10 level jabatannya, maka semakin tinggi profesionalisme. Sehingga dalam
penelitian ini, dimaksudkan untuk mengetahui apakah tingkatan jabatan mempengaruhi kinerja dari auditor tersebut.
Elya Wati, Lismawati, dan Nila Aprilia 2010 dalam penelitiannya menyebutkan bahwa variabel independen, gaya kepemimpinan, komitmen
organisasi dan pemahaman good governance berpengaruh terhadap kinerja auditor. Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Pengaruh Independensi, Budaya Organisasi, Good Governance,
dan Tingkatan Jabatan Terhadap Kinerja Auditor Pemerintah Studi Kasus Pada BPK Perwakilan Sumatera Utara.”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan masalah penelitian ini adalah : Apakah independensi, budaya organisasi,
good governance, dan tingkatan jabatan berpengaruh terhadap kinerja auditor
pemerintah baik secara parsial maupun simultan?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : Untuk mengetahui dan
menganalisis pengaruh independensi, budaya organisasi, good governance, dan tingkatan jabatan terhadap kinerja auditor pemerintah baik secara parsial maupun
simultan.
Universitas Sumatera Utara
11
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah : 1.
Bagi Peneliti Untuk menambah wawasan dan pengetahuan peneliti di samping
memberikan kontribusi pemikiran dalam bidang audit kinerja pemerintah khususnya Pengaruh Independensi, Budaya Organisasi, Good Governance,
dan Tingkatan Jabatan terhadap kinerja auditor pemerintah. 2.
Bagi Auditor Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada
Auditor baik auditor senior maupun auditor junior dalam menjalankan pemeriksaan akuntansi auditing harus berdasarkan pada prinsip
akuntansi yang berlaku umum dan selalu menegakkan Kode Etik Akuntan sebagai profesi akuntan publik.
3. Bagi Pihak Lain
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan dan informasi yang nantinya dapat memberi perbandingan dalam mengadakan penelitian yang
lebih lanjut khususnya mengenai kinerja auditor pemerintah.
Universitas Sumatera Utara
12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Independensi
2.1.1 Pengertian Independensi
Independensi merupakan terjemahan kata independence yang berasal dari Bahasa Inggris, yang artinya “dalam keadaan independen”, adapun arti kata
independen bermakna ”tidak tergantung atau dikendalikan oleh orang lain atau benda, tidak mendasarkan pada diri pada orang lain, bertindak atau berpikir
sesuai dengan kehendak hati, bebas dari pengendalian orang lain, tidak dipengaruhi oleh orang lain. Menurut Arens et al 2008:111, independensi dalam
audit berarti mengambil sudut pandang yang tidak bias. Independensi sangat penting bagi auditor untuk dijaga dalam melaksanakan tanggung jawabnya.
Menurut Halim 2008:46, independensi merupakan suatu cerminan sikap dari seorang auditor untuk tidak memilih pihak siapapun dalam melakukan audit.
Independensi adalah sikap mental seorang auditor dimana ia dituntut untuk bersikap jujur dan tidak memihak sepanjang pelaksaan audit dan dalam
memposisikan dirinya dengan auditee-nya. Independensi menurut Wirakusumah dan Agoes 2003 : 8 merupakan pandangan yang tidak berprasangka dan tidak
memihak dalam melakukan test-test audit, evaluasi dan hasil-hasilnya, dan penerbitan laporan, dan merupakan alasan utama kepercayaan masyarakat.
Dalam menjalankan tugasnya, auditor harus selalu mempertahankan sikap mental independen di dalam memberikan jasa profesional sebagaimana diatur
dalam standar profesional akuntan publik yang ditetapkan oleh IAI.
Universitas Sumatera Utara
13 Dalam Kode Etik Akuntan Indonesia pasal 1 ayat 2 menyatakan bahwa
setiap anggota harus mempertahankan integritas, objektivitas dan independensi dalam
melaksanakan tugasnya.
