yang tidak ada kuasanya dan kepailitan dalam wilayah kerja yang ditetapkan dimana wilayah kerja seksi-seksi ditentukan oleh Ketua Balai Harta Peninggalan.
53
Sementara untuk para Anggota Teknis Hukum mempunyai tugas untuk secara kolegial melaksanakan segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan tugas
Balai Harta Peninggalan.
2. Tugas-Tugas Balai Harta Peninggalan Sebagai Kurator
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia tanggal 19 Juni 1980 No. M.01.Pr.07.01-80 Tahun 1980 Tentang Organisasi dan Tata Kerja
Balai Harta Peninggalan yang menyatakan tentang Tugas dan Fungsi Balai Harta Peninggalan, maka ada 4 empat hal pokok yang menjadi tugas dari Balai Harta
Peninggalan tersebut yang sebagaimana telah diutarakan sebelumnya yang sesuai dengan pasal-pasal yang terdapat dalam KUHPerdata dan Instruksi Balai Harta
Peninggalan dan dapat diperinci tugas-tugasnya, antara lain : a.
Balai Harta Peninggalan selaku wali pengawas atau wali sementara.
54
b. Masalah pengampuan diatur dalam Pasal 433 KUHPerdata. Dalam pasal tersebut
yang diletakkan di bawah pengampuan onder curatele gesteld, yaitu orang- orang dewasa atau sudah cukup umur menurut KUHPerdata.
55
c. Pembukuan dan pendaftaran Surat Wasiat hal ini sesuai dengan Pasal 41 dan
Pasal 42 O.V jo Pasal 937 dan Pasal 942 KUHPerdata.
53
Ibid., hal. 7.
54
Komar Andasasmita, Notaris II Bandung : Sumur, 1983, hal. 135-136.
55
Ibid., hal. 136-137.
Sarifani Simanjuntak : Prinsip Transparansi Dalam Pengurusan Dan Pemberesan Harta Pailit Oleh Balai Harta Peninggalan Di Kota Medan, 2009
d. Kurator dalam Kepailitan hal ini diatur dalam Pasal 70 Undang-Undang No. 37
Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang atau disingkat UUK dan PKPU
Tugas Balai Harta Peninggalan yang akan dibahas dalam tulisan ini terbatas hanya satu tugas saja yaitu tugas Balai Harta Peninggalan sebagai Kurator
pemerintah. Kurator merupakan lembaga yang sangat penting keberadaannya dalam
kepailitan. Dalam Kepailitan, Kurator adalah orang yang memiliki keahlian khusus untuk mengurus danatau membereskan harta pailit dengan tujuan untuk melakukan
pembagian harta kekayaan debitor kepada para kreditornya dengan prosedur serta tata cara tertentu.
56
Vollmar menyatakan bahwa “De kurator is belast, aldus de wet, met het beheer en de vereffening van de failliete boedel”
kurator adalah bertugas, menurut Undang-undang, mengurus dan membereskan harta pailit.
57
Pengangkatan kurator dimuat dalam putusan pailit. Pasal 15 UUK dan PKPU menegaskan bahwa :
a. Dalam putusan pernyataan pailit, harus diangkat kurator dan seorang hakim
pengawas yang ditunjuk dari hakim pengadilan;
56
Yuhelson, Tugas Dan Kewenangan Kurator Dalam Proses Kepailitan, Jakarta : Departemen Hukum dan HAM RI, 2006, hal. 2
57
Dikutip dalam Hadi Shubhan, Hukum Kepailitan, Prinsip, Norma dan Praktik di Peradilan, Jakarta : Prenada Media Group, 2008 hal 108.
Sarifani Simanjuntak : Prinsip Transparansi Dalam Pengurusan Dan Pemberesan Harta Pailit Oleh Balai Harta Peninggalan Di Kota Medan, 2009
b. Dalam hal debitor, kreditor dan atau pihak yang berwenang mengajuka
permohonan pernyataan pailit tidak mengajukan usul pengangkatan kurator kepada pengadilan, maka BHP diangkat selaku kurator.
Pasal 70 ayat 1 UUK dan PKPU menyatakan bahwa, “Kurator sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 69 adalah Balai Harta Peninggalan atau Kurator lainnya”.
Selanjutnya Pasal 70 Ayat 2 menyebutkan bahwa yang dapat menjadi kurator lainnya adalah :
a. Orang perseorangan yang berdomisil di Indonesia, yang memiliki keahlian khusus
yang dibutuhkan dalam rangka mengurus danatau membereskan harta pailit; dan b.
