Uji Koefisien Determinasi R Square Uji Regresi Simultan F test Uji Regresi Parsial Uji t Karakteristik Responden Berdasarkan Golongan Tabel 4.3

55 Sebaliknya, disebut tidak signifikan bila nilai uji statistiknya berada dalam daerah dimana H0 diterima. Dalam analisisnya ada beberapa kriteria ketepatan, yaitu:

a. Uji Koefisien Determinasi R Square

Nilai R Square digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan model dalam menerangkan variasi independen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R Square yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hamper semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.

b. Uji Regresi Simultan F test

Pengujian ini bertujuan untuk menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimaksudkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel independen. Dengan tingkat signifikansi sebesar 5, maka kriteria pengujian adalah sebagai berikut: a. Bila nilai signifikan F 0.05, maka H0 ditolak artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara semua variabel independen terhadap variable dependen b. Apabila nilai signifikan F 0.05, maka H0 diterima artinya variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen

c. Uji Regresi Parsial Uji t

Pengujian ini bertujuan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi Universitas Sumatera Utara 56 variabel independen. Dengan tingkat sognifikansi 5, maka kriteria pengujian adalah sebagai berikut: a. Bila nilai signifikansi t 0.05, maka H0 ditolak, artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara satu variabel independen terhadap variable dependen. b. Apabila nilai signifikansi t 0.05, maka H0 diterima, artinya terdapat tidak ada pengaruh yang signifikan antara satu variabel independen terhadap variabel dependen. Universitas Sumatera Utara 57 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia

