Balai Harta Peninggalan Sebagai Kurator Pemerintah

BAB II PENGURUSAN DAN PEMBERESAN HARTA PAILIT

OLEH BALAI HARTA PENINGGALAN Bab ini akan menguraikan tentang gambaran umum Balai Harta Peninggalan sebagai kurator pemerintah, pengurusan dan pemberesan harta pailit menurut UU No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.

A. Balai Harta Peninggalan Sebagai Kurator Pemerintah

Bagian ini akan menguraikan tentang sejarah keberadaan Balai Harta Peninggalan, tugas-tugas Balai Harta Peninggalan dan asas-sas prinsip-prinsip yang terdapat dalam kepailitan. 1. Sejarah Keberadaan Balai Harta Peninggalan Masuknya Belanda sebagai penjajah di Indonesia tidak hanya mengambil hasil bumi Indonesia, tetapi juga merubah sistem hukum yang berlaku di Indonesia yaitu Sistem Hukum Adat dan Sistem Hukum Islam, yang kemudian bertambah lagi Sistem Hukum Belanda. Berlakunya Sistem Hukum Belanda tersebut di Indonesia berdasarkan asas Konkordansi yaitu terhadap orang-orang Belanda di Indonesia tetap diberlakukan Hukum Belanda. 42 42 Amri Marjunin, Perwalian Dan Pengampuan Dan Segala Permasalahan Yang Ada Serta Penyelesaiannya Medan : Balai Harta Peninggalan, 2004, hal. 2 Sarifani Simanjuntak : Prinsip Transparansi Dalam Pengurusan Dan Pemberesan Harta Pailit Oleh Balai Harta Peninggalan Di Kota Medan, 2009 Balai Harta Peninggalan adalah suatu lembaga yang didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda yang diatur dalam Hukum Perdata Barat. Istilah Balai Harta Peninggalan merupakan terjemahan dari istilah Belanda yaitu Weeskamer. Pada waktu didirikannya lembaga tersebut hanya mengurusi harta warisan dari orang-orang Belanda yang tidak ada pengurusnya, serta menyangkut kepentingan dari anak-anak orang Belanda yang masih di bawah Umur. 43 Namun dalam perkembangan selanjutnya, tugas Balai Harta Peninggalan tidak hanya mengurusi kepentingan anak-anak orang Belanda yang belum dewasa saja, melainkan tugas dari lembaga ini menjadi lebih luas lagi yaitu mengurusi harta kekayaan bagi orang-orang yang ditempatkan di bawah pengampuan, juga mengurusi harta kekayaan bagi orang-orang yang hilang, serta mengurusi harta kekayaan dari orang-orang yang dinyatakan pailit. Didirikannya Balai Harta Peninggalan berdasarkan Pasal 415 Kitab Undang- Undang Hukum Perdata selanjutnya disebut KUHPerdata yang menetapkan bahwa dalam daerah hukum Pengadilan Negeri ada sebuah Balai Harta Peninggalan yang daerah dan tempat kedudukannya sama dengan daerah dan kedudukan Pengadilan Negeri. 44 Namun hingga saat ini ketentuan pasal tersebut tidak dapat terpenuhi, mengingat tugas dari Balai Harta Peninggalan tidak mencakup kepentingan seluruh 43 Tanpa Pengarang, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Balai Harta Peninggalan Jakarta : Direktorat Jenderal Hukum dan Perundang-Undangan Departemen Kehakiman, Buku I, 1974, hal. 9. 44 R. Subekti dan R. Tjitrisudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Jakarta : Pradnya Paramitha, 1992, hal. 130. Sarifani Simanjuntak : Prinsip Transparansi Dalam Pengurusan Dan Pemberesan Harta Pailit Oleh Balai Harta Peninggalan Di Kota Medan, 2009 warga negara Indonesia, melainkan hanya sebagian kecil saja dari kepentingan warga negara Indonesia yaitu orang-orang yang masih menundukkan diri kepada Hukum Perdata Barat Burgerlijk Wetboek saja, seperti orang Timur Asing keturunan Cina, Orang Timur Asing Keturunan Indian dan orang Indonesia yang beragama non- Muslim. 45 Pengaturan Balai Harta Peninggalan dalam KUHPdt dapat dijumpai dalam beberapa bab, antara lain 46 : 1. Buku I Bab XV Tentang Keadaan Belum Dewasa atau Perwalian. 2. Buku I Bab VII Tentang Pengampuan. 3. Buku I Bab VIII Tentang Keadaan Tidak Hadir Afwezig. 