Keaslian Penelitian Kerangka Teori dan Konsepsi

D. Manfaat Penelitian

Dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat membawa manfaat sebagai berikut : 1. Secara teoritis penelitian ini dapat memberikan manfaat dalam bentuk sumbang saran untuk perkembangan ilmu hukum pada umumnya dan untuk bidang Hukum Perdata pada khususnya yang berhubungan dengan Prinsip Transparansi dalam Kepailitan terhadap Pengurusan dan Pemberesan Harta Pailit Oleh Balai Harta Peninggalan di Kota Medan. 2. Secara prakteknya sangat bermanfaat dan membantu bagi semua pihak, baik itu Kurator Pemerintah maupun Kurator swasta di Kota Medan dan masyarakat yang melakukan Pengurusan dan Pemberesan Harta Pailit di Kota Medan.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan informasi yang ada dan dari penelusuran yang dilakukan di Kepustakaan Universitas Sumatera Utara dan Kepustakaan Sekolah Pascasarjana, maka penelitian dengan judul “Prinsip Transparansi Dalam Pengurusan Dan Pemberesan Harta Pailit Oleh Balai Harta Peninggalan di Kota Medan” belum pernah ada yang melakukan penelitian sebelumnya. Dengan demikian, maka penelitian ini dapat dijamin keasliannya dan dapat dipertanggung-jawabkan dari segi isinya.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi

1. Kerangka Teori Transparansi merupakan salah satu prinsip yang banyak dituntut penerapannya di semua bidang, sehingga kewajiban melakukan transparansi lebih dituntut dan Sarifani Simanjuntak : Prinsip Transparansi Dalam Pengurusan Dan Pemberesan Harta Pailit Oleh Balai Harta Peninggalan Di Kota Medan, 2009 diwajibkan oleh pemerintah dan dunia usaha. Hal tersebut selalu terkait dengan good governance atau kepemerintahan yang baik. Menurut Mardiasmo, United Nations Development Program selanjutnya disebut UNDP memberikan beberapa karekteristik dalam pelaksanaan good governance, yang meliputi antara lain 15 : a. Participation , yaitu keterlibatan masyarakat dalam pembuatan keputusan baik secara langsung maupun tidak langsung melalui lembaga perwakilan yang dapat menyalurkan aspirasinya. Partisipasi tersebut dibangun atas dasar kebebasan berasosiasi dan berbicara serta berpartisipasi secara konstruktif. b. Rule of law , yaitu kerangka hukum yang adil dan dilaksanakan tanpa pandang bulu. c. Transparency , yaitu transparansi dibangun atas dasar kebebasan memperoleh informasi. Informasi yang berkaitan dengan kepentingan publik secara langsung dapat diperoleh oleh mereka yang membutuhkannya. d. Responsiveness , yaitu lembaga-lembaga publik harus cepat dan tanggap dalam melayani stakeholder 16 . e. Consensus orientation , yaitu berorientasi pada kepentingan masyarakat yang lebih luas. f. Equity , yaitu setiap masyarakat memiliki kesempatan yang sama memperoleh kesejahteraan dan keadilan. g. Efficiency and Effectiveness , yaitu pengelolaan sumber daya publik dilakukan secara berdaya guna efisien dan berhasil guna efektif. h. Accountability , yaitu pertanggung-jawaban kepada publik atas setiap aktifitas yang dilakukan. i. Strategic vision , yaitu penyelenggaraan pemerintahan dan masyarakat harus memiliki visi jauh ke depan. Transparansi penyelenggaraan pemerintahan saat ini sudah menjadi kebutuhan yang tidak dapat diabaikan lagi. Melalui transparansi atau keterbukaan, masyarakat tidak hanya mengetahui kegiatan yang dilakukan pihak-pihak tertentu, karena 15 Madiasmo, Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah Yogyakarta : Andi, 2004, hal. 24. 