4.1.1 Sejarah Badan Pemeriksa Keuangan BPK RI

Pasal 23 ayat 5 UUD Tahun 1945 menetapkan bahwa untuk memeriksa tanggung jawab tentang Keuangan Negara diadakan suatu Badan Pemeriksa Keuangan yang peraturannya ditetapkan dengan Undang-Undang. Hasil pemeriksaan itu disampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat. Berdasarkan amanat UUD Tahun 1945 tersebut telah dikeluarkan Surat Penetapan Pemerintah No.11OEM tanggal 28 Desember 1946 tentang pembentukan Badan Pemeriksa Keuangan, pada tanggal 1 Januari 1947 yang berkedudukan sementara dikota Magelang. Pada waktu itu Badan Pemeriksa Keuangan hanya mempunyai 9 orang pegawai dan sebagai Ketua Badan Pemeriksa Keuangan pertama adalah R. Soerasno. Untuk memulai tugasnya, Badan Pemeriksa Keuangan dengan suratnya tanggal 12 April 1947 No.94-1 telah mengumumkan kepada semua instansi di Wilayah Republik Indonesia mengenai tugas dan kewajibannya dalam memeriksa tanggung jawab tentang Keuangan Negara, untuk sementara masih menggunakan peraturan perundang-undangan yang dulu berlaku bagi pelaksanaan tugas Algemene Rekenkamer Badan Pemeriksa Keuangan Hindia Belanda, yaitu ICW dan IAR. Dalam Penetapan Pemerintah No.61948 tanggal 6 Nopember 1948 tempat kedudukan Badan Pemeriksa Keuangan dipindahkan dari Magelang ke Universitas Sumatera Utara 58 Yogyakarta. Negara Republik Indonesia yang Ibukotanya di Yogyakarta tetap mempunyai Badan Pemeriksa Keuangan sesuai pasal 23 ayat 5 UUD Tahun 1945; Ketuanya diwakili oleh R. Kasirman yang diangkat berdasarkan SK Presiden RI tanggal 31 Januari 1950 No.13A1950 terhitung mulai 1 Agustus 1949. Dengan terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia Serikat RIS berdasarkan Piagam Konstitusi RIS tanggal 14 Desember 1949, maka dibentuk Dewan Pengawas Keuangan berkedudukan di Bogor yang merupakan salah satu alat perlengkapan negara RIS, sebagai Ketua diangkat R. Soerasno mulai tanggal 31 Desember 1949, yang sebelumnya menjabat sebagai Ketua Badan Pemeriksa Keuangan di Yogyakarta. Dewan Pengawas Keuangan RIS berkantor di Bogor menempati bekas kantor Algemene Rekenkamer pada masa pemerintah Netherland Indies Civil Administration NICA. Dengan kembalinya bentuk Negara menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1950, maka Dewan Pengawas Keuangan RIS yang berada di Bogor sejak tanggal 1 Oktober 1950 digabung dengan Badan Pemeriksa Keuangan berdasarkan UUDS 1950 dan berkedudukan di Bogor menempati bekas kantor Dewan Pengawas Keuangan RIS. Personalia Dewan Pengawas Keuangan RIS diambil dari unsur Badan Pemeriksa Keuangan di Yogyakarta dan dari Algemene Rekenkamer di Bogor. Pada Tanggal 5 Juli 1959 dikeluarkan Dekrit Presiden RI yang menyatakan berlakunya kembali UUD Tahun 1945. Dengan demikian Dewan Pengawas Keuangan berdasarkan UUD 1950 kembali menjadi Badan Pemeriksa Universitas Sumatera Utara 59 Keuangan berdasarkan Pasal 23 5 UUD Tahun 1945. Meskipun Badan Pemeriksa Keuangan berubah-ubah menjadi Dewan Pengawas Keuangan RIS berdasarkan konstitusi RIS Dewan Pengawas Keuangan RI UUDS 1950, kemudian kembali menjadi Badan Pemeriksa Keuangan berdasarkan UUD Tahun 1945, namun landasan pelaksanaan kegiatannya masih tetap menggunakan ICW dan IAR. Dalam amanat-amanat Presiden yaitu Deklarasi Ekonomi dan Ambeg Parama Arta, dan di dalam Ketetapan MPRS No. 11MPRS1960 serta resolusi MPRS No. 1ResMPRS1963 telah dikemukakan keinginan-keinginan untuk menyempurnakan Badan Pemeriksa Keuangan, sehingga dapat menjadi alat kontrol yang efektif. Untuk mencapai tujuan itu maka pada tanggal 12 Oktober 1963, Pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- undang No. 7 Tahun 1963 LN No. 195 Tahun 1963 yang kemudian diganti dengan Undang-Undang PERPU No. 6 Tahun 1964 tentang Badan Pemeriksa Keuangan Gaya Baru. Untuk mengganti PERPU tersebut, dikeluarkanlah UU No. 17 Tahun 1965 yang antara lain menetapkan bahwa Presiden, sebagai Pemimpin Besar Revolusi pemegang kekuasaan pemeriksaan dan penelitian tertinggi atas penyusunan dan pengurusan Keuangan Negara. Ketua dan Wakil Ketua BPK RI berkedudukan masing-masing sebagai Menteri Koordinator dan Menteri. Akhirnya oleh MPRS dengan Ketetapan No.XMPRS1966 Kedudukan BPK RI dikembalikan pada posisi dan fungsi semula sebagai Lembaga Tinggi Negara. Sehingga UU yang Universitas Sumatera Utara 60 mendasari tugas BPK RI perlu diubah dan akhirnya baru direalisasikan pada Tahun 1973 dengan UU No. 5 Tahun 1973 Tentang Badan Pemeriksa Keuangan. Dalam era Reformasi sekarang ini, Badan Pemeriksa Keuangan telah mendapatkan dukungan konstitusional dari MPR RI dalam Sidang Tahunan Tahun 2002 yang memperkuat kedudukan BPK RI sebagai lembaga pemeriksa eksternal di bidang Keuangan Negara, yaitu dengan dikeluarkannya TAP MPR No.VIMPR2002 yang antara lain menegaskan kembali kedudukan Badan Pemeriksa Keuangan sebagai satu-satunya lembaga pemeriksa eksternal keuangan negara dan peranannya perlu lebih dimantapkan sebagai lembaga yang independen dan profesional. Untuk lebih memantapkan tugas BPK RI, ketentuan yang mengatur BPK RI dalam UUD Tahun 1945 telah diamandemen. Sebelum amandemen, BPK RI hanya diatur dalam satu ayat pasal 23 ayat 5. Kemudian dalam Perubahan Ketiga UUD 1945 dikembangkan menjadi satu bab tersendiri Bab VIII A dengan tiga pasal 23E, 23F, dan 23G dan tujuh ayat. Untuk menunjang tugasnya, BPK RI didukung dengan seperangkat Undang-Undang di bidang Keuangan Negara, yaitu; UU No.17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara UU No.1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara UU No.15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Universitas Sumatera Utara 61

4.1.2 Visi dan Misi BPK RI

Visi Badan Pemeriksa Keuangan BPK RI seperti yang diungkapkan di dalam Rencana Strategis BPK RI adalah menjadi lembaga pemeriksa keuangan negara yang kredibel dengan menjunjung tinggi nilai-nilai dasar untuk berperan aktif dalam mendorong terwujudnya tata kelola keuangan negara yang akuntabel dan transparan. Misi Badan Pemeriksa Keuangan BPK RI, yaitu: 1 Memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara; 2 Memberikan pendapat untuk meningkatkan mutu pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara; dan 3 Berperan aktif dalam menemukan dan mencegah segala bentuk penyalahgunaan dan penyelewengan keuangan negara.

