Penyakit Kusta TINJAUAN PUSTAKA

2.2.4. Kejadian Infeksi

Briawan et al. 2012, dalam studinya menemukan bahwa kejadian anemia pada remaja putri yang menderita infeksi dalam satu bulan terakhir jauh lebih besar dibanding dengan remaja putri yang tidak menderita infeksi. Hasil uji Chi-Square menunjukkan ada hubungan kejadian infeksi dengan kejadian anemia. Hasil penelitian tersebut juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Tatala et al. 1998 yang menyatakan ada hubungan infeksi dengan kejadian anemia. Kehilangan besi dapat disebabkan oleh penyakit kronis seperti tuberkulosis TBC. Infeksi ini dapat menyebabkan pembentukan Hb darah terlalu lambat. Penyakit diare dan ISPA dapat mengganggu nafsu makan yang akhirnya dapat menurunkan tingkat konsumsi gizi.

2.3. Penyakit Kusta

Penyakit kusta merupakan penyakit yang sangat ditakuti oleh masyarakat karena sering kali mengakibatkan mutilasi pada anggota tubuh terutama bagian kaki. Kusta atau lepra merupakan penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae termasuk bakteri gram negatif yang tahan asam. Mycobacterium leprae sudah tidak terlalu banyak penderitanya saat ini, namun di beberapa daerah di Indonesia M leprae masih bisa ditemukan Mulyati, dkk. 2008. Kusta merupakan penyakit infeksi yang saat masih tinggi prevalensinya terutama di negara berkembang, merupakan penyakit bersifat endemk di seluruh dunia kecuali Antartika. Di Amerika hanya Kanada dan Chili yang tidak pernah Universitas Sumatera Utara ditemukan endemik dari kusta. Di bagian Selatan Eropa hanya ditemukan sedikit kasus dari kusta. Angka kejadi tertinggi kasus kusta terdapat dibagian pulau Pasifik, seperti India. India merupakan negara kedua yang memiliki angka tertinggi dari kusta Djuanda, dkk. 2008. Kasus lepra atau kusta secara mendunia menurun sekitar 90 selama kurun waktu 20 tahun ini karena adanya program kesehatan. Dari data WHO menyatakan ada 220.000 kasus pada tahun 2006. WHO memiliki target untuk menghilangkan M. leprae di dekade berikutnya, meskipun saat ini masih ada banyak penderita penyakit kusta Siregar, 2005. Kebanyakan pasien terinfeksi saat masih kecil dimana penderita tinggal bersama penderita kusta. Penderita kusta pada anak-anak baik laki-laki atau perempuan sama besarnya, namun pada orang dewasa pria lebih sering terkena kusta. Kebersihan yang kurang akan memperbesar resiko transmisi dari Mycobacterium leprae. Kusta hanya dapat ditularkan oleh penderita yang fase lepromatus leprosy Mulyati, dkk. 2008; Dacre, dkk. 2005; Djuanda, dkk. 2008. Penularan kusta masih belum diketahui secara pasti hanya berdasarkan anggapan klasik yaitu melalui kontak langsung antar kulit yang lama dan erat. Anggapan kedua adalah secara inhalasi, sebab M leprae dapat bertahan hidup didalam droplet beberapa hari. Masa tunas kusta sangat bervariasi antara 40 hari sampai 40 tahun, umumnya 3-5 tahun Mulyati, dkk. 2008. Kusta bukan merupakan penyakit keturunan. Kuman dapat ditemukan di kulit, folikel rambut, kelenjar keringat dan air susu ibu, jarang didapat dalam urin. Sputum Universitas Sumatera Utara dapat banyak mengandung M leprae yang berasal dari traktus respiratorius atas. Tempat implantasi tidak selalu menjadi tempat lesi pertama. Seperti yang dikatakan di atas penyakit kusta dapat menyerang semua umur baik anak-anak maupun dewasa. Di Indonesia penderita anak-anak di bawah umur 14 tahun, didapatkan ± 11,39 tetapi anak di bawah umur 1 tahun jarang sekali. Saat ini usaha pencatatan penderita dibawah usia 1 tahun penting dilakukan untuk di cari kemungkinan ada tidaknya kusta konginetal. Frekuensi tertinggi kusta terdapat pada orang dengan usia 25-35 tahun Mulyati, dkk. 2008. Kusta juga sering mengenai masyarakat dengan sosial ekonomi yang rendah, dari data penelitian semakin rendah sosial ekonominya maka akan semakin berat penyakitnya, sebaliknya semakin tinggi keadaan sosial ekonomi masyarakat makan akan semakin membantu penyembuhan. Selain itu dari penelitian ada perbedaan reaksi infeksi M leprae yang mengakibatkan gambaran klinis diberbagai suku bangsa. Hal ini diduga disebabkan faktor genetik yang berbeda Mulyati, dkk. 2008. Kusta merupakan penyakit yang menyeramkan dan ditakuti oleh karena dapat terjadi ulserasi, mutilasi dan deformitas. Penderita kusta bukan menderita karena penyakitnya saja, tetapi juga karena dikucilkan dari masyarakat disekitarnya. Hal ini akibat kerusakan saraf besar yang ireversibel di wajah dan ekstremitas, motorik dan sensorik, serta dengan adanya anestetik disertai paralisis dan atrofi otot Mulyati, dkk. 2008. Universitas Sumatera Utara

2.4. Distribusi Penderita Kusta Berdasarkan Faktor Manusia