Terdaftar pada kementrian yang lingkup tugas dan tanggung jwabnya di bidang hukum dan peraturan perundang-undangan.
Pasal 69 UUK dan PKPU secara tegas menyebutkan bahwa tugas kurator adalah melakukan pengurusan danatau pemberesan harta pailit. Tugas pengurusan dan
pemberesan harta atas harta pailit dilakukan sejak tanggal putusan pailit diucapkan meskipun terhadap putusan itu diajukan Kasasi atau peninjauan kembali.
58
Penjelasan Pasal 16 ayat 1 UUK dan PKPU menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan “pemberesan” adalah penguangan aktiva untuk membayar atau
melunasi utang. Dengan ditunjuknya kurator sebagai pihak yang melakukan pengurusan dan pemberesan harta pailit, maka untuk itu perlu diketahui tugas dan
wewenang dari kurator tersebut sesuai dengan UUK dan PKPU.
58
Pasal 16 ayat 1 UU No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU.
Sarifani Simanjuntak : Prinsip Transparansi Dalam Pengurusan Dan Pemberesan Harta Pailit Oleh Balai Harta Peninggalan Di Kota Medan, 2009
Tugas-tugas Kurator dalam rangka pengurusan dan pemberesan harta pailit, antara lain :
a. Memuat pengumuman dalam Surat Kabar dan Berita Negara Republik
Indonesia.
59
b. Mengamankan harta pailit.
60
c. Mengadakan rapat-rapat Kreditor seperti : Rapat kreditor
d. , Rapat Verifikasi, Rapat Pembahasan Perdamaian dan Rapat-Rapat lain yang
dibutuhkan dalam proses kepailitan. e.
Menghadapi segala tuntutan terhadap harta pailit.
61
f. Menerima pendaftaran tagihan dari para kreditor.
62
g. Menyusun daftar kreditor.
63
h. Melakukan sidang perselisihan apabila terdapat perselisihan mengenai status dan
jumlah tagihan kreditor.
64
i. Menyusun daftar Inventaris harta pailit.
65
59
Pasal 15 ayat 4 Undang-Undang No.37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
.
60
Pasal 98 dan Pasal 99 Undang-Undang No.37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
.
61
Pasal 26 Undang-Undang No.37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
.
62
Pasal 27 Undang-Undang No.37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
.
63
Pasal 117 Undang-Undang No.37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
.
64
Pasal 127 Undang-Undang No.37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
.
65
Pasal 100 Undang-Undang No.37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
.
Sarifani Simanjuntak : Prinsip Transparansi Dalam Pengurusan Dan Pemberesan Harta Pailit Oleh Balai Harta Peninggalan Di Kota Medan, 2009
j. Melakukan Rapat pembahasan rencana perdamaian, apabila debitor pailit
mengajukan rencana perdamaian.
66
k. Membuat Laporan kepada Hakim Pengawas.
67
l. Melakukan pengakhiran Kepailitan dan Rehabilitasi
68
yaitu berakhir karena Pasal 166, Pasal 202 dan Pasal 207 UUK dan PKPU.
Sementara itu, untuk Kewenangan Kurator dalam proses Kepailitan antara lain, yaitu :
a. Melanjutkan kegiatan usaha atau operasional debitor pailit, apabila dipandang
menguntungkan dan memaksimalkan budel pailit.
69
b. Melakukan Pencocokan atau verifikasi terhadap utang-piutang.
70
c. Mewakili debitor pailit baik di dalam maupun di luar Pengadilan.
71
d. Melakukan peminjaman dana, apabila diperlukan, yaitu semata-mata dalam
rangka meningkatkan harta pailit.
72
66
Pasal 146-Pasal 148 Undang-Undang No.37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
.
67
Pasal 74 Undang-Undang No.37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
.
68
Pasal 115-Pasal 221 Undang-Undang No.37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
.
69
Pasal 104 Undang-Undang No.37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
.
70
Pasal 113-Pasal 116 Undang-Undang No.37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
.
71
Pasal 69 Undang-Undang No.37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
.
72
Pasal 69 ayat 2 huruf b Undang-Undang No.37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
.