4.1.3 Struktur Organisasi BPK RI Perwakilan Sumatera Utara

Berikut ini merupakan struktur organisasi BPK RI Perwakilan Sumatera Utara dan Bidang tugas pimpinan perwakilan BPK Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara 62

1. Struktur Organisasi BPK RI Perwakilan Sumatera Utara

Gambar 4.1: Struktur Organisasi BPK RI Perwakilan Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 63 2.Bidang Tugas Pimpinan Perwakilan BPK Sumatera Utara Tabel 4.1 Bidang Tugas Pimpinan Perwakilan BPK Sumatera Utara No. Pimpinan BPK Perwakilan Provinsi Sumatera Utara Bidang Tugas Pembinaan 1. Kepala Perwakilan Erwin, S.H., M.Hum  Kelembagaan BPK Perwakilan Sumatera Utara  Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Daerah secara umum  Pemeriksaan Investigatif  Hubungan Kelembagaan Dalam Negeri dan Luar Negeri 2. Kepala Sekretariat Perwakilan Agung Hartono, S.E., M.M.  Pelaksanaan Tugas Penunjang dan Sekretaris Perwakilan  Penyelenggaraan dan pengkoordinasian dukungan administrasi, hukum dan hubungan masyarakat, protokoler, serta sumber daya untuk kelancaran tugas dan fungsi Perwakilan BPK RI di Medan. 3. Kepala Sub Auditorat Sumatera Utara I

R. Aryo Seto Bomantari, S.E., M.M.,

Ak.  Pemeriksaan pengelolaan dan tanggungjawab keuangan daerah pada,Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, Kota PematangSiantar, Kabupaten Samosir, Kabupaten Langkat, Kabupaten Pakpak Bharat, KabupatenSerdang Bedagai, Kabupaten Simalungun, Kabupaten Karo, Kabupaten Labuhanbatu Utara, dan Kota Binjai, serta BUMD dan lembaga terkait di lingkungan entitas tersebut di atas, termasuk melaksanakan pemeriksaan yang dilimpahkan oleh AKN. 4. Kepala Sub Auditorat Sumatera Utara II Ayub Amali, S.E., M.M., Ak.  Pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan daerah pada Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu, Kabupaten Mandailing Natal, Kabupaten Tapanuli Tengah, Kota Sibolga, Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Tapanuli Selatan, Kota Padang Sidempuan, Kabupaten Nias, Universitas Sumatera Utara 64 Kota Gunung Sitoli, Kabupaten Padang Lawas Utara, Kabupaten Labuhanbatu Selatan, Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Nias Selatan, serta BUMD dan lembaga terkait di lingkungan entitas tersebut di atas, termasuk melaksanakan pemeriksaan yang dilimpahkan oleh AKN. 5. Kepala Sub Auditorat Sumatera Utara III Aris Laksono, S.E.  Pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan daerah pada Pemerintah Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Dairi, Kabupaten Toba Samosir, Kota Tebing Tinggi, Kabupaten Batubara, Kota Medan, Kabupaten Asahan, Kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten Padang Lawas, Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat dan Kota Tanjung Balai,serta BUMD dan lembaga terkait di lingkungan entitas tersebut di atas, termasuk melaksanakan pemeriksaan yang dilimpahkan oleh AKN. 6. Sub Bagian SDM Misrayanti, S.T.  Pelaksanaan pengurusan sumber daya manusia di lingkungan BPK RI Perwakilan Sumatera Utara 7. Sub Bagian Keuangan Sucipto, S.Sos.  Pelaksanaan kebijakan anggaran, perbendaharaan, penatausahaan, dan pertanggungjawaban keuangan, serta menyiapkan bahan pendukung dalam rangka penyusunan Laporan Keuangan BPK di lingkungan BPK RI Perwakilan Provinsi Sumatera Utara 8. Sub Bagian Hukum dan Humas Daniel Sembiring Berahmana, S.H., CFE.  Pelaksanaan pemberian layanan di bidang hukum yang meliputi legislasi, konsultasi, bantuan dan informasi hukum, serta bidang kehumasan yang terkait dengan tugas dan fungsi BPK RI Perwakilan Provinsi Sumatera Utara 9. Sub Bagian Umum Bambang Prayudhi, S.T., MAP  Pelaksanaan pemberian layanan administrasi umum, teknologi informasi, dan keprotokolan, serta pelaksanaan pengurusan sarana dan prasarana di lingkungan Perwakilan BPK RI di Medan Universitas Sumatera Utara 65 10. Sub Bagian Sekretariat Kepala Perwakilan Iskandar Setiawan, S.E.  Peyelenggaraan kesekretariatan dan penyiapan informasi yang dibutuhkan oleh Kepala Perwakilan, pelaksanaan kegiatan lain sesuai dengan perintah Kepala Perwakilan Sumber: http:medan.bpk.go.id

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Analisis Deskriptif

Responden dalam penelitian ini adalah auditor pemerintah ada Badan emeriksa Keuangan BK erwakilan Sumatera Utara yang berjumlah 48 orang. Analisis deskriptif dalam penelitian ini untuk merumuskan dan menginterpretasikan hasil penelitian berupa analisis deskriptif responden dan deskriptif variabel.