16 Stakeholder adalah pihak PemerintahNegara, Swasta dan Masyarakat, baca buku Sedarmayanti, Good Governance : Kepemerintahan Yang Baik Bandung : Mandar Maju, 2004, hal. 4. Sarifani Simanjuntak : Prinsip Transparansi Dalam Pengurusan Dan Pemberesan Harta Pailit Oleh Balai Harta Peninggalan Di Kota Medan, 2009 memang telah tersedia informasi untuk mengetahuinya, tetapi dengan keterbukaan diharapkan akan terjadi kontrol publik terhadap kegiatan-kegiatan tertentu. 17 Sasaran penyelenggaraan pemerintahan dewasa ini seharusnya adalah kepercayaan yang diperintah terhadap pemerintah sebagai output. Maksudnya di sini adalah yang diperintah percaya kepada pemerintah karena bukti bukan janji. Kepercayaan tersebut timbul karena pemerintah mampu dan mau untuk memenuhi janji yang telah disampaikan. Kemampuan untuk menjawab atau memenuhi janji atau commitment kepada orang lain atau diri sendiri tersebut adalah tanggung jawab responsibility . Jadi pemerintah yang bertanggung jawab adalah pemerintah yang mampu menjawab atau memenuhi janji kepada warganya. Untuk mewujudkan pertanggung jawaban pemerintah terhadap warganya salah satu cara dilakukan dengan menggunakan prinsip transparansi keterbukaan. Melalui transparansi penyelenggaraan pemerintahan, masyarakat diberikan kesempatan untuk mengetahui kebijakan yang akan dan telah diambil oleh pemerintah. Juga melalui transparansi penyelenggaraan pemerintahan tersebut, masyarakat dapat memberikan feedback atau outcomes terhadap kebijakan yang telah 17 The International Bank for Construction and DvelopmentWorld Bank, Doing Business in 2005: Removing obstacles to Growth, The World Bank, the International Finance Corporation and Oxford University Press : 2005 hal 51. Sarifani Simanjuntak : Prinsip Transparansi Dalam Pengurusan Dan Pemberesan Harta Pailit Oleh Balai Harta Peninggalan Di Kota Medan, 2009 diambil oleh pemerintah. Makna dari transparansi dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah dapat dilihat dalam dua hal yaitu 18 : a. Salah satu wujud pertanggung jawaban pemerintah kepada rakyat. b. Upaya peningkatan manajemen pengelolaan dan penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan mengurangi kesempatan praktek kolusi, korupsi dan nepotisme KKN. Selain daripara good governance ada juga istilah lain yang hampir sama yaitu good corporate governance atau pengelolaan perusahaan yang baik menurut Karhi Nisjar S, yang memuat prinsip-prinsip antara lain 19 : a. Transparansi, yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materil dan relevan mengenai perusahaan. b. Kemandirian, yaitu suatu keadaan dimana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan dipengaruhi tekanan dan pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip- prinsip korporasi yang sehat. c. Akuntabilitas, yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggung-jawaban organisasi sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif. d. Pertanggung-jawaban, yaitu kesesuaian dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. e. Kewajaran fairness, yaitu keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang- undangan yang berlaku. Sementara itu, dalam Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor : XIMPR1998 Tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas Korupsi, 18 http:www.apkasi.or.idmodules.php?name=Newsfile=articlesid=97 . Diakses tanggal 4 Maret 2009, Jam 15 .00 WIB. 19 Karhi Nisjar S, Beberapa Catatan Tentang Good Governance Jakarta : Himpunan Sarjana Administrasi Indonesia, 1997, hal. 123. Sarifani Simanjuntak : Prinsip Transparansi Dalam Pengurusan Dan Pemberesan Harta Pailit Oleh Balai Harta Peninggalan Di Kota Medan, 2009 Kolusi dan Nepotisme selanjutnya disebut TAP MPR No. XIMPR1998, yang kemudian ditindak lanjuti dengan keluarnya Undang-Undang No. 