seperti diatas dapat segera diatasi dan kedepannya tidak terulang kembali atau tidak mempersulit tugas-tugas kurator dalam melakukan pemberesan terhadap harta pailit.
4. Debitor Tidak Koorperatif Terhadap Pengurusan Dan Pemberesan Harta
ksi dan komisaris dalam hal yang pailit adala
Pailit
Tidak jarang juga debitor tidak koorperatif terhadap Balai Harta Peninggalan selaku Kurator pailit dalam menginventarisir harta pailt. Hal ini mengakibatkan
timbulnya kesulitan dalam menelusuri keberadaan dari harta pailit tersebut. Di samping itu, berkaitan dengan hal tersebut sering juga dijumpai debitor yang
melarikan diri pada saat permohonan pailit sedang diproses di Pengadilan Niaga, maupun setelah keluarnya putusan pailit. Dalam hal jika terjadi hal seperti itu, maka
Hakim Pengadilan Niaga berhak untuk mengeluarkan keputusan permohonan pernyataan pailit beserta penetapan untuk penahanan sementara bagi debitor pailit
sampai proses kepailitan berakhir atau yang biasa disebut dengan paksa badan gijzeling. Gijzeling merupakan suatu upaya hukum yang disediakan untuk
memastikan bahwa debitor pailit, atau dire h perseroan terbatas, benar-benar membantu tugas-tugas Kurator dalam
pengurusan dan pemberesan harta pailit.
149
UUK dan PKPU sudah mengatur tentang lembaga gijzeling tersebut di dalam Pasal 93 sampai dengan Pasal 96 UUK dan PKPU. Sedangkan untuk ketentuan teknis
lembaga paksa badan gijzeling ini mengacu pada Peraturan Mahkamah Agung No. 1 Tahun 2000 Tentang Lembaga Paksa Badan selanjutnya disebut Perma No. 1
149
M. Hadi Shubhan, Op. Cit, hal. 179.
Sarifani Simanjuntak : Prinsip Transparansi Dalam Pengurusan Dan Pemberesan Harta Pailit Oleh Balai Harta Peninggalan Di Kota Medan, 2009
Tahun 2000. Di samping itu, lembaga gijzeling ini sebenarnya sudah diatur dalam HIR Pasal 209 sampai Pasal 224, akan tetapi sempat dibekukan dengan Surat Edaran
Mahkamah Agung No. 2 Tahun 1964 dan Surat Edaran Mahkamah Agung No. 4 Tahun 1975 yang menginstruksikan kepada para Ketua Pengadilan dan Hakim untuk
tidak menggunakan lagi peraturan-peraturan mengenai gijzeling dalam HIR.
150
Sementara dalam Pasal 2 Perma No. 1 Tahun 2000 mengatakan bahwa, “pelaksanaan paksa badan terhadap debitor yang tidak beritikad baik dijalankan berdasarkan
keten
an-peraturan tentang Paksa Badan
peraturan yang lainnya, seperti antara lain
152
: a.
Jumlah minimum utang debitor yang tidak beritikad baik yang dapat di-
nya dapat dikenakan pada debitor yang tidak beritikad baik yang empunyai utang sekurang-kurangnya Rp 1.000.000.000,- satu miliyar
piah. tuan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 209 sampai dengan 224 HIR atau
Pasal 242 sampai dengan Pasal 258 RBg.
151
Namun demikian, sebenarnya peratur Gijzeling tersebut ada terdapat ketidak-sesuaian antara peraturan yang satu dengan
gijzeling Dalam UUK dan PKPU maupun HIR tidak ditentukan jumlah minimum utang
debitor pailit yang tidak beritikad baik yang dapat dikenakan paksa badan. Sedangkan dalam Pasal 4 Perma No. 1 Tahun 2000 disebutkan bahwa, “Paksa
Badan ha m
ru
150
Ibid.
151
Ibid.
152
Ibid., hal. 179-180.
Sarifani Simanjuntak : Prinsip Transparansi Dalam Pengurusan Dan Pemberesan Harta Pailit Oleh Balai Harta Peninggalan Di Kota Medan, 2009
Jangka waktu pelaksanaan gijzeling Dalam UUK dan PKPU ditentukan bahwa masa penahanan gijzeling berlaku
paling lama 30 tiga puluh hari terhitung sejak penahanan dilaksanakan dan dapat diperpanjang setiap kali untuk jangka waktu paling lama 30 tiga puluh
hari. Sedangkan berdasarkan Perma No. 1 Tahun 2000 ditentukan bahwa Paksa Badan
1.
ditetapkan untuk 6 enam bulan lamanya, dan dapat eseluruhan maksimum selama 3
2.
000 nakan terhadap debitor yang
3. itor yang tidak beritikad baik
a suatu alasan yang tidak sah,
1. Pengamanan terhadap semua harta pailit.
153
diperpanjang setiap 6 enam bulan dengan k tiga tahun.
Usia debitor yang dapat dikenakan gijzeling Dalam UUK dan PKPU serta HIR tidak ditentukan batasan maksimum usia
debitor yang dapat di-gijzeling. Sementara di dalam Perma No. 1 Tahun 2 ditentukan bahwa Paksa Badan tidak dapat dike
tidak beritikad baik yang telah mencapai usia 75 tujuh puluh lima tahun. Ruang lingkup debitor yang tidak beritikad baik
Dalam UUK dan PKPU ruang lingkup bagi deb adalah debitor pailit yang dengan sengaja tanp
tidak memenuhi kewajiban hukum antara lain :
153
Pasal 98 Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
.