4. Buku II Bab VIII Tentang Harta Peninggalan Yang Tidak Terurus, Staaatblad 1905 No. 217 jo Staatblad 18 No, 166 Tentang Instruksi Bagi Balai Harta Peninggalan. Sebagai penuntun tugasnya sehari-hari, terhadap Balai Harta Peninggalan diberikan dasar hukum yang dituangkan dalam bentuk suatu Instruksi. Di dalam Weeskamer Balai Harta Peninggalan tersebut dikenal 4 empat instruksi, antara lain 47 : 1. Tanggal 16 Juli 1625 terdiri dari 49 pasal yang mengatur organisasi dan tugas- tugas Weeskamer Balai Harta Peninggalan. 45 Tanpa Pengarang, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Balai Harta Peninggalan, Op. Cit ., hal. 9. 46 Ibid. 47 Ibid., hal. 9-10. Sarifani Simanjuntak : Prinsip Transparansi Dalam Pengurusan Dan Pemberesan Harta Pailit Oleh Balai Harta Peninggalan Di Kota Medan, 2009 2. Tahun 1642, pada perlakuan kodifikasi yang mengatur organisasi pertama hukum Indonesia, yang isinya kira-kira sama dengan yang pertama. 3. Stb. 1818 No. 72, yang dibuat setelah pemulihan kembali kekuasaan Belanda di Indonesia sesudah pemerintahan tentara Inggris, juga dalam hal ini tidak banyak perbedaan dengan yang terdahulu. 4. Stb. 1872 No. 166 yang didasarkan pada berlakunya perundang-undangan baru Indonesia pada tahun 1842 dan masih berlaku sampai sekarang. Saat ini ada 5 lima wilayah Balai Harta Peninggalan di Indonesia yaitu 48 : 1. Balai Harta Peninggalan Jakarta yang mempunyai 11 sebelas kota perwakilan, antara lain : Bandung, Palembang, Bogor, Tasikmalaya, Sukabumi, Cirebon, Purwakarta, Serang, Pangkal Pinang, Pontianak dan Singkawang. 2. Balai Harta Peninggalan Semarang yang mempunyai 6 enam kota perwakilan, antara lain : Yogyakarta, Purwokerto, Magelang, Pekalongan, Tegal dan Surakarta. 3. Balai Harta Peninggalan Surabaya yang mempunyai 6 kota perwakilan, antara lain : Malang, Samarinda, Kediri, Probolinggo, Jember dan Banjarmasin. 4. Balai Harta Peninggalan Medan yang mempunyai 6 enam kota perwakilan, antara lain : Banda Aceh, Binjai, Bengkalis, Kisaran, Pematang Siantar dan Tanjung Pinang. 5. Balai Harta Peninggalan Ujung Pandang yang mempunyai 3 tiga kota perwakilan, antara lain : Manado, Ambon, dan Denpasar. 48 Ibid., hal. 12-13. Sarifani Simanjuntak : Prinsip Transparansi Dalam Pengurusan Dan Pemberesan Harta Pailit Oleh Balai Harta Peninggalan Di Kota Medan, 2009 Masing-masing daerah tersebut dengan perwakilan-perwakilannya yang ditetapkan tempat kedudukan dan wilayah kerjanya oleh Menteri Kehakiman sesuai dengan Pasal 40 Instruksi Balai-Balai Harta Peninggalan di Indonesia Stb. 1872 No. 166 dan seorang anggota utusan Balai Harta Peninggalan Medan yang berkedudukan di Padang. Namun begitu, perwakilan-perwakilan Balai Harta Peninggalan diberbagai daerah tersebut, secara bertahap dihapuskan. Penghapusan perwakilan Balai Harta Peninggalan tersebut dilakukan dengan 4 empat Surat Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia, yaitu 49 : 1. Surat Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia No. M.02-PR.07-01 Tahun 1986. 2. Surat Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia No. M.01-PR.07-01 Tahun 1987. 3. Surat Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia No. M.04-PR.07-01 Tahun 1987. 4. Surat Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia No. M.06-PR.07-01 Tahun 1987. Penghapusan terhadap perwakilan Balai Harta Peninggalan tersebut dilakukan dengan beberapa alasan, antara lain 50 : 49 Ibid. 50 Ibid. Sarifani Simanjuntak : Prinsip Transparansi Dalam Pengurusan Dan Pemberesan Harta Pailit Oleh Balai Harta Peninggalan Di Kota Medan, 2009 1. Peraturan Perundang-Undangan tentang Balai Harta Peninggalan di Indonesia berlaku untuk golongan tertentu masyarakat Indonesia saja dan hal ini dirasakan bersifat diskriminatif. 2. Volume pekerjaan masih sangat kurang, bahkan banyak yang nihil dan dengan menanti adanya pemberlakuan Hukum Perdata Nasional Indonesia, maka perlu untuk mengurangi perwakilan-perwakilan di Balai Harta Peninggalan tersebut dengan menghapusnya secara bertahap. Saat ini, Balai Harta Peninggalan Medan yang mempunyai 6 enam kota perwakilan, antara lain : Banda Aceh, Binjai, Bengkalis, Kisaran, Pematang Siantar dan Tanjung Pinang. 