Seorang auditor
yang menegakkan
independensinya, tidak akan terpengaruh dan tidak dipengaruhi oleh berbagai kekuatan yang berasal dari luar diri auditor dalam mempertimbangkan fakta yang
dijumpainya dalam pemeriksaan. Independensi dalam penampilan akuntan publik dianggap rusak jika ia mengetahui atau patut mengetahui keadaan atau hubungan
yang mungkin mengkompromikan independensinya. Menurut Ruchjat Kosasih 2000:47-48 ada empat jenis risiko yang dapat
merusak independensi akuntan publik , yaitu : a. Self interest risk, yang terjadi apabila akuntan publik menerima manfaat
dari keterlibatan keuangan klien. b. Self review r isk, yang terjadi apabila akuntan publik melaksanakan
penugasan pemberian jasa keyakinan yang menyangkut keputusan yang dibuat untuk kepentingan klien atau melaksanakan jasa lain yang
mengarah pada produk atau pertimbangan yang mempengaruhi informasi yang menjadi pokok bahasan dalam penugasan pemberian
jasa keyakinan. c. Advocacy risk, yang terjadi apabila tindakan akuntan publik menjadi
terlalu erat kaitanya dengan kepentingan klien. d. Client influence risk, yang terjadi apabila akuntan publik mempunyai
hubungan erat yang kontinyu dengan klien, termasuk hubungan pribadi
Universitas Sumatera Utara
14 yang dapat mengakibatkan intimidasi oleh atau keramahtamahan
familiarity yang berlebihan dengan klien.
Menurut Siti 2009:51 independensi dapat dijabarkan sebagai cara pandang yang tidak memihak di dalam pelaksanaan pengujian, evaluasi hasil
pemeriksaan, dan penyusunan laporan audit. Sikap mental independen tersebut harus meliputi Independence in fact dan independence in appearance.
Independensi dapat dibagi menjadi dua bagian yakni independence in fact independensi dalam kenyataan dan independence in appearance independensi
dalam penampilan. Sedangkan Independensi menurut pendapat Sukrisno Agoes dan I Cenik Ardana 2009:146 adalah
“Independensi mencerminkan sikap tidak memihak serta tidak dibawah pengaruh atau tekanan pihak tertentu dalam
mengambil keputusan dan tindakan.” Berdasarkan penjelasan di atas, maka Independensi auditor pemerintah
adalah sikap tidak memihak kepada kepentingan siapa pun dalam melakukan pemeriksaan laporan keuangan yang dibuat oleh pihak manajemen. Auditor
pemerintah berkewajiban untuk jujur tidak hanya kepada pemerintah, namun juga kepada lembaga perwakilan dan pihak lain yang meletakkan kepercayaan atas
pekerjaan auditor pemerintah.
Universitas Sumatera Utara
15
2.1.2 Klasifikasi Independensi Akuntan Publik
Arens 2003:83 mengkategorikan independensi kedalam dua aspek yaitu: 1. Independensi in Fact Independensi dalam fakta
Independensi dalam fakta independen in fact ada bila auditor benar-benar mampu mempertahankan sikap yang tidak bias dan sikap yang tidak memihak
sepanjang pelaksanaan auditnya. 2. Independensi in Appearance Independensi dalam penampilan
Merupakan pandangan pihak lain terhadap diri auditor sehubungan dengan pelaksanaan audit. Meskipun auditor independen telah menjalankan audit secara
independen dan objektif, pendapatnya yang dinyatakan melalui laporan audit tidak akan dipercaya oleh para pemakai jasa auditor independen bila tidak mampu
mempertahankan independensi
dalam penampilan.
Independensi dalam
penampilan ditentukan oleh kesan masyarakat terhadap independensi akuntan publik secara maupun keseluruhan.
2.1.3 Faktor-faktor Yang Dapat Mempengaruhi Independensi
Faktor –faktor yang mempengaruhinya antara lain:
1. Ikatan kepentingan keuangan
Akuntan publik dapat kehilangan independensinya apabila mempunyai kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien yang diauditnya.
Beberapa jenis ikatan keuangan dan hubungan usaha tersebut diantaranya selama perjanjian kerja atau saat menyatakan opininya, akuntan publik atau kantornya
memiliki kepentingan keuangan langsung dan tidak langsung yang material di
Universitas Sumatera Utara
16 dalam perusahaan yang menjadi kliennya. Misalnya, memiliki utang atau piutang
pada perusahaan yang diaudit, menjadi trustee atau eksekutor atau administrator atas satu atau beberapa estate memiliki kepentingan keuangan langsung, dan lain
sebagainya. 2.