4.2.1.1 Analisis Deskriptif Responden a. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Usia Jumlah Responden Persentase 20-29 tahun 13 27,08 30-39 tahun 17 35,42 40-49 tahun 11 22,92 50 tahun 7 14,58 Jumlah 48 100 Tabel 4.2 menunjukkan karakteristik responden berdasarkan usia, responden yang berusia 20 – 29 tahun sebanyak 13 orang dengan persentase 27,08 , responden yang berusia 30 – 39 tahun sebanyak 17 orang dengan persentase Universitas Sumatera Utara 66 35,42 , responden yang berusia 40 – 49 tahun sebanyak 11 orang dengan persentase 22,92 dan responden yang berusia lebih dari 50 tahun sebanyak 7 orang dengan persentase 14,58 .

b. Karakteristik Responden Berdasarkan Golongan Tabel 4.3

Karakteristik Responden Berdasarkan Golongan Golongan Jumlah Responden Persentase Golongan 2C 1 2,08 Golongan 3A 13 27,08 Golongan 3B 12 25 Golongan 3C 12 25 Golongan 3D 10 20,83 Jumlah 48 100 Tabel 4.3 menunjukkan karakteristik responden berdasarkan golongan. Responden dengan golongan 2C sebanyak 1 orang dengan persentase 2,08 , responden dengan golongan 3A sebanyak 13 orang dengan persentase 27,08 , responden dengan golongan 3B sebanyak 12 orang dengan persentase 25 , responden dengan golongan 3C sebanyak 12 orang dengan persentase 25 , responden dengan golongan 3D sebanyak 10 orang dengan persentase 20,83 .

c. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 4.4

Dokumen yang terkait

ORGANISASI, PEMAHAMAN GOOD GOVERNANCE, DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA AUDITOR Pengaruh Independensi, Gaya Kepemimpinan, Komitmen Organisasi, Pemahaman Good Governance, dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Auditor(Studi pada Auditor Pemerintah d

0 4 14

PENGARUH INDEPENDENSI AUDITOR, KOMITMEN ORGANISASI, PEMAHAMAN GOOD GOVERNANCE, INTEGRITAS AUDITOR, DAN Pengaruh Independensi Auditor, Komitmen Organisasi, Pemahaman Good Governance, Integritas Auditor, Dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Auditor ( Stu

0 2 17

Pengaruh Independensi, Budaya Organisasi, Good Governance, dan Tingkatan Jabatan terhadap Kinerja Auditor Pemerintah (Studi Kasus Pada BPK Perwakilan Sumatera Utara)

0 0 3

Pengaruh Independensi, Budaya Organisasi, Good Governance, dan Tingkatan Jabatan terhadap Kinerja Auditor Pemerintah (Studi Kasus Pada BPK Perwakilan Sumatera Utara)

0 1 38

Pengaruh Independensi, Budaya Organisasi, Good Governance, dan Tingkatan Jabatan terhadap Kinerja Auditor Pemerintah (Studi Kasus Pada BPK Perwakilan Sumatera Utara)

0 0 10

Pengaruh Independensi, Budaya Organisasi, Good Governance, dan Tingkatan Jabatan terhadap Kinerja Auditor Pemerintah (Studi Kasus Pada BPK Perwakilan Sumatera Utara)

0 0 2

Pengaruh Independensi, Budaya Organisasi, Good Governance, dan Tingkatan Jabatan terhadap Kinerja Auditor Pemerintah (Studi Kasus Pada BPK Perwakilan Sumatera Utara)

0 0 11

Pengaruh Independensi, Budaya Organisasi, Good Governance, dan Tingkatan Jabatan terhadap Kinerja Auditor Pemerintah (Studi Kasus Pada BPK Perwakilan Sumatera Utara)

2 23 29

123dok Pengaruh+Independensi,+Budaya+Organisasi,+Good+Governance,+dan+Tingkatan+Jabatan+terhadap+Kinerja+Au

1 3 162

PENGARUH INDEPENDENSI, GAYA KEPEMIMPINAN, KOMITMEN ORGANISASI, DAN PEMAHAMAN GOOD GOVERNANCE TERHADAP KINERJA AUDITOR PEMERINTAH (Studi Pada Auditor Pemerintah di BPKP Perwakilan Bengkulu)

0 0 25