BAB III HAMBATAN-HAMBATAN YANG TERJADI DALAM PENGURUSAN DAN
PEMBERESAN HARTA PAILIT DI KOTA MEDAN
Bab ini akan membahas tentang hambatan-hambatan yang dialami Balai Harta Peninggalan selaku kurator dalam menjalankan tugas pengurusan dan pemberesan
harta pailit. Hambatan yang diuraikan meliputi hambatan eksternal dan internal
144
: A.
Hambatan Eksternal
Pelaksanaan pengurusan dan pemberesan harta pailit yang dilakukan oleh pihak Kurator dan diawasi oleh Hakim Pengawas, tidak selamanya berjalan dengan
baik dan benar. Hal ini selalu disertai dengan adanya kendala atau hambatan eksternal yang terjadi dalam pengurusan dan pemberesan harta pailit tersebut, yaitu :
1. Lambatnya Penetapan Tentang Pernyataan Pailit Debitor Yang Dikirimkan
Oleh Pengadilan Niaga Kepada Kurator Dalam hal lambatnya penetapan tentang pernyataan pailit yang dikirim oleh
Pengadilan Niaga kepada Kurator Balai Harta Peninggalan sehingga sering penetapan tersebut diambil oleh pihak Kurator sendiri ke Pengadilan Niaga untuk
menghindari keterlambatan tersebut. Keterlambatan tersebut biasanya terjadi sampai 6 enam hari. Hal tersebut terjadi karena Pengadilan Niaga lalai atau keterlambatan
dalam membuat salinan putusan oleh Panitera Pengadilan Niaga. Sebenarnya berdasarkan ketentuan dalam Pasal 9 UUK dan PKPU yang menyatakan bahwa,
144
Wawancara dengan Amri Marjunin, Ketua Balai Harta Peninggalan Medan. Pada tanggal 12 Januari 2009 di Kantor Balai Harta Peninggalan Medan.
Sarifani Simanjuntak : Prinsip Transparansi Dalam Pengurusan Dan Pemberesan Harta Pailit Oleh Balai Harta Peninggalan Di Kota Medan, 2009
Salinan putusan Pengadilan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 8 ayat 6 wajib disampaikan oleh juru-sita dengan surat kilat tercatat kepada debitor, pihak
yang mengajukan permohonan pernyataan pailit, Kurator dan Hakim Pengawas paling lama 3 tiga hari setelah tanggal putusan atas pernyataan pailit diucapkan.
Keterlambatan akan membawa konsekwensi atau akibat hukum antara lain, yaitu :
a Pengumuman pernyataan pailit di Berita Negara dan Surat Kabar Harian
berdasarkan ketentuan Pasal 15 ayat 4 menjadi terlambat atau Prinsip Transparansi menjadi terhambat.
b Seringnya terjadi barang-barang yang menjadi jaminankekayaan dari debitor
pailit sudah rusak atau hilanghabis tidak diketahui dimana keberadaannya, seperti debitor dapat mengalihkan harta pailit kepada pihak ketiga karena Balai Harta
Peninggalan yang belum ditunjuk sebagai Kurator tidak akan dapat mencegah perbuatan tersebut sebelum adanya pemberitahuan dari pihak Pengadilan Niaga
yang menunjuk Balai Harta Peninggalan melalui penetapan pernyataan pailit tersebut. Hal ini akan menyulitkan tugas dari Kurator dan salah satunya seperti
dalam hal pembagian harta pailit, apakah masih mencukupi atau tidak untuk dibagikan kepada para kreditor. Namun demikian, dalam hal harta pailit yang
dialihkan sebelum putusan pernyataan pailit dikeluarkan oleh Pengadilan Niaga,
Sarifani Simanjuntak : Prinsip Transparansi Dalam Pengurusan Dan Pemberesan Harta Pailit Oleh Balai Harta Peninggalan Di Kota Medan, 2009
maka pihak Kurator dapat melaksanakan ketentuan dari Pasal 41 UUK dan PKPU yang menyatakan bahwa
145
: 1
Untuk kepentingan harta pailit, kepada pengadilan dapat dimintakan pembatalan segala perbuatan hukum debitor yang telah dinyatakan pailit
yang merugikan kepentingan kreditor, yang dilakukan sebelum putusan pernyataan pailit diucapkan.
2 Pembatalan sebagaimana yang dimaksud pada ayat 1 hanya dapat
dilakukan apabila dapat dibuktikan bahwa pada saat perbuatan hukum dilakukan, debitor dan pihak dengan siapa perbuatan hukum tersebut
dilakukan mengetahui atau sepatutnya mengetahui bahwa perbuatan hukum tersebut akan mengakibatkan kerugian bagi kreditor.
3 dikecualikan dari ketentuan sebagaimana yang dimaksud pada ayat 1
adalah perbuatan hukum debitor yang wajib dilakukan berdasarkan perjanjian danatau karena undang-undang.
Selanjutnya, ketentuan dari Pasal 41 UUK dan PKPU tersebut hanya berlaku untuk
pengalihan harta pailit 1 satu tahun sebelum putusan pernyataan pailit di ucapkan.
146
a P
c Balai Harta Peninggalan yang ditunjuk sebagai Kurator akan mengalami kesulitan
untuk mencari dan menelusuri keberadaan harta pailit karena dalam permohonan kepailitan dan bahkan dalam keputusan permohonan pernyataan pailit tidak
disebutkan secara rinci jumlah harta pailit dan dimana harta pailit tersebut disimpan oleh debitor. Akibatnya setelah putusan pailit tugas Balai Hart
eninggalan sebagai Kurator untuk melakukan inventarisasi menjadi terhambat.
145
Wawancara pada tanggal 12 Januari 2009, dengan Amri Marjunin, Ketua Balai Harta Peninggalan Medan.
146
Pasal 42 Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.
Sarifani Simanjuntak : Prinsip Transparansi Dalam Pengurusan Dan Pemberesan Harta Pailit Oleh Balai Harta Peninggalan Di Kota Medan, 2009
Mengenai lambatnya penetapan tentang pernyataan pailit debitor yang dikirimkan oleh Pengadilan Niaga kepada Kurator, maka dalam hal tersebut pihak
Kurator berusaha langsung mendatangi Pengadilan Niaga setempat dan mengambil salinan putusan pernyataan pailit tersebut. Hal tersebut bertujuan untuk mempercepat
prose
n dalam hal akses publik terhadap putusan pengadilan adalah akses terhadap putusan pengadilan harus
ng dengan cepat, murah dan sederhana.
2. Ketidakcermatan Pengadilan Niaga Dalam Memeriksa Harta Kekayaan