Jasa-jasa lain selain jasa audit Aktivitas bisnis kantor akuntan publik selain memberikan jasa audit juga
memberikan jasa-jasa lain. Misalnya, jasa perpajakan, jasa konsultasi manajemen, serta jasa akuntansi dan pembukuan. Pemberian jasa lain ini memungkinkan
hilangnya independensi akuntan publik karena akuntan publik akan cendrung memihak kepada kliennya.
3. Lamanya hubungan atau penugasan audit
Lamanya penugasan audit digolongkan menjadi dua. Yaitu, lima tahun atau kurang, atau lebih dari lima tahun. Penugasan lebih dari lima tahun dianggap
dapat mempengaruhi independensi akuntan publik secara negatif. 4.
Ukuran kantor akuntan publik Kantor akuntan publik yang lebih besar tidak begitu tergantung pada salah
satu klien saja. Hilangnya satu klien tidak akan begitu mempengaruhi pendapatnya. Sehingga kantor akuntan publik yang lebih besar dipercaya akan
lebih independen dibandingkan dengan kantor akuntan publik yang kecil. 5.
Persaingan antar kantor Persaingan antar kantor akuntan publik yang tajam kemungkinan akan
berdampak secara signifikan terhadap independensi kantor akuntan publik sebab, setiap kantor akuntan publik mempunyai kekhawatiran akan kehilangan kliennya.
Universitas Sumatera Utara
17 Kantor akuntan publik dihadapkan pada dua pilihan. Yaitu, akan kehilangan
kliennya karena klien mencari kantor akuntan publik lain atau mengeluarkan opini sesuai dengan keinginan klien.
6. Audit Fee
Audit fee yang besar jumlahnya kemungkinan akan mengakibatkan berkurangnya independensi akuntan publik. Hal ini setidaknya disebabkan oleh
dua hal. Pertama, kantor akuntan yang melakukan audit merasa tergantung pada klien sehingga cenderung segan untuk menolak keinginan klien. Kedua, jika
memberikan opini yang tidak sesuai dengan keinginan klien, maka akan muncul kekhawatiran kantor akuntan akan kehilangan kliennya mengingat pendapatan
yang diterima relatif besar. 7.
Tekanan peran Role Stress Tekanan peran yaitu seberapa luas ekspektasi serangkaian peran anggota
organisasi adalah tidak jelas membingungkan ambiguous atau tidak sesuai satu dengan lainnya bertentangan conflict. Tekanan peran mencakup konflik peran
role conflict dan ketidakjelasan peran role ambiguity. Konflik peran
didefinisikan oleh Wolfe dan Snoke 1962 sebagai kejadian yang simultan dari dua tekanan atau lebih seperti ketaatan pada satu hal akan membuat sulit atau
tidak mungkin untuk menaati yang lainnya. Sedangkan ketidakjelasan peran adalah tidak adanya informasi yang memadai yang diperlukan seseorang untuk
menjalankan perannya dengan cara yang memuaskan Khan dkk.,1946.
Universitas Sumatera Utara
18 8.
Tekanan Kesesuaian Confarmity Pressure Confarmity
atau peneliti menyebutnya dengan pengaruh sosial yaitu, mengacu kepada perilaku yang dipengaruhi oleh contoh-contoh yang diberikan
oleh rekan kerja, bukan oleh intruksi dari figur otoritas. Seseorangauditor akan menyesuaikan diri mereka dengan situasi pengaruh normatif karena mereka takut
terhadap konsekuensi negatif atas penampilan yang menyimpang. 9.
Audit Delay Audit delay yaitu rentang waktu penyelesaian pelaksanaan audit laporan
keuangan tahunan, yang biasanya diukur berdasarkan lamanya hari yang dibutuhkan untuk memperoleh laporan independen atas audit laporan keuangan
tahunan perusahaan sejak penugasan audit sampai dengan pelaporan audit independen diterbitkan. Suksesnya audit sangat erat terkait dengan kinerja tim
audit serta supervisi oleh pengendali teknis dan pengendali mutu tim audit dituntut untuk dapat memenuhi standar waktu sebagaimana yang tertuang dalam
program audit yang sudah ditetapkan.
