peroral. Dosis untuk dewasa adalah 25 - 50 mg setiap 8 jam sampai dosis maksimum 150 mg perhari. Efek samping cataflam ® sama seperti golongan NSAIDs lainnya seperti diare, sembelit, kembung, sakit kepala, dering di telinga dan gugup Lindberg, 2012. Berdasarkan hasil penelitian mengenai kombinasi asam mefenamat atau cataflam ® dan amoksisilin yang digunakan mahasiswa untuk mengatasi keluhan sakit gigi pada pengobatan sendiri, diperoleh bahwa penggunaan amoksisilin adalah tidak tepat golongan obat karena amoksisilin termasuk golongan obat keras sedangkan asam mefenamat dan cataflam ® tepat karena termasuk golongan obat wajib apotek. Penyebab utama sakit gigi adalah terbentuknya plak bakteri yaitu koloni bakteri yang tumbuh pada sisa-sisa makanan yang menempel pada permukaan gigi dan akhirnya menyebabkan kerusakan lapisan gigi yang mencapai pulpa gigi sehingga menimbulkan rasa sakit Depkes RI, 1997. National Health Service NHS di Inggris menyatakan infeksi dapat menyebabkan rasa sakit dan ketidaknyamanan. Antibiotik membantu untuk mengobati infeksi, tetapi tidak dapat mengurangi rasa nyeri. Oleh karena itu, perlu menggunakan analgetik untuk meringankan gejala. Dosis obat yang digunakan mahasiswa adalah 3 kali sehari sampai penyakit sembuh. Dosis tersebut adalah tepat sesuai dengan penjelasan masing-masing obat sebelumnya. Kombinasi mylanta ® dan norit untuk mengatasi keluhan maag adalah tidak tepat kelas terapi obat. Keluhan maag dapat diatasi dengan menggunakan mylanta ® dengan aturan pakai 3 - 4 kali sehari 1 - 2 sendok takar dengan waktu pemakaian terbaik adalah pada saat gejala maag timbul seperti pada keadaan lambung kosong dan waktu menjelang tidur malam Depkes RI, 1997. Berbeda halnya jika penggunaan obat maag yang mengandung senyawa magnesium hidroksida tunggal yang memiliki efek samping diare, menyebabkan responden menggunakan norit untuk mengatasi efek samping diare yang terjadi, tetapi kandungan bahan aktif pada mylanta ® adalah kombinasi aluminium hidroksida dan magnesium hidroksida dimana efek samping kedua obat tersebut akan saling meniadakan Tan dan Rahardja, 2007. Kombinasi entrostop ® dan promag ® untuk mengatasi keluhan diare adalah tidak tepat kelas terapi obat. Keluhan diare dapat diatasi menggunakan entrostop ® yang mengandung attapulgit koloid aktif dan senyawa pektin. Attapulgit koloid aktif adalah senyawa magnesium aluminium silikat alamiah yang telah dimurnikan dan diaktifkan dengan cara pemanasan untuk meningkatkan efek absorbsinya. Kekuatan absorbsi ini digunakan untuk mengabsorbsi toksin, gas, bakteri dan virus yang terdapat pada lumen usus. Pada orang dewasa dan remaja berumur lebih dari 12 tahun dapat menggunakan 1,2 - 1,5 gram sekali minum sampai 9 gram perhari Tan dan Rahardja, 2007.

4.6 Jenis dan Frekuensi Efek Samping yang Dialami Responden

Penggunaan zat kimia asing ke dalam tubuh seseorang akan menimbulkan efek, baik berupa efek terapi, toksik maupun efek samping. Efek samping adalah suatu reaksi yang tidak diharapkan dan berbahaya yang diakibatkan oleh suatu pengobatan Tan dan Rahardja, 2007. Efek samping obat yang banyak dialami mahasiswa pada penelitian adalah mengantuk sebanyak 42,3. Efek samping ini terjadi pada penggunaan obat flu dan batuk yang mengandung klorfeniramin maleat CTM. Obat tersebut menyebabkan penghambatan sistem saraf pusat dengan gejala seperti kantuk, berkurangnya kewaspadaan dan waktu reaksi yang lambat Tan dan Rahardja, 2007. Efek samping tersebut menguntungkan bagi pasien yang memerlukan istirahat tetapi dapat menggangu aktivitas mahasiswa sehari-hari. Jenis dan frekuensi efek samping yang dialami mahasiswa dapat dilihat pada Tabel 4.7. Tabel 4.7 Jenis dan Frekuensi Efek Samping yang Dialami Mahasiswa NO. Efek Samping Jumlah N Persentase 1. Tidak ada 196 47,7 2. Mengantuk 174 42,3 3. Lemas 6 1,5 4. Gatal-gatal 2 0,5 5. Sakit kepala 2 0,5 6. Susah tidur 2 0,5 7. Sakit perut 1 0,2 8. Mual muntah 1 0,2 Total 384 100,0 Efek samping dari penggunaan obat dialami oleh beberapa responden, tetapi banyak pula dari responden yang tidak menyadari apakah reaksi yang dirasakan merupakan suatu efek samping atau bukan. Hal tersebut terlihat dari jumlah responden yang menyatakan tidak mengalami efek samping sebanyak 47,7.

4.7 Tingkat Pengetahuan Pengobatan Sendiri Responden

Tingkat pengetahuan responden mengenai pengobatan sendiri dinilai berdasarkan 9 pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner. Bentuk pertanyaan adalah kombinasi pertanyaan tertutup dan terbuka dengan pilihan jawaban “ya” dan “tidak”. Selanjutnya akan dinilai oleh peneliti apakah jawaban tersebut benar atau salah. Signifikansi untuk setiap jawaban benar dan salah dianalisis dengan uji binomial. Berdasarkan hasil uji binomial diketahui bahwa pertanyaan nomor 1 mengenai istilah pengobatan sendiri tidak signifikan p 0,05, menunjukkan bahwa responden kurang memahami pengertian dari pengobatan sendiri. Hasil uji binomial pengetahuan pengobatan sendiri dapat dilihat Tabel 4.8.