mengancam bagi diri pasien. Beberapa penyakit ringan yang banyak dialami masyarakat, antara lain demam, nyeri, batuk, flu, diare, cacingan dan maag
Depkes RI, 2006. Pengobatan sendiri merupakan bagian dari upaya masyarakat dalam
menjaga kesehatan dan menjadi alternatif yang banyak dipilih oleh masyarakat karena dapat menanggulangi keluhan secara cepat dan efektif. Pengobatan sendiri
merupakan sumbangan yang sangat besar bagi pemerintah dalam hal pemeliharaan kesehatan, karena mengurangi beban pelayanan kesehatan serta
meningkatkan keterjangkauan obat oleh masyarakat yang jauh dari pelayanan kesehatan.
Keuntungan dari pengobatan sendiri adalah aman apabila digunakan sesuai petunjuk, efektif untuk menghilangkan keluhan karena 80 dari penyakit ringan
bersifat self- limiting, yaitu sembuh sendiri tanpa intervensi tenaga kesehatan, biaya pembelian obat relatif murah daripada biaya pelayanan kesehatan, hemat
waktu karena tidak perlu mengunjungi sarana dan profesi kesehatan serta berperan aktif dalam pengambilan keputusan terapi untuk diri sendiri Supardi dan
Notosiswoyo, 2006. Sebaliknya, pengobatan sendiri yang dilakukan secara tidak tepat
memungkinkan terjadinya kesalahan dalam penggunaan obat dan kurangnya kontrol pada pelaksanaannya Association of Real Change, 2006. Dampak
lainnya yaitu dapat menyebabkan bahaya serius terhadap kesehatan, seperti reaksi obat yang merugikan, perpanjangan masa sakit, resiko kontraindikasi dan
ketergantungan obat. Oleh karena itu, upaya untuk membekali masyarakat agar
mempunyai keterampilan untuk mencari informasi obat secara tepat dan benar perlu dilakukan
Holt, 1986.
2.2 Pengobatan Sendiri yang Sesuai Aturan
Penggunaan obat yang sesuai dengan aturan dan kondisi penderita akan mendukung upaya penggunaan obat yang tepat. Definisi penggunaan obat rasional
menurut hasil konferensi WHO dalam “Conference of Experts on the Rational Use of Drugs” di Nairobi 1985 adalah penggunaan obat yang sesuai dengan
kebutuhan pasien secara individu, mendapatkan obat dalam jangka terapi yang cukup dan biaya pengobatan yang terjangkau bagi masyarakat Depkes RI, 2006.
Pengobatan sendiri harus dilakukan sesuai dengan penyakit yang dialami. Pelaksanaannya sedapat mungkin harus memenuhi kriteria pengobatan sendiri
yang sesuai aturan. Pengobatan sendiri yang sesuai dengan aturan mencakup 4 kriteria antara lain: a tepat golongan obat, yaitu menggunakan golongan obat
bebas dan obat bebas terbatas, b tepat kelas terapi obat, yaitu menggunakan obat yang termasuk dalam kelas terapi yang sesuai dengan keluhannya, c tepat dosis
obat, yaitu menggunakan obat dengan dosis sekali dan sehari pakai sesuai dengan umur dan d tepat lama penggunaan obat, yaitu apabila berlanjut segera
berkonsultasi dengan dokter Depkes RI, 2006.
2.3 Pengobatan Sendiri yang Tidak Sesuai Aturan
Pemakaian obat yang tidak tepat merupakan masalah serius dalam pelayanan kesehatan yang menjadi sumber terjadinya kesalahan pengobatan
medication error. Kesalahan penggunaan obat dalam pengobatan sendiri ternyata masih terjadi terutama karena ketidaktepatan obat dan dosis obat. Apabila
kesalahan terjadi terus-menerus dalam jangka waktu yang lama, dikhawatirkan dapat menimbulkan risiko pada kesehatan Supardi dan Notosiswoyo, 2005.
Kesalahan pengobatan medication error menurut National Coordinating Council Medication Error Reporting and Prevention NCC MERP adalah setiap
kejadian yang dapat dihindari yang menyebabkan atau berakibat pada pelayanan obat yang tidak tepat sehingga membahayakan pasien sementara obat berada
dalam pengawasan tenaga kesehatan, pasien atau konsumen. Kejadian medication error terdiri dari 4 fase, yaitu:
a. Prescribing phase fase penulisan resep Kesalahan yang terjadi pada fase ini meliputi: obat yang diresepkan tidak tepat
indikasi, tidak tepat pasien atau kontraindikasi, tidak tepat obat atau ada obat yang tidak ada indikasinya, tidak tepat dosis dan aturan pakai.
b. Trancribing phase fase pembacaan resep Kesalahan yang terjadi fase ini meliputi: kekeliruan saat membaca resep
sehingga berdampak pada kesalahan pada obat yang diberikan, kesalahan pada pembacaan perintah pada resep yang disengaja atau tidak disengaja dan adanya
perintah pada resep yang terlewatkan sehingga tidak dikerjakan. c. Dispensing phase fase peracikan atau penyiapan resep
Fase ini meliputi peracikan, penyiapan sampai penyerahan resep kepada pasien oleh petugas apotek. Kesalahan yang dapat terjadi pada fase ini meliputi:
kesalahan pengambilan obat karena adanya kemiripan nama atau kemiripan kemasan, kesalahan pemberian obat kepada pasien karena tidak teliti
membaca identitas pasien, kesalahan pemberian label obat sehingga aturan dan