2.1.4 Gangguan Independensi
Di dalam Standar Pemeriksaan Keuangan Negara SPKN, juga dijelaskan bahwa terdapat tiga macam gangguan terhadap independensi, yaitu:
1. Gangguan Pribadi
Gangguan pribadi adalah gangguan yang disebabkan oleh suatu hubungan dan pandangan pribadi yang mungkin mengakibatkan auditor membatasi lingkup
pertanyaan dan pengungkapan atau melemahkan temuan dalam segala bentuknya.
Universitas Sumatera Utara
19 Gangguan pribadi meliputi antara lain:
a. Memiliki kepentingan keuangan baik secara langsung maupun tidak langsung pada entitas atau program yang diperiksa.
b. Memiliki hubungan pertalian darah ke atas, ke bawah, atau semenda sampai dengan derajat kedua dengan jajaran manajemen entitas atau
program yang diperiksa atau sebagai pegawai dari entitas yang diperiksa, dalam posisi yang dapat memberikan pengaruh langsung dan signifikan
terhadap entitas atau program yang diperiksa. c. Pernah bekerja atau memberikan jasa kepada entitas atau program yang
diperiksa dalam kurun waktu dua tahun terakhir. d. Mempunyai hubungan kerjasama dengan entitas atau program yang
diperiksa. 2.
Gangguan Ekstern Gangguan ekstern adalah gangguan yang berasal dari pihak ekstern yang dapat
membatasi pelaksanaan pemeriksaan atau mempengaruhi kemampuan auditor dalam menyatakan pendapat atau simpulan hasil pemeriksaan secara independen
dan objektif. Gangguan ekstern meliputi antara lain: a. Campur tangan atau pengaruh pihak ekstern yang membatasi atau mengubah
lingkup audit secara tidak semestinya. b. Campur tangan pihak ekstern terhadap pemilihan dan penerapan prosedur audit
atau pemilihan sampel audit. c. Pembatasan waktu yang tidak wajar untuk penyelesaian suatu audit.
Universitas Sumatera Utara
20 d. Campur tangan pihak ekstern mengenai penugasan, penunjukan, dan promosi
pemeriksa. 3.
Gangguan Organisasi Auditor yang ditugasi oleh organisasi pemeriksa dapat dipandang bebas dari
gangguan terhadap independensi secara organisasi, apabila melakukan pemeriksaan di luar entitas tempat ia bekerja.
2.2 Budaya Organisasi
2.2.1 Pengertian Budaya Organisasi
Budaya merupakan norma-norma dan nilai-nilai yang mengarahkan perilaku anggota organisasi. Setiap anggota akan berperilaku sesuai dengan
budaya yang berlaku agar diterima di lingkungan tersebut. Budaya dapat dipecah menjadi tiga faktor mendasar, yaitu struktural, politis, dan emosional. Budaya
memengaruhi pola teladan perilaku manusia yang teratur karena budaya menggambarkan perilaku yang sesuai untuk situasi tertentu. Aspek budaya yang
terpenting adalah memastikan kehidupan manusia baik secara fisik maupun secara sosial. Dengan demikian, seorang akuntan perilaku harus menyadari akan gagasan
untuk budaya Ikhsan dan Ishak, 2005:32. Secara terminologis, budaya berarti suatu hasil dari budi dan atau daya,
cipta, karya, karsa, pikiran dan adat istiadat manusia yang secara sadar maupun tidak, dapat diterima sebagai suatu perilaku yang beradab. Budaya merupakan
nilai-nilai dan kebiasaan yang diterima sebagai acuan bersama yang diikuti dan dihormati. Menurut Taylor seperti yang dikutip Achmad Sobirin 2007: 52,
Universitas Sumatera Utara
21 budaya adalah kompleksitas menyeluruh yang terdiri dari pengetahuan,
keyakinan, seni, moral, hukum, adat kebiasaan dan berbagai kapabilitas lainnya serta kebiasaan apa saja yang diperoleh manusia sebagai bagian dari sebuah
masyarakat. Pengertian budaya organisasi yang diturunkan dari pengertian ”corporate
culture ” merupakan nilai-nilai dominan atau kebiasaan dalam suatu organisasi
perusahaan yang disebarluaskan dan diacu sebagai filosofi kerja karyawan. Budaya organisasi mengacu ke suatu sistem makna bersama yang dianut anggota-
anggota yang membedakan perusahaan itu terhadap perusahaan lain Trisnaningsih 2004:13. Ikhsan dan Ishak 2005:33, budaya organisasi adalah
suatu persepsi bersama yang dianut oleh anggota-anggota organisasi itu, sehingga persepsi tersebut menjadi suatu sistem dan makna bersama di antara para
anggotanya.Salah satu implikasi manajerial yang penting dari budaya organisasi berkaitan dengan keputusan seleksi.