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme selanjutnya disebut UU No. 28 Tahun 1999 yang menyatakan bahwa Asas-Asas Umum Pemerintahan Yang Baik terdiri dari 20 : a. Asas Kepastian Hukum. b. Asas Tertib Penyelenggaraan Negara. c. Asas Kepentingan Umum. d. Asas Keterbukaan. e. Asas Proporsionalitas. f. Asas Profesionalitas. g. Asas Akuntabilitas. Sebagaimana yang telah disebutkan di atas tentang beberapa karakteristik dari good governance dan beberapa prinsip dari good corporate governance serta asas- asas dalam UU No. 28 Tahun 1999, maka transparansi merupakan hal yang harus dilakukan dalam segenap aspek kehidupan baik itu di pemerintahan, swasta dan masyarakat atau yang disebut stakeholder. Oleh karena itu, maka dapat dikatakan bahwa transparansi tersebut dapat dijadikan sebagai suatu prinsip atau asas dalam suatu tindakan tertentu oleh semua pihak. 20 Penjelas Pasal 3 Undang-Undang No. 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme . Sarifani Simanjuntak : Prinsip Transparansi Dalam Pengurusan Dan Pemberesan Harta Pailit Oleh Balai Harta Peninggalan Di Kota Medan, 2009 Selain itu, Prinsip Transparansi atau Prinsip Keterbukaan banyak diatur di dalam Hukum Pasar Modal dari pada Hukum Kepailitan. Menurut Bismar Nasution, ketentuan-ketentuan yang ada dalam Hukum Pasar Modal sangat banyak mengatur tentang kewajiban Keterbukaan mandatory disclosure bagi emiten atau perusahaan publik. 21 Oleh karena itu fokus utama dari Hukum Pasar Modal adalah Prinsip Keterbukaan disclosure principle, maka dari itu perannya membuat investor atau pemegang saham dan pelaku-pelaku bursa mempunyai informasi yang cukup dan akurat untuk mengambil suatu keputusan dalam berinvestasi. 22 Berdasarkan Pasal 1 angka 25 Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal selanjutnya disebut UUPM yang menyebutkan bahwa, Prinsip keterbukaan adalah pedoman umum yang mensyaratkan emiten, perusahaan publik dan pihak lain yang tunduk dengan undang-undang ini untuk menginformasikan kepada masyarakat dalam waktu yang tepat seluruh informasi material mengenai usahanya atau efeknya yang dapat berpengaruh terhadap keputusan pemodal terhadap efek dimaksud dan atau harga efek tersebut. Tujuan Prinsip Keterbukaan di Pasar Modal adalah untuk menciptakan mekanisme pasar yang efisien, karena dengan diterapkannya kewajiban keterbukaan dapat menghidarkan atau meminimalkan kejadian yang dapat menimbulkan akibat buruk bagi para investor publik sebab dalam pelaksanaan atas kewajiban keterbukaan tersebut membuat para investor dapat memperoleh akses informasi atau fakta material dari para emiten dan perusahaan publik. 23 Melalui keterbukaan, akan memberikan 21 Bismar Nasution, Diktat Hukum Pasar Modal Medan : Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2003, hal. 2. 22 Ibid. 23 Ibid, hal. 2. Sarifani Simanjuntak : Prinsip Transparansi Dalam Pengurusan Dan Pemberesan Harta Pailit Oleh Balai Harta Peninggalan Di Kota Medan, 2009 kemudahan bagi investor untuk mengetahui calon mitra usahanya, sehingga akan mempermudah bekerjasama. 24 Selain daripada keterbukaan yang ada di Pasar Modal sebagaimana yang telah disebutkan di atas, maka mengenai keterbukaan juga ada disebutkan di dalam undang-undang lain seperti menurut Pasal 3 ayat 1 huruf b Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal yang menyebutkan bahwa, “Asas Keterbukaan adalah asas yang terbuka terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur dan tidak diskriminatif tentang kegiatan Penanaman Modal”. Menurut Salim, H.S, berdasarkan Pasal 2 Undang-Undang No. 