Sarifani Simanjuntak : Prinsip Transparansi Dalam Pengurusan Dan Pemberesan Harta Pailit Oleh Balai Harta Peninggalan Di Kota Medan, 2009
e. Menjual budel pailit semata-mata untuk mempertahankan dan membayar biaya-
biaya Kepailitan. Kurator mempunyai hak untuk menjual asset sebelum diadakan rapat para kreditor.
73
f. Meminta kepada Pengadilan untuk menahan debitor yang tidak kooperatif.
74
g. Melakukan penjualan danatau pelelangan atas asset debitor pailit.
75
h. Membagikan hasil penjualan asset kepada para kreditor.
76
Dalam melaksanakan tugas pengurusan dan pemberesan harta pailit, kurator melaksanakan prinsip transparansi. Prinsip transparansi ini dilaksanakan kurator
dengan tujuan agar debitor, kreditor dan para pihak yang berkepentingan dapat mengetahui setiap proses yang dilalui dan tidak merugikan kepentingan para pihak.
Pengaturan Prinsip Transparansi dalam pengurusan dan pemberesan harta pailit dalam UU No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU dapat dilihat antara lain
dalam : a.
Melakukan pinjaman dana untuk meningkatkan harta pailit. Hal ini berdasarkan Pasal 69 ayat 2 huruf b UUK dan PKPU jo Pasal 104 UUK dan PKPU.
b. Melakukan penguangan aktiva atau asset untuk membayar atau melunasi utang.
Hal ini berdasarkan Penjelasan Pasal 16 ayat 1 UUK dan PKPU jo Pasal 184
73
Pasal 184 Undang-Undang No.37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
.
74
Pasal 93-Pasal 95 Undang-Undang No.37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
.
75
Pasal 185 Undang-Undang No.37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
.
76
Pasal 188-Pasal 192 Undang-Undang No.37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
.
Sarifani Simanjuntak : Prinsip Transparansi Dalam Pengurusan Dan Pemberesan Harta Pailit Oleh Balai Harta Peninggalan Di Kota Medan, 2009
UUK dan PKPU, Pasal 185 UUK dan PKPU, Pasal 188 sampai dengan Pasal 192 UUK dan PKPU.
Dalam melakukan fungsi dan tugasnya, Kurator harus memiliki keahlian khusus yang dibutuhkan dalam pengurusan dan pemberesan harta pailit terutama dalam
melakukan asset recovery dalam upaya mengumpulkan dan memaksimalkan harta pailit untuk kemudian dapat dibagikan kepada para kreditor.
Melihat peran serta tanggung-jawab yang luas dalam pengurusan dan pemberesan harta pailit, maka terhadap Kurator pemerintah atau perorangan sangat
dituntut profesionalisme, independensi dan integritas moral yang baik dalam menjalankan tugas-tugasnya. Dalam rangka melaksanakan tugas kurator di bidang
kepailitan, pemerintah telah menindak lanjuti isi UUK dan PKPU dengan mengeluarkan ketentuan khusus yaitu Keputusan Menteri Hukum dan HAM RI No.
M.01-HT.05-10 Tahun 2005 Tentang Pendaftaran Kurator dan Pengurus. Secara umum untuk dapat menjadi seorang Kurator, harus memenuhi syarat-
syarat memiliki kemampuan sebagai berikut : 1.
Penguasaan dalam bidang hukum hukum perdata dan hukum pidana yang cukup memadai.
2. Penguasaan dalam bidang hukum Kepailitan dan Perseroan.
3. Penguasaan dalam bidang Manajemen dalam hal debitor pailit merupakan
suatu perusahaan yang masih dapat diselamatkan kegiatan usahanya. 4.
Penguasaan dasar mengenai keuangan.
77
Keahlian ini sangat diperlukan karena pengurusan dan pemberesan harta pailit
merupakan proses yang rumit yang membutuhkan sebagaimana disyaratkan di atas.
77
Ibid., hal. 4-5.
Sarifani Simanjuntak : Prinsip Transparansi Dalam Pengurusan Dan Pemberesan Harta Pailit Oleh Balai Harta Peninggalan Di Kota Medan, 2009
Kuratorlah yang melakukan segala tindakan hukum baik pengurusan dan pemberesan harta pailit di bawah pengawasan hakim pengawas. Kurator harus bertanggung jawab
terhadap kesalahan dan kelalaiannya dalam melaksanakan tugas pengurusan dan pemberesan yang menyebabkan kerugian terhadap harta pailit.
3. Asas-Asas Dan Prinsip-Prinsip Yang Terdapat Dalam Kepailitan