Michael Armstrong 2009 dalam Sari 2013 budaya organisasi atau budaya perusahaan adalah nilai, norma, keyakinan, sikap dan asumsi yang
merupakan bentuk bagaimana orang-orang dalam organisasi berperilaku dan melakukan sesuatu hal yang bisa dilakukan. Nilai adalah apa yang diyakini bagi
orang-orang dalam berperilaku dalam organisasi. Norma adalah aturan yang tidak tertulis dalam mengatur perilaku seseorang.
Budaya organisasi terdiri atas dua lapisan, lapisan pertama adalah lapisan yang umumnya mudah dilihat dan sering dianggap mewakili budaya perusahaan
secara menyeluruh. Lapisan pertama ini disebut Visible Ar tifact. Lapisan yang
Universitas Sumatera Utara
22 dapat dilihat secara kasatmata ini terdiri dari cara orang berperilaku, berbicara,
berdandan, serta simbol-simbol seperti logo perusahaan, lambang merek, slogan, ritual, figure, dan bahasa serta cerita-cerita yang sering dibicarakan oleh para
anggota. Lapisan kedua yang lebih dalam itulah yang sesungguhnya disebut budaya. Ini terdiri atas nilai-nilai pokok, filosofi, asumsi, kepercayaan, sejarah
korporat, dan proses berpikir dalam organisasi. Kasali, 2006: 286.
2.2.2 Karakteristik Budaya Organisasi
Robbins 2006 mengatakan bahwa budaya organisasi mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1. Inovasi dan pengembalian resiko: Sejauh mana karyawan didukung untuk menjadi inovatif dan berani mengambil resiko.
2. Perhatian terhadap detail: Sejauh mana karyawan diharapkan menunjukkan kecermatan, analisis, dan perhatian terhadap detail.
3. Orientasi ke hasil: Sejauh mana manajemen memusatkan perhatian pada hasil bukannya pada teknik dan proses yang digunakan untuk mencapai hasil itu.
4. Orientasi ke orang: Sejauh mana keputusankeputusan yang diambil manajemen ikut memperhitungkan dampak hasil-hasil pada orang-orang di dalam organisasi.
5. Orientasi tim: Sejauh mana kegiatan-kegiatan kerja lebih diorganisasi berdasar tim bukannya berdasarkan individu.
6. Keagresifan: Sejauh mana orang-orang lebih agresif dan kompetitif daripada santai.
Universitas Sumatera Utara
23 7. Kemantapan: Sejauh mana kegiatan-kegiatan keorganisasian lebih menekankan
dipertahankannya status quo bukannya pertumbuhan.
2.3 Good Governance
2.3.1 Pengertian Good Governance
Good governance adalah tata kelola yang baik pada suatu usaha yang
dilandasi oleh etika profesional dalam berusahaberkarya. Good Governance juga dimaksudkan sebagai suatu kemampuan manajerial untuk mengelola sumber daya
dan urusan suatu negara dengan cara-cara terbuka, transparan, akuntabel, equitable, dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat Widyananda, 2008.