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi selanjutnya disebut UUJK telah diatur asas-asas hukum dalam penyelenggaraan kontrak konstruksi dan salah satu asasnya adalah Asas Keterbukaan yaitu : Ketersediaan informasi yang dapat diakses sehingga memberikan peluang bagi para pihak untuk terwujudnya transparansi dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi. Hal ini memungkinkan para pihak dapat melaksanakan kewajiban secara optimal dan kepastian memperoleh haknya serta memungkinkan adanya koreksi sehingga dapat dihindarinya berbagai kekurangan dan penyimpangan. Setelah mengetahui beberapa hal tentang transparansi di Pasar Modal, Undang- Undang No. 28 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi dan penerapan Prinsip Transparansi dalam good governance dan good corporate governance, maka dapat diambil beberapa kriteria atau kategori transparasi yaitu : 24 Hamud Balfast, Hukum Pasar Modal Indonesia Jakarta : PT. Tatanusa, 2006 hal 162. Sarifani Simanjuntak : Prinsip Transparansi Dalam Pengurusan Dan Pemberesan Harta Pailit Oleh Balai Harta Peninggalan Di Kota Medan, 2009 a. Aktivitas atau perbuatan tersebut harus dilakukan sesuai dengan prosedur yang berlaku dan sistematis. b. Hasil dari perbuatan tersebut harus dapat dipercaya dan dipublikasikan atau diinformasikan ke semua pihak yang terlibat atau yang tidak terlibat dalam aktifitas atau perbuatan tersebut sehingga tidak ada pihak-pihak yang dapat dirugikan. c. Mudah diakses atau dilihat oleh publik atau masyarakat dan tanpa dipungut atau diminta biaya apapun dari pihak manapun. Transparansi informasi tidak bersifat absolut, karena tetap ada pembatasan- pembatasan mengenai informasi apa saja yang dapat diberikan. Pemberian informasi yang berlebihan akan menyebabkan timbulnya kerugian bagi perusahaan. Pembatasan akan dikaitkan pada 2 hal yaitu siapa yang berhak mengakses informasi dan jenis informasi apa yang dapat dikeluarkan. 25 Selain kepentingan pemegang saham atau investor, prinsip keterbukaan penting terhadap kreditor perusahaan. Hal ini terkait dengan filosofi dasar kepentingan kreditor yaitu bahwa kepentingan utama kreditor adalah mendapatkan keuntungan maksimal dan menekan seminimal mungkin risiko kegagalan pengembalian pinjaman. Kepentingan kreditor yang harus dipenuhi mencakup : 26 1. persamaan kedudukan kreditor dalam memperoleh pembayaran kembali atas pinjaman yang telah diberikan. 25 Indra Surya dan Ivan Yustiavanda, OpCit, hal 76. 26 Ibid, hal 85 Sarifani Simanjuntak : Prinsip Transparansi Dalam Pengurusan Dan Pemberesan Harta Pailit Oleh Balai Harta Peninggalan Di Kota Medan, 2009 2. pemberian informasi material perusahaan yang berkaitan dengan bahan pertimbangan kreditor dalam memberikan pinjaman dana. 3. analisis terhadap kinerja perusahaan untuk menentukan prospek perusahaan tersebut di masa depan. 4. pengawasan terhadap ketaatan perusahaan debitor terhadap hukum yang berlaku di negara asal atau tempat berdomisili debitor. 5. khusus bagi dunia perbankan, kepentingan itu harus pula disesuaikan dengan prinsip prudential banking dan prinsip know your customer , yang bertujuan untuk melindungi kepentingan nasabah dan juga kepentingan bank. Hukum kepailitan menganut prinsip keterbukaan yang termuat dalam pasal-pasal yang mengatur sejak pendaftaran permohonan pernyataan pailit, pengumuman putusan pailit, pengurusan dan pemberesan harta pailit sampai pada proses memperoleh rehabilitasi yang berupa pemulihan nama baik debitor pailit setelah kepailitan berakhir.

2. Kerangka Konsepsi