Studi di Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan memperlihatkan hasil yang sama dengan penelitian Ojofeitimi 2008 di Nigeria yang menunjukkan bahwa 68 ibu
hamil mempunyai asupan vitamin C yang tidak cukup kurang dari 80 RDA. Dimana Ojofeitimi dalam studi tersebut tidak menilai dampak vitamin C terhadap
kadar hemoglobin ibu hamil. Menurut Rolfes 1997, konsumsi buah sebagai sumber vitamin C dapat
membantu meningkatkan penyerapan zat besi. Akan tetapi jika asupan vitamin C rendah, dapat memberikan implikasi terhadap kadar hemoglobin. Demikian juga
dengan Lutz Przytulski 2006, menyebutkan bahwa vitamin C merupakan zat yang dapat meningkatkan penyerapan zat besi dalam tubuh. Lutz Przytulski 2006,
dalam studinya membuktikan bahwa konsumsi makanan sumber non hem dengan suplementasi vitamin C dapat meningkatkan kadar hemoglobin.
5.3. Kebiasaan Mengkonsumsi Teh atau Kopi dan Kejadian Anemia
Sebanyak 14 yang memiliki kebiasaan konsumsi teh atau kopi setiap hari dan tidak mengalami anemia. Sedangkan yang mengkonsumsi teh atau kopi tidak
setiap hari dan tidak mengalami anemia ada sebanyak 32,7. Hasil analisis menggunakan uji Chi-Square diperoleh p-value sebesar 0,019 p-value
≤ 0.05, yang berarti bahwa kebiasaan konsumsi teh atau kopi berpengaruh signifikan terhadap
kejadian anemia pada eks penderita kusta. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan Besral dan Sahar 2007, ada
pengaruh yang signifikan antara kebiasaan minum teh terhadap kejadian anemia pada
Universitas Sumatera Utara
usila. Anemia kekurangan zat besi pada anak-anak di Arab Saudi dan di Inggris juga dilaporkan berhubungan dengan kebiasaan minum teh Gibson, 1999. Dilaporkan
juga bahwa dampak dari interaksi teh dengan zat besi ini bergantung pada status konsumsi zat besi dan karakteristik individu.
Penelitian ini membuktikan bahwa selain asupan lauk dan pauk yang kurang, faktor lain yang berperan dalam kejadian anemia pada eks penderita kusta adalah
perilaku minum teh atau kopi setiap hari. Walaupun telah banyak penelitian yang membuktikan beragam manfaat dari minum teh atau kopi, namun cara konsumsi teh
atau kopi yang tidak tepat akan menimbulkan dampak negatif, terutama terjadinya anemia. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain karena teh dan kopi
mengandung tanin yang dapat mengikat mineral termasuk zat besi dan pada sebagian teh terutama teh hitam senyawa polifenol yang berperan sebagai
antioksidan ternyata telah mengalami oksidasi, sehingga dapat mengikat mineral seperti Fe, Zn, dan Ca sehingga penyerapan zat besi berkurang. Hurrell RF, et al
1999, melaporkan bahwa teh hitam dapat menghambat penyerapan zat besi non- heme sebesar 79-94 jika dikonsumsi bersama-sama.
5.4. Penyakit Infeksi dan Kejadian Anemia
Sebanyak 14,8 yang tidak memiliki penyakit infeksi dan tidak mengalami anemia. Sedangkan yang memiliki penyakit infeksi dan tidak mengalami anemia
sebanyak 33,3. Hasil analisis menggunakan uji Chi-Square diperoleh p-value sebesar 0,020 p-value
≤ 0.05, yang berarti bahwa penyakit infeksi berpengaruh
Universitas Sumatera Utara
signifikan terhadap kejadian anemia pada eks penderita kusta. Hasil wawancara diketahui bahwa dari 61 eks penderita kusta yang memiliki penyakit infeksi dalam
satu bulan terakhir, diperoleh ISPA sebesar 73,8, diare 18,0, dan yang menderita ISPA dan diare sebesar 8,2.
Tingginya penyakit ISPA dan diare pada eks penderita kusta dapat disebabkan kondisi lingkungan dan kebersihan diri yang buruk. Berdasarkan hasil observasi
diketahui bahwa kondisi lingkungan pemondokan kumuh, bangunannya berukuran kecil yang terbuat dari papan, dan ada sebagian kecil sudah direnovasi menjadi
bangunan setengah beton. Lingkungan sekitar kurang bersih, dapat terlihat dari saluran drainase tidak ada, dan kondisi di dalam rumah kotor. Selain itu, kebersihan
diri eks penderita kusta sangat kurang, karena pada umumnya mereka mandi sekali dalam dua hari. Sehingga dengan kondisi tersebut dapat meningkatkan risiko
terjadinya ISPA dan diare. Briawan et al. 2012, dalam studinya menemukan bahwa kejadian anemia
pada remaja putri yang menderita infeksi dalam satu bulan terakhir jauh lebih besar dibanding dengan remaja putri yang tidak menderita infeksi. Hasil uji Chi-Square
menunjukkan ada hubungan kejadian infeksi dengan kejadian anemia. Hasil penelitian tersebut juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Tatala et al.
1998 yang menyatakan ada hubungan infeksi dengan kejadian anemia. Kehilangan besi dapat disebabkan oleh penyakit kronis seperti tuberkulosis TBC. Infeksi ini
dapat menyebabkan pembentukan Hb darah terlalu lambat. Penyakit diare dan ISPA
Universitas Sumatera Utara
dapat mengganggu nafsu makan yang akhirnya dapat menurunkan tingkat konsumsi gizi.
5.5. Faktor Dominan yang Memengaruhi Kejadian Anemia