Good governance merupakan tata kelola yang baik pada suatu usaha yang
dilandasi oleh etika profesional dalam berusahaberkarya. Pemahaman good governance
merupakan wujud penerimaan akan pentingnya suatu perangkat peraturan atau tata kelola yang baik untuk mengatur hubungan, fungsi dan
kepentingan berbagai pihak dalam urusan bisnis maupun pelayanan publik. Pemahaman atas good governance adalah untuk menciptakan keunggulan
manajemen kinerja baik pada perusahaan bisnis manufaktur good corporate governance
ataupun perusahaan
jasa, serta
lembaga pelayanan
publikpemerintahan good government governance. Pemahaman good governance merupakan wujud respek terhadap sistem
dan struktur yang baik untuk mengelola perusahaan dengan tujuan meningkatkan produktivitas usaha. Pemahaman tentang aturan organisasi good governance
harus dikuasai dengan baik oleh auditor agar dapat menentukan sikap mereka
Universitas Sumatera Utara
24 dalam melakukan tugas audit sesuai aturan yang telah ditetapkan. Aturan yang
mengacu prinsip aturan organisasi tidak hanya akan mencegah skandal tetapi juga bisa mendongkrak kinerja korporat Trisnaningsih, 2004:11.
Badjuri dan Trihapsari 2004, dalam pemerintahan yang baik atau good governance
ditandai dengan tiga pilar utama yang merupakan elemen dasar yang saling berkaitan. Ketiga elemen dasar tersebut adalah partisipasi, transparansi dan
akuntabilitas. Suatu pemerintahan yang baik harus membuka pintu yang seluas- luasnya agar semua pihak yang terkait dalam pemerintahan tersebut dapat
berperan serta atau berpartisipasi secara aktif, jalannya pemerintahan harus diselenggarakan secara transparan dan pelaksanaan pemerintahan tersebut harus
dapat dipertanggungjawabkan. Berkaitan dengan good governance, Mardiasmo Tangkilisan, 2005:114
mengemukakan bahwa orientasi pembangunan sektor publik adalah untuk menciptakan good governance, dimana pengertian dasarnya adalah pemerintahan
yang baik. Kondisi ini berupaya untuk menciptakan suatu penyelenggaraan pembangunan yang solid dan bertanggung jawab sejalan dengan prinsip
demokrasi, efesiensi, pencegahan korupsi, baik secara politik maupun administrasi.
Sedangkan World Bank mendefinisikan good governance adalah suatu penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab
yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi dana investasi, dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun
Universitas Sumatera Utara
25 administratif, menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal and political
framework bagi tumbuhnya aktivitas usaha.
2.3.2 Prinsip-prinsip Good Governance
Secara umum ada empat prinsip utama good governance, yaitu: fairness, transparency, accountability, dan responsibility.
1. Fairness kewajaran didefinisikan sebagai perlakuan yang adil dan setara di dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian serta
peraturan perundangan yang berlaku. 2. Tranparency keterbukaan informasi diartikan sebagai keterbukaan informasi,
baik dalam proses pengambilan keputusan maupun dalam mengungkapkan informasi material dan relevan mengenai perusahaan.
3. Accountability dapat dipertanggungjawabkan adalah kejelasan fungsi, struktur, sistem dan pertangungjawaban organ perusahaan sehingga pengelolaan
perusahaan terlaksana secara efektif. 4. Responsibility pertanggungjawaban adalah kesesuaian patuh di dalam
pengelolaan perusahaan terhadap prinsip korporasi yang sehat serta peraturan perundangan yang berlaku.
2.3.3 Tujuan dan Manfaat Good Governance Adapun tujuan dari Good Governance diperlukan dalam rangka:
1. Mendorong tercapainya kesinambungan perusahaan melalui pengelolaan yang didasarkan pada asas transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi
serta kesetaraan dan kewajaran.
Universitas Sumatera Utara
26 2. Mendorong pemberdayaan fungsi dan menadirian masing-masing organ
perusahaan, yaitu Dewan Komosaris, Direksi dan Rapat Umum Pemegang Saham. 3. Mendorong pemegang saham, anggota Dewan Komisaris dan anggota Direksi
agar dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakannya dilandasi oleh nilai moral yang tinggi dan kepatuahn terhadap peraturan perundang-undangan.
4. Mendorong timbulnya kesadaran dan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama di sekitar perusahaan.
5. Mengoptimalkan nilai perusahaan bagi pemegang saham dengan tetap memperhatikan pemangku kepentingan lainnya.
6. Meningkatkan daya saing perusahaan secara nasional maupun inetrnasional, sehingga meningkatkan kepercayaan pasar yang dapat mendorong arus investasi
dan pertumbuhan ekonomi nasional yang berkesinambungan.
