Obat Bebas OB Obat Bebas Terbatas

Obat bebas terbatas disebut Daftar W Waarschuwing = peringatan masih termasuk golongan obat keras tetapi dapat dibeli tanpa resep dokter sehingga penyerahannya pada pasien hanya boleh dilakukan oleh Asisten Apoteker Penanggung Jawab. Tanda khusus untuk obat ini adalah lingkaran berwarna biru dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh: obat batuk, obat flu, obat penghilang rasa sakit dan penurun panas pada saat demam analgetik-antipiretik, obat antimabuk antimo, klorfeiramin maleat CTM. Terdapat pula tanda peringatan “P” dalam labelnya. Label “P” ada beberapa macam, yaitu: a. Tanda peringatan nomor 1 P1 adalah Awas Obat Keras. Bacalah aturan memakainya. Contoh: OBH Combi ® , Decolsin ® dan Saridon ® b. Tanda peringatan nomor 2 P2 adalah Awas Obat Keras. Hanya untuk kumur, jangan ditelan. Contoh: Betadine obat kumur. c. Tanda peringatan nomor 3 P3 adalah Awas Obat Keras. Hanya untuk bagian luar badan. Contoh: Kalpanax ® , Daktarin ® dan Canesten ® d. Tanda peringatan nomor 4 P4 adalah Awas Obat Keras. Hanya untuk dibakar. e. Tanda peringatan nomor 5 P5 adalah Awas Obat Keras. Tidak boleh ditelan. Contoh: Dulcolax ® f. Tanda peringatan nomor 6 P5 adalah Awas Obat Keras. Obat wasir, jangan ditelan. Contoh: Superhoid ® Semua obat yang termasuk dalam golongan obat bebas dan obat bebas terbatas wajib mencantumkan keterangan pada setiap kemasannya tentang kandungan zat berkhasiat, kegunaan, aturan pakai dan pernyataan lain yang diperlukan. Semua kemasan obat bebas terbatas wajib mencantumkan tanda peringatan ‘apabila sakit berlanjut segera hubungi dokter’ SK Menkes No. 3861994.

2.5.3 Obat Wajib Apotek

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan NO. 347 MENKESSKVII1990 Tentang Obat Wajib Apotek yaitu obat keras yang dapat diserahkan oleh apoteker kepada pasien di apotek tanpa resep dokter. Apoteker dalam melayani pasien yang memerlukan obat diwajibkan untuk: a. Memenuhi ketentuan dan batasan tiap jenis obat per pasien yang termasuk Obat Wajib Apotek. b. Membuat catatan pasien serta obat yang telah diserahkan. c. Memberikan informasi meliputi dosis, aturan pakai, kontraindikasi, efek samping, dan lain-lain yang perlu diperhatikan oleh pasien. Sesuai Permenkes NO. 919MENKESPERX1993, kriteria obat yang dapat diserahkan tanpa resep adalah: a. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak di bawah usia 2 tahun dan orang tua di atas 65 tahun. b. Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan risiko pada kelanjutan penyakit. c. Penggunaannya tidak memerlukan cara atau alat khusus yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan d. Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di Indonesia e. Obat dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri

2.5.4 Obat Tradisional

Obat tradisional adalah bahan atau ramuan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dari bahan-bahan tersebut, yang secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Obat tradisonal secara turun-temurun telah digunakan untuk kesehatan berdasarkan resep nenek moyang, adat istiadat. Obat tradisional banyak digunakan masyarakat karena mudah didapat, harga terjangkau dan berkhasiat untuk pengobatan, perawatan dan pencegahan penyakit Ditjen POM, 1994. Golongan obat yang tidak diperbolehkan penggunaannya pada pengobatan sendiri adalah golongan obat keras tetapi pada prakteknya golongan obat tersebut masih banyak digunakan oleh masyarakat. Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep dokter. Obat keras mempunyai tanda khusus berupa lingkatan bulat merah dengan garis tepi berwarna hitam dan huruf K ditengah yang menyentuh garis tepi. Obat-obatan yang termasuk dalam golongan ini antara lain: obat jantung, obat antihipertensi, obat antidiabetes, hormon, antibiotika dan obat ulkus lambung Ditjen POM, 2008.

2.6 Penyakit dan Pilihan Obat Pada Pengobatan Sendiri

Penyakit-penyakit yang banyak diatasi dengan pengobatan sendiri antara lain: demam, batuk, flu, nyeri, diare dan maag Supardi, 2006; Abay, 2010.

2.6.1 Demam