Kerangka Konsepsi Prinsip Transparansi Dalam Pengurusan Dan Pemberesan Harta Pailit Oleh Balai Harta Peninggalan Di Kota Medan

2. pemberian informasi material perusahaan yang berkaitan dengan bahan pertimbangan kreditor dalam memberikan pinjaman dana. 3. analisis terhadap kinerja perusahaan untuk menentukan prospek perusahaan tersebut di masa depan. 4. pengawasan terhadap ketaatan perusahaan debitor terhadap hukum yang berlaku di negara asal atau tempat berdomisili debitor. 5. khusus bagi dunia perbankan, kepentingan itu harus pula disesuaikan dengan prinsip prudential banking dan prinsip know your customer , yang bertujuan untuk melindungi kepentingan nasabah dan juga kepentingan bank. Hukum kepailitan menganut prinsip keterbukaan yang termuat dalam pasal-pasal yang mengatur sejak pendaftaran permohonan pernyataan pailit, pengumuman putusan pailit, pengurusan dan pemberesan harta pailit sampai pada proses memperoleh rehabilitasi yang berupa pemulihan nama baik debitor pailit setelah kepailitan berakhir.

2. Kerangka Konsepsi

a. Kurator adalah Balai Harta Peninggalan dan orang perorangan yang berdomisili di Indonesia yang memiliki keahlian khusus yang dibutuhkan dalam rangka mengurus dan atau membereskan harta pailit, serta terdaftar pada Kementerian Sarifani Simanjuntak : Prinsip Transparansi Dalam Pengurusan Dan Pemberesan Harta Pailit Oleh Balai Harta Peninggalan Di Kota Medan, 2009 yang lingkup tugas dan tanggung-jawabnya di bidang hukum dan peraturan perundang-undangan. 27 b. Kepailitan adalah sita umum atas semua harta kekayaan Debitor Pailit yang pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh Kurator di bawah pengawasan Hakim Pengawas sebagaimana diatur dalam undang-undang. 28 c. Hakim Pengawas adalah Hakim yang ditunjuk oleh Pengadilan dalam Putusan pailit atau Putusan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. 29 d. Pengadilan Niaga adalah Pengadilan dalam lingkup peradilan umum yang mengeluarkan Putusan Pailit dan Putusan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. 30 e. Prinsip Transparansi adalah pemberian informasi yang benar, jujur dan tidak diskriminatif kepada masyarakat atau pihak-pihak yang terkait dalam Kepailitan dengan pailitnya debitor atau perusahaan seperti pihak kreditor atau pihak ketiga, sehingga pihak-pihak terkait tersebut tidak dapat dirugikan dari sejak awal adanya pernyataan putusan pailit yang dikeluarkan oleh Pengadilan Niaga sampai pada proses pengurusan dan pemberesan harta pailit. 31 27 Pasal 70 Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang . 28 Pasal 1angka 1 Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang . 29 Pasal 1 angka 8 Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang . 30 Pasal 1 angka 7 Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang . 31 diambil dari beberapa perumusan pengertian Prinsip Transparansi berdasarkan Pasal 1 angka 25 Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, pengertian Asas Keterbukaan berdasarkan Pasal 3 ayat 1 huruf b Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Sarifani Simanjuntak : Prinsip Transparansi Dalam Pengurusan Dan Pemberesan Harta Pailit Oleh Balai Harta Peninggalan Di Kota Medan, 2009 f. Pengurusan adalah mengumumkan ihwal kepailitan, melakukan penyegelan harta pailit, pencatatanpendaftaran harta pailit, melanjutkan usaha debitor, membuka surat-surat dan telegram debitor pailit, mengalihkan harta pailit, melakukan penyimpanan harta pailit, mengadakan perdamaian guna mengakhiri suatu perkara yang sedang berjalan atau mencegah timbulnya suatu perkara, melakukan pemanggilan kepada kreditor, mendaftarkan tagihan para kreditor, menghadiri rapat pencocokan piutang, dan memberitahukan hasil rapat pencocokan piutang kepada kreditor. 32 g. Pemberesan adalah penguangan aktiva untuk membayar atau melunasi utang. 33 h. Harta Pailit adalah segala kekayaan yang dimiliki debitor dalam bentuk benda bergerak maupun benda tetap yang merupakan obyek dari tugas kurator. 34 G. Metode Penelitian 1. Spesifikasi Penelitian Penelitian adalah usaha atau pekerjaan untuk mencari kembali yang dilakukan dengan suatu metode tertentu dengan cara hati-hati, sistematis serta sempurna dan pengertian Asas Keterbukaan berdasarkan 2 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Jasa Konstruksi. 32 Bismar Nasution dan Sunarmi, “Diktat : Hukum Kepailitan di Indonesia” Medan : Program Magister Kenotariatan, Universitas Sumatera Utara, 2007, hal. 82-85. 33 Penjelasan Pasal 16 ayat 1 Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang . 34 Pasal 69 ayat 1 Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang . Sarifani Simanjuntak : Prinsip Transparansi Dalam Pengurusan Dan Pemberesan Harta Pailit Oleh Balai Harta Peninggalan Di Kota Medan, 2009 terhadap permasalahan, sehingga dapat digunakan untuk menyelesaikan atau menjawab problemnya. 35 Penelitian hukum pada dasarnya merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisisnya, kecuali itu maka juga diadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta hukum tersebut untuk kemudian yang ditimbulkan di dalam gejala yang bersangkutan. 36 Untuk keberhasilan suatu penelitian yang baik dalam memberikan gambaran dan jawaban terhadap permasalahan yang diangkat, tujuan serta manfaat penelitian sangat ditentukan oleh metode yang dipergunakan dalam penelitian. Dilihat dari sifatnya, penelitian ini bersifat deskriptif analitis, yaitu menggambarkan semua gejala dan fakta serta menganalisa permasalahan yang ada sekarang 37 , berkaitan dengan Prinsip Transparansi dalam Pengurusan dan Pemberesan Harta Pailit oleh Balai Harta Peninggalan di Kota Medan. Dilihat dari pendekatannya, maka penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis empiris, yang didasarkan pada pertimbangan bahwa, penelitian ini bertitik tolak dari permasalahan dengan melihat kenyataan yang terjadi di lapangan dan mengkaitkannya dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Selain pendekatan yuridis empiris, penelitian ini juga didukung dengan menggunakan pendekatan yuridis normatif yaitu pendekatan dengan melakukan pengkajian dan analisa terhadap masalah Prinsip Transparansi dalam Pengurusan dan Pemberesan 35 Joko P. Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori Dan Praktek Jakarta : Rineka Cipta, 1997, hal. 2. 36 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum Jakarta: UI Press, 1981, hal. 43. 37 Winarno Surakhmad, Dasar Dan Teknik Research Bandung: Tarsito, 1978, hal. 132. Sarifani Simanjuntak : Prinsip Transparansi Dalam Pengurusan Dan Pemberesan Harta Pailit Oleh Balai Harta Peninggalan Di Kota Medan, 2009 Harta Pailit oleh Balai Harta Peninggalan di Kota Medan, yang ditinjau dari Undang- Undang No. 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.

2. Lokasi Penelitian