51 Balai Harta Peninggalan mempunyai visi dan misi dalam menunjang kinerja tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Dalam hal tersebut, visi dan misi Balai Harta Peninggalan antara lain : 1. Visi Balai Harta Peninggalan adalah mengayomi Hak Asasi Manusia. khususnya yang oleh hukum dan penetapan pengadilan dianggap tidak cakap bertindak di bidang harta milik. 2. Misi Balai Harta Peninggalan adalah mewakili dan mengurus kepentingan orang- orang yang karena hukum atau Keputusan Hakim tidak dapat menjalankan sendiri kepentingannya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 51 Tanpa Pengarang, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Balai Harta Peninggalan, Op. Cit ., hal. 9. Sarifani Simanjuntak : Prinsip Transparansi Dalam Pengurusan Dan Pemberesan Harta Pailit Oleh Balai Harta Peninggalan Di Kota Medan, 2009 Sumber Data : Balai Harta Peninggalan Medan Tahun 2008 Gambar 1 . Struktur Organisasi Balai Harta Peninggalan Medan Berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia No. M.01.PR.07.01.80 Tahun 1980 Balai Harta Peninggalan adalah unit pelaksana penyelenggaraan Hukum di Bidang Harta Peninggalan dalam lingkungan Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia yang berada di bawah dan bertanggung-jawab langsung kepada Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum melalui Direktorat Perdata. Balai Harta Peninggalan dipimpin seorang Ketua dan dibantu oleh Sekretaris serta Anggota Teknis Hukum. 52 Ketua yang mempunyai tugas memimpin perencanaan, pelaksanaan, pemberian bimbingan dan pengawasan atas penyelenggaraan segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan tugas Balai PERWAKILAN Ka. Sub. Bag.TU Ka. Sie. Wil. I Ka. Sie. Wil. II Ka. Sie. Wil. III Seks. Anggota Teknis Hukum Anggota Teknis Hk Anggota Teknis Hk Anggota Teknis Hk Anggota Teknis Hkm KETUA Ka.Ur. Keuangan Ka. Ur. Pegaw ai Ka. Ur. Umum 52 Amirullah dkk, Struktur Organisasi dan Tata Kerja Balai Harta Peninggalan Jakarta : Departemen Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, 2006, hal. 6. Sarifani Simanjuntak : Prinsip Transparansi Dalam Pengurusan Dan Pemberesan Harta Pailit Oleh Balai Harta Peninggalan Di Kota Medan, 2009 Harta Peninggalan. Sedangkan Sekretaris yang mempunyai tugas memberikan pelayanan-pelayanan teknis administratif kepada semua unsur di Balai Harta Peninggalan, serta juga merangkap sebagai Anggota Teknis Hukum dan dalam melaksanakan tugas tersebut, Sekretaris dibantu oleh Sub Bagian Tata Usaha dan Seksi-Seksi. Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melaksanakan Tata Usaha dan Rumah Tangga Balai Harta Peninggalan. Untuk melaksanakan tugas tersebut, Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas-tugas sebagai berikut : a. Melakukan Tata Usaha Kepegawaian. b. Melakukan Tata Usaha Keuangan. c. Melakukan Tata Usaha dan Rumah Tangga. Sub Bagian Tata Usaha tersebut terdiri dari, antara lain : a. Urusan Kepegawaian. b. Urusan Keuangan. c. Urusan Umum. Sedangkan Seksi-Seksi yang meliputi, antara lain : a. Seksi Harta Peninggalan Wilayah I. b. Seksia Harta Peninggalan Wilayah II. c. Seksi Harta Peninggalan Wilayah III. Untuk masing-masing Seksi mempunyai tugas mempersiapkan penyelesaian masalah-masalah Perwalian, Pengampuan, Ketidakhadiran dan Harta Peninggalan Sarifani Simanjuntak : Prinsip Transparansi Dalam Pengurusan Dan Pemberesan Harta Pailit Oleh Balai Harta Peninggalan Di Kota Medan, 2009 yang tidak ada kuasanya dan kepailitan dalam wilayah kerja yang ditetapkan dimana wilayah kerja seksi-seksi ditentukan oleh Ketua Balai Harta Peninggalan. 53 Sementara untuk para Anggota Teknis Hukum mempunyai tugas untuk secara kolegial melaksanakan segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan tugas Balai Harta Peninggalan.

2. Tugas-Tugas Balai Harta Peninggalan Sebagai Kurator