Sarifani Simanjuntak : Prinsip Transparansi Dalam Pengurusan Dan Pemberesan Harta Pailit Oleh Balai Harta Peninggalan Di Kota Medan, 2009
2. Pemanggilan untuk memberikan keterangan.
154
3. Menghadiri Rapat Pencocokan Piutang Rapat Verifikasi.
155
Sedangkan ruang lingkup debitor yang tidak beritikad baik menurut Perma No. 1 Tahun 2000 adalah debitor, penanggung atau penjamin utang yang
au memenuhi kewajibannya untuk membayar utang. 4.
njamin utang mampu tetapi tidak m
Tujuan dari gijzeling Terdapat perbedaan secara filosofis gijzeling yang diatur dalam UUK dan
PKPU, HIR dan Perma No. 1 Tahun 2000. Dalam UUK dan PKPU tujuan diterapkannya gijzeling adalah semata-mata untuk menekan pihak debitor
pailit agar koorperatif dalam proses kepailitan seperti harus hadir dalam Rapat Pencocokan Piutang Rapat Verifikasi serta memberikan segala keterangan
yang dibutuhkan oleh pihak Kurator dan kreditor. Sedangkan tujuan dari gijzeling
dalam HIR adalah menekan debitor dengan cara memaksa agar debitor membayar utangnya meskipun si debitor tersebut tidak lagi memiliki
harta, dengan harapan agar para kerabat atau keluarga mau ikut membayar utang dari debitor tersebut. Sementara itu, tujuan gijzeling berdasarkan Perma
No. 1 Tahun 2000 adalah lebih ditujukan kepada debitor atau pe yang mampu, akan tetapi tidak mau membayar utang-utangnya.
154
Pasal 110 Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
.
155
Pasal 121 ayat 1 dan ayat 2 Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
.
Sarifani Simanjuntak : Prinsip Transparansi Dalam Pengurusan Dan Pemberesan Harta Pailit Oleh Balai Harta Peninggalan Di Kota Medan, 2009
Namun demikian dalam prakteknya, tidak pernah dijumpai suatu Keputusan Hakim yang memutuskan bahwa debitor pailit dihukum gijzeling atau Paksa Badan.
Dan akibat dari hal tersebut debitor pailit melarikan diri. Dan hal ini menunjukkan bahw
etentuan pidana tersebut
yang berkaitan dengan :
menyesatkan.
158
harta pailit, sehingga merugikan
au setelah pailit.
161
a sistem Hukum Kepailitan yang masih bersifat pasif dan tidak mendukung pelaksanaan tugas-tugas dari Balai Harta Peninggalan selaku Kurator pemerintah
dalam Kepailitan.
156
Selain daripada ketentuan gijzeling yang diterapkan kepada debitor, maka ketentuan pidana juga dapat dikenakan kepada debitor. K
mengacu pada Kitab Undang-Undang Hukum Pidana selanjutnya disebut KUHP yang terdapat dalam beberapa ketentuan pidana dalam KUHP
Kepailitan dan perpuatan-perbuatan tersebut antara lain
157
1 Tidak mau hadir atau tidak memberikan keterangan sebagaimana yang
dimintakanmemberikan keterangan yang 2
Perbuatan debitor pailit yang merugikan kreditor.
159
3 Perbuatan debitor yang memindah-tangankan
para kreditor dan menyebabkan pailit.
160
4 Perbuatan direksi atau komisaris perseroan yang menyebabkan kerugian
perseroan, baik sebelum at
156
Wawancara pada tanggal 14 Januari 2009, dengan Zainal Abidin Rasjid, Anggota Teknis Hukum Balai Harta Peninggalan Medan.
157
M. Hadi Shubhan, Op. Cit., hal. 183-184.
158
Pasal 226 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
159
Pasal 396 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
160
Pasal 397 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
161
Pasal 399 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
Sarifani Simanjuntak : Prinsip Transparansi Dalam Pengurusan Dan Pemberesan Harta Pailit Oleh Balai Harta Peninggalan Di Kota Medan, 2009
5 Perbuatan menipu yang dilakukan debitor pailit kepada para kreditor.
162
p
atan secara eksternal yang dihadapi oleh BHP selaku kurator alam melaksanakan tugas pengurusan dan pemberesan harta pailit yang pada
akhirnya m nyebabkan tujuan pengurusan harta pailit secara cepat, efisien dan efektif menjadi terhambat.
l yang telah disebutkan sebelumnya, maka pihak
usus untuk penyimpanan tersebut. Sebagai contoh, harta pailit tersebut berupa barang-barang bergerak atau alat-alat
6 Kesepakatan curang antara debitor pailit dengan kreditor dalam rangka
erdamaian kepailitan.
163
7 Tindakan debitor pailit yang mengurangi hak-hak kreditor.
164
8 Perbuatan direksi perseroan terbatas yang bertentangan dengan anggaran dasar.
165
Demikian hamb d
e
B. Hambatan Internal
Selain hambatan-hambatan eksterna Balai Harta Peninggalan juga mempunyai hambatan-hambatan internal dalam
melakukan pengurusan dan pemberesan harta pailit.
1. Tempat Penyimpanan Harta Pailit