2.4 Tingkatan Jabatan
2.4.1 Pengertian Tingkatan Jabatan
Jabatan adalah sekumpulan pekerjaan yang berisi tugas-tugas yang sama atau berhubungan satu dengan yang lain, dan yang pelaksanaannya meminta
kecakapan, pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang juga sama meskipun tersebar di berbagai tempat. Pekerjaan yang dilakukan secara tim yang terdiri
beberapa staf diketuai supervisor. Hasil kerja tim ditinjau oleh manajer, kemudian manajer bertanggungjawab terhadap seorang partner.
Universitas Sumatera Utara
27 Semakin tinggi level jabatannya, maka semakin tinggi profesionalisme.
Tingkatan jabatan yang banyak dijumpai di KAP di indonesia yaitu mengacu pada Simamora 2002 yaitu partner, manajer, senior auditor, serta junior auditor.
2.4.2 Klasifikasi Jabatan
Dalam birokrasi pemerintah dikenal jabatan karier, yakni jabatan dalam lingkungan birokrasi yang hanya dapat diduduki oleh PNS. Jabatan karier dapat
dibedakan menjadi 2, yaitu: 1.
Jabatan Struktural, yaitu jabatan yang secara tegas ada dalam struktur organisasi. Kedudukan jabatan struktural bertingkat-tingkat dari tingkat yang
terendah eselon IVb hingga yang tertinggi eselon Ia. Contoh jabatan struktural di PNS Pusat adalah: Sekretaris Jenderal, Direktur Jenderal, Kepala
Biro, dan Staf Ahli. Sedangkan contoh jabatan struktural di PNS Daerah adalah: sekretaris daerah, kepala dinasbadankantor, kepala bagian, kepala bidang, kepala
seksi, camat, sekretaris camat, lurah, dan sekretaris lurah. 2.
Jabatan Fungsional, yaitu jabatan teknis yang tidak tercantum dalam struktur organisasi, tetapi dari sudut pandang fungsinya sangat diperlukan dalam
pelaksansaan tugas-tugas pokok organisasi, misalnya: auditor Jabatan Fungsional Auditor atau JFA, guru, dosen, dokter, perawat, bidan, apoteker, peneliti,
perencana, pranata komputer, statistisi, pranata laboratorium pendidikan, dan penguji kendaraan bermotor.
Universitas Sumatera Utara
28
2.5 Akuntansi Keperilakuan
Akuntansi keperilakuan menyediakan seperangkat konsep pengukuran dan inovasi pencapaian kinerja dari seperangkat proses bisnis dan kebijakan
pengambilan keputusan. Menurut Robbins 2003, “Ketiga hal Perspektif
Berdasarkan Perilaku Manusia, yaitu psikologi, sosiologi dan psikologi sosial sekaligus menjadi kontribusi utama dari ilmu keperilakuan”. Psikologi terutama
adalah disiplin ilmu dengan kajian bagaimana cara seorang individu bertindak. Di pihak lain, sosiologi dan psikologi sosial, memusatkan perhatian pada perilaku
kelompok sosial. Penekanan keduanya adalah pada interaksi antara orang – orang,
dan bukan pada rangsangan fisik. Perilaku diterangkan dalam kaitannya dengan hubungan sosial, pengaruh sosial dan dinamika kelompok. Akuntansi
keperilakuan lebih fokus kepada hubungan antara perilaku manusia dan sistem akuntansi Ikhsan dan Ishak, 2005, dalam Menezes, 2008. Ruang lingkup
akuntansi keperilakuan terdiri dari: 1. Aplikasi dari konsep ilmu keperilakuan terhadap disain dan konstruksi sistem
akuntansi ; 2. Studi tentang reaksi manusia terhadap format dan isi laporan akuntansi;
3. Cara dengan mana informasi diproses untuk membantu dalam pengambilan keputusan ;
4. Pengembangan teknik yang dapat mengkomunikasikan perilaku parapemakai data ;
5. Pengembangan strategi untuk memotivasi dan mempengaruhi perilaku, cita- cita, serta tujuan dari orang
– orang yang menjalankan organisasi.
Universitas Sumatera Utara
29
2.